BISMILLAH

26 18 22
                                    

YAS'ALUUNAKA 'ANILKHAMRI WAL-MAISIRI(I), QUL FIIHIMAA ITSMUN KABIIRUW WAMANAAFI'U LINNAASI, WAITSMUHUMAA AKBARU MIN NAF'IHIMAA .... (AL-BAQARAH 219)

Artinya : MEREKA MENANYAKAN KEPADAMU (MUHAMMAD) TENTANG KHAMAR DAN JUDI. KATAKANLAH,  "PADA KEDUANYA TERHADAP DOSA BESAR DAN BEBERAPA MANFAAT BAGI BAGI MANUSIA. TETAPI DOSANYA LEBIH  BESAR  DARI PADA MANFAATNYA ...." (AL-BAQARAH 219)

...

"Hahaha ... bagai mana sekarang?" teriak tentara itu pada Helmi.

Helmi memandang tentara itu tajam. "Ba-baiklah ... aku akan keluar dari agamaku."

Keempat tentara kafir tersebut saling memandang, sementara itu Alika adik Helmi teriak bertanda tidak setuju.

"Kak ... jangan lakukan itu!" teriak Alika.

Helmi memandang Alika sendu. "Sayang ... aku lakukan ini untuk tetap hidup."

Keempat tentara kafir itu hanya tertawa kecil setelah mendengar perbincangan Helmi dan Alika.

"Lepaskan saya ..." pinta Helmi.

"Untuk memastikannya, kamu harus meminumnya," pinta salah satu dari tentara itu sembari menyodorkan minuman keras pada Helmi.

Helmi menelan air liurnya. "Ba-baiklah."

Alika lagi-lagi memperingati kakaknya. "Kak ... jangan lakukan Itu!" serunya.

Namun Helmi sepertinya tidak mempedulikan omongan adiknya, itu terbukti saat gadis berusia dua puluh tahun itu membuka mulutnya menantikan minuman kerasa itu.

Tentara kafir itu memberikan minuman yang berwarna kuning itu pada mulut Helmi. Gadis muslimah itu pun meminumnya sekitar dua tegukan.

Beberapa saat setelah Helmi meminum minuman keras tersebut, mendadak tenggorokannya terasa panas dan merasa mual.

Benar saja  ... Helmi memuntahkan isi perutnya mungkin karena sudah terkena efek dari minuman haram tersebut.

"Ueek ...."

Keempat tentara tersebut tertawa sejadi-jadinya sehingga membuat ruangan tersebut kembali bergema.

Setelah itu Helmi dan Alika dibebaskan, dan mereka pun saling berpelukan.

"Sayang ... kamu nggak papa?" tanya Helmi dalam pelukan dan tangisannya.

Mereka berdua berpelukan dalam waktu yang lama. Mungkin sekitar sepuluh menit. Yang membuat ruangan itu kembali bergema karena suara tangis dari mereka berdua.

Keempat tentara itu menyudahi kemesraan kakak beradik itu. Helmi dan Alika segera bangkit dari duduknya dan bergegas menuju rumahnya.

Namun tentara kafir tersebut menarik lengan Helmi dan Alika bertanda mereka berdua tidak diperbolehkan pergi dari tempat itu.

Helmi memandang tentara itu heran.

"Karena kau sudah menjadi bagian dari kami, lepaskan jilbab kamu. Karena aku tidak suka melihat kamu mengenakannya," pinta tentara itu pada Helmi.

Helmi berpikir sejenak. "Ma-maaf saya perlu waktu untuk melepasnya. Karena, sejak enam tahun saya menggunakan benda ini."

Tentara itu saling memandang beberapa saat. Setelah merasa Helmi sudah bisa pergi dari tempat itu. Ia pun berniat meninggalkan tempat itu bersama Alika.

Namun, lagi-lagi mereka berdua ditahan oleh tentara kafir tersebut.

"Kalian mau ke mana? Mulai sekarang kalian berdua tinggal di tempat kami," tutur tentara laknat itu sembari memegang lengan Helmi.

Helmi dan Alika saling memandang. Entah apa yang akan terjadi pada mereka berdua nanti?

Tentara kafir tersebut membawa mereka berdua ke tempat yang mereka tidak kenali. Bangunan yang sedikit mewah dan tentunya sangat besar dan berbagai keindahan yang dapat menghipnotis mata tersedia di tempat tersebut. Itulah rumah atau asrama para tentara kafir tersebut.

Sementara itu mereka berdua dibawa ke suatu kamar yang sedikit mewah. "Mulai sekarang, kalian tinggal di sini," ujar tentara itu sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan mereka berdua.

Mereka berdua pun melangkahkan kakinya dan duduk di tepi ranjang dan saling berpelukan dan meneteskan air mata.

"Kak ... kenapa Kakak keluar dari islam?" tanya Alika dalam tangisnya.

Helmi membelai rambut Alika yang tidak terlindungi jilbab. "Sayang ... aku tidak sebodoh itu. Mana mungkin aku keluar dari islam," jelasnya sembari mengambil selimut untuk menutupi auratnya yang terbuka karena saat ini Alika sudah tidak mengenakan kudung dan pakaian syar'i. Ia hanya mengenakan baju sebahu dan celana sepaha.

Tentunya itu bukan kehendak Alika melainkan paksaan dari tentara kafir tersebut.

****







DARAH DI TANAH PALESTINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang