TANGGUH BAGIAN 1

20 17 1
                                    

152. FADZKURUUNII ASYKURKUM WASYKURUULII WALAA TAKFURUUN

153. YAA AYYUHAL LADZINA AAMANUS STA'IINUU BISSHABERI WASSALATI, INNALLAAHA MA'ASHABIRIN

Artinya : 152. MAKA INGATLAH KEPADA-KU. AKU PUN AKAN INGAT KEPADAMU. BERSYUKURLAH KEPADA-KU. DAN JANGAN KAMU INGKAR KEPADA-KU

153. WAHAI ORANG-ORANG BERIMAN! MINTALAH PERTOLONGAN (PADA ALLAH) DENGAN SABAR DAN SALAT. SUNGGUH ALLAH BESERTA ORANG-ORANG YANG SABAR. (Qs. AL-BAQARAH 152-153)

...

Seperti biasanya Helmi mendirikan shalat di WC untuk berjaga-jaga, agar keislamannya masih bisa dirahasiakan dari penghuni asrama ini.

Setelah mereka berdua mendirikan salat subuhnya kini mereka mengerjakan tugas masing-masing.

Hari ini Helmi masih menggunakan pakaian syar'i , baju lengan panjang dan rok semata kaki. Sementara itu adiknya hanya mengenakan baju sebahu dan celana sepaha dan tidak menggunakan jilbab.

"Sayang ... kenapa kamu tidak pakai jilbab?" tanya Helmi pada adiknya.

"Kak ... saya takut pada tentara itu, nanti mereka  membunuh saya cuma gara-gara mengenakan jilbab," terang Alika.

"Saya lebih takut ... jika Allah mengambil nyawa saya pada saat tidak menutup aurat."

Mendengar hal itu Alika terdiam dan tertunduk. Helmi lantas memeluk adiknya. "Maafin Kakak ya, Sayang."

Pelukan hangat mereka terhenti setelah Syira yang pada saat itu mengangkat satu karung beras menyapa Helmi.

"Helmi, ini adik kamu?" tanya Syira.

"Ia ... Syira, ini adik saya. Namanya Alika Helmi, bisa dipanggil Alika," terangnya.

"Salam kenal, Alika. Saya Syira," kata Syira yang dijawab dengan anggukan oleh Alika.

...

Setelah mereka bertiga mengerjakan tugasnya, Helmi dan Alika segera pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

Baru saja Helmi memejamkan matanya, terdengar suara ketukan keras dari luar kamarnya. Yang membuat Helmi dan Alika sedikit terkaget.

Helmi pun segera menghampiri pintu kamarnya lantas membuka pintu. "A-ada apa?" tanya Helmi ketakutan melihat ketua asrama.

"Kamu ... ikut aku!" raungnya sembari menarik jilbab Helmi, hingga rambut yang selalu ditutupinya selama ini dapat dilihat.

Sementara itu Alika dengan kepanikan mengikuti kakaknya dari belakang. Sesampainya Helmi di ruangan ketua asrama, ia segera didorong sehingga ia terjatuh ke lantai.

Helmi terus menangis setelah rambutnya dilihat oleh beberapa tentara diperjalanannya tadi. Di sisi lain, Helmi masih bingung sebenarnya apa yang terjadi?

"Kamu Helmi, 'kan?" tanya Syakir ketua asrama sembari menarik rambut panjang Helmi hingga sang empu terdongak dibuatnya.

"I-iya ... saya, Tuan ..." jawab Helmi dalam tangisnya.

"Kamu tau ... apa kesalahanmu?"

"Ti-tidak ...."

"Kau sudah membunuh Kitmir dengan meracuni makanannya," terang Syakir.

Mata Helmi membulat. "Ti-tidak, Tuan!"

Mendengar hal itu, Syakir semakin kesal dan menendang perut Helmi dengan keras. Sementara itu Alika hanya mampu menangis melihat kakaknya yang sedang disiksa di balik pintu.

"Eh ..." erang Helmi sembari memegang perutnya yang terasa sakit.

Seakan tidak peduli pada Helmi, kini Syakir menyeret Helmi menuju kamar Kitmir dengan menarik rambutnya.

Helmi merasakan sakit yang sangat, dan sangat malu setelah beberapa tentara melihat rambutnya.  Beberapa penghuni asrama itu merasa kasihan pada Helmi, tak terkecuali dengan Syira.

Beberapa dari mereka mengikuti Helmi karena merasa penasaran apa yang telah terjadi padanya.

Sementara itu Alika menangis tersedu-sedu melihat kakaknya diperlakukan seperti itu. Melihat hal itu, Syira menghampiri Alika dan memeluknya.

"Alika ... ada apa sebenarnya?" tanya Syira dalam pelukannya.

"Saya ... ti-tidak tahu apa-apa," jawab Alika dalam tangisnya.

Setelah beberapa meter Helmi diseret oleh Syakir ketua asrama, mereka pun sampai di kamar Kitmir.  Semua mata terbelalak saat melihat mayat Kitmir yang sudah kaku.

"Siapa yang melakukan itu? Jawab!" raung Syakir.

"Bu-bukan ... saya," jawab Helmi dalam tangisnya.

"Kalau bukan kamu ... pasti adikmu. Panggil adiknya kemari, cepat!" raung Syakir.

Helmi terus menangis di ruangan itu tanpa berkata-kata. Beberapa saat kemudian Helmi mendengar suara tangisan Alika dari luar dan perlahan tambah mendekat.

"Bu-bukan saya pelakunya!" rintih Alika sembari memberontak karena pada saat itu Alika sedang di tarik oleh Syamil dan Ruka.

"Ini adiknya, Tuan!" kata Ruka sembari mendorong tubuh Alika sehingga terjatuh di samping Helmi.

"Eh ..." erang Alika.

Helmi dengan segera memeluk Alika. "Sayang!"

****

DARAH DI TANAH PALESTINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang