-Di dunia yang menipu ini ada dua jenis pilihan, yang pertama pilihan yang membawa kita ke dalam keputus-asaan yang kedua pilihan yang membawa kita menuju harapan-
-Mutiara Islami-
Pilihan memang selalu ada dalam kehidupan, entah itu pilihan pendidikan, pekerjaan, pernikahan atau semacamnya.
Pilihan selalu membuat orang bingung, tak terkecuali dengan Helmi, Alika, dan Syira saat ini.
Mereka merasa bingung ... entah apa yang akan ia pilih untuk kehidupan mereka selanjutnya? Meskipun Helmi sudah mendapatkan petunjuk dari mimpi Alika. Yaitu harus pergi meninggalkan tempat ini.
Di dunia yang menipu ini ada dua jenis pilihan, yang pertama pilihan yang membawa kita ke dalam keputus-asaan yang kedua pilihan yang membawa kita menuju harapan.
Satu minggu kemudian setelah Alika bermimpi
"Helmi ... apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Syira pada saat itu sedang berada di kamar Helmi sementara itu Alika sedang duduk di samping Syira.
"Serahkan semua kepada Allah ... kita jadikan mimpi Alika sebagai petunjuk," terang Helmi yang sedang memakai jilbabnya. "Malam nanti ... kita akan keluar dari asrama ini," lanjutnya.
Syira memeluk Helmi dengan erat. "Baiklah ... saya sudah punya rencana untuk itu."
...
Asrama tentara Israel, pukul 02.11
Seperti yang direncanakan Helmi, mereka bertiga kini sudah bersiap untuk keluar dari asrama tersebut.
Untuk berjaga-jaga Syira mengambil panah jika ada yang mengganggunya dalam perjalanan nanti dan tak lupa juga mereka bertiga mengenakan baju tentara untuk mengelabui CCTV yang sedang terpampang di setiap ruangan.
Setelah memastikan penghuni asrama sudah tertidur pulas Helmi, Alika, dan Syira pun mulai berjalan menuju pintu gerbang.
"Ayo ..." ucap Syira sembari berjalan menuju pintu gerbang.
Detak jantung Helmi dan Alika semakin tak terkontrol.
Dug ... Dug ... Dug ....
"Hah ... cepat! Kita harus pergi dari sini!" ujar Syira sembari berlari ke arah selatan dan diikuti oleh Helmi dan Alika.
Saat ini perasaan Helmi tidak menentu, rasa senang sudah meninggalkan tempat itu, rasa bimbang dan takut jika mereka bertiga ketahuan oleh tentara Israel.
Syira yang menyadari hal itu mencoba membut Helmi yakin dan menenangkannya. "Helmi ... kamu tidak perlu cemas dan takut. Allah masih bersama kita," ujar Syira sembari berlari kecil.
Beberapa saat kemudian setelah Syira berbincang dengan Helmi. Mendadak ia melihat tentara Israel dari jauh yang sedang membidik Alika yang berada di sampingnya.
Melihat hal itu Syira berlari ke arah Alika dan mendorongnya, bersamaan dengan itu suara tembakan bergema di telinga mereka bertiga.
"Alika ... awas ..." teriak Syira sembari berlari lantas mendorong Alika.
Shrk!
Suara peluru mengenai dada Syira. Mata Helmi dan Alika melebar setelah melihat Syira terkena peluru.
"Syira!" teriak Helmi dan Alika secara bersamaan.
Perlahan tubuh Syira terjatuh ke tanah. Perlahan tanah yang berwarna coklat memerah karena darah.
Dengan kepanikan Helmi dan Alika menghampiri Syira yang sedang tersungkur.
"Syira ... ke-kenapa harus seperti ini?" tanya Helmi dalam tangisnya.
Syira memegang pipi Helmi dan Alika. "Sa-sayang ... kalian pergilah dari sini ... se-sebelum tentara itu menuju tempat ini ..." rintihnya.
Helmi kemudian melihat tentara itu menuju ke arahnya. Dengan keberaniannya Helmi mengambil panah yang berada di punggungnya lalu membidik tentara itu.
"Bismillahirrahmanirrahim ..." kata Helmi sembari memasang anak panahnya.
Sementara itu Alika masih setia memangku kapala dan menggenggam tangan Syira. "Syira ... ke-kenapa kau menorbankan dirimu?" tanya Alika dalam tangisnya.
"T-tubuh saya ... bergerak sendiri ... sudah jangan menangis seperti itu ..." ucap Syira dengan suara yang perlahan menghilang.
Di sisi lain Helmi masih membidik tentara itu yang kini semakin mendekat.
Ya Allah ... bantulah hamba-Mu ini, batin Helmi sembari melepaskan anak panah yang ia pegang sehingga anak panah tersebut melayang ke arah tentara Israel tersebut.
Helmi melihat tentara itu terjatuh setelah terkena anak panah dari Helmi.
"Alhamdulillah!" ucap Helmi.
Setelah ia mengenai tentara itu, Helmi dengan segera mendudukkan dirinya untuk melihat Syira yang sedang terbaring lemah.
"Sayang ..." kata Helmi pada Syira sembari menggenggam tangannya.
"Sa-saya pikir ini sudah waktunya saya pergi ..." ucap Syira pada Helmi dan Alika.
Mendengar hal itu Helmi dan Alika menangis sejadi-jadinya.
"Asyhaduallailahaillallah ..." ucap Syira sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya.
Bersamaan dengan itu mendadak suara tembakan kembali bergema di telinga Helmi.
Door!
Door!
Helmi membulatkan matanya setelah melihat perut adiknya dipenuhi dengan darah. Melihat tubuh Alika yang sudah terbaring lemah dia atas tanahHelmi pun membaca Ayat al-qur'an yang ia hapal.
"ALLAAHULAA ILAA HAILLA HUAL HAYYUL QAYUUM ..."
Setelah membaca ayat itu, Helmi tiba-tiba berada di atas kasurnya. Ternyata yang Helmi alami selama ini hanya mimpi belaka.
"Astghfirullah ... ternyata cuma mimpi," ucap Helmi sembari melihat kedua adiknya yakni Alika dan Syira.
...
Bandung, pukul 09.20
"Helmi lo nggak papa, 'kan?" tanya Alika pada Helmi yang sedang murung.
"Alika ..." Helmi memeluk Alika. "Gue nggak papa kok. Syira ke mana?" lanjutnya.
Alika membulatkan matanya dan merasa bingung setelah mendapat pelukan dari Helmi. Karena Helmi jarang melakukan hal yang seromantis ini.
"Helmi ... lo kenapa?" tanya Alika sembari melepas pelukannya dan menyentuh kening Helmi dengan telapak tangannya. "Lo sakit?" lanjutnya.
"Ish ... apaan, sih?" ucap Helmi lantas memeluk Alika lagi. "Kakak sayang sama lo."
Hah ... untung cuma mimpi, batin Helmi menangis dalam pelukannya.
****
![](https://img.wattpad.com/cover/279704799-288-k792981.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DARAH DI TANAH PALESTINA
RandomSeseorang gadis yang bernama Humairah Helmi dan berusia 20 tahun mendapatkan terror dari Israel. Dalam semalam keluarganya meninggal dunia. Humairah Helmi setelah itu menjadi wanita pemberani dan tidak takut pada tentara Isrel. Apakah Humairah Helmi...