"Di mana?" tanya Sasuke seraya keluar dari mobilnya, akhirnya hari yang di nantikan tiba, kepulangan Sakura.
"Aku di dalam stasiun, tunggu sebentar, ya. Aku akan segera keluar." Balas Sakura yang sedikit terburu-buru beranjak dari tempatnya. Sakura berpisah terlebih dahulu kepada Ino, Neji, dan beberapa temannya.
Setelah itu, Sakura keluar dari stasiun, dengan telepon yang masih tersambung pada Sasuke. Sakura menarik koper kecilnya, arah matanya sangat cepat menemukan keberadaan Sasuke yang terlihat menunggunya.
Saat melihat Sakura, Sasuke segera melangkah mendekati Sakura yang juga sedang berjalan ke arahnya. Sasuke tersenyum penuh kerinduan kepada Sakura, ia langsung mendekap Sakura dengan erat.
Sakura tersenyum lebar, memejamkan kedua matanya, membalas pelukan penuh kerinduan dari Sasuke. Ponselnya Sakura masukkan ke dalam saku mantelnya, dan kemudian tangannya mengusap punggung Sasuke.
"Lelah?" tanya Sasuke, sedikit berbisik. Sasuke lalu memberi jarak antara tubuhnya dengan tubuh Sakura untuk menatap mata Sakura, kedua tangan Sasuke memegang pinggang Sakura.
"Sedikit, aku lapar." Jawab Sakura, dengan manja mengatakan dirinya lapar.
Sasuke terkekeh kecil, ia mencubit pelan pipi Sakura, lalu menangkup wajah Sakura.
Cup!
Cup!
Ciuman sekilas yang Sasuke berikan pada bibir Sakura, dan kecupan hangat pada dahi Sakura.
"Aku juga lapar, ayo, kita cari makan." Ajak Sasuke, dengan menggandeng tangan Sakura menuju mobilnya, dan mengambil alih koper Sakura.
Sasuke kemudian memasukkan koper Sakura ke bagasi mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Sakura.
Mereka berdua kemudian masuk ke dalam mobil, dan Sasuke melajukan mobil pergi meninggalkan stasiun.
"Kenapa kemarin kamu pingsan? Saya khawatir saat diberitahu Neji. Saya sudah bilang, jangan memaksakkan diri." Tanya Sasuke yang melirik sekilas pada Sakura. Kemarin Sasuke sempat ingin menyusul Sakura setelah mendapat kabar dari Neji, saat sudah siap, Sakura tiba-tiba meneleponnya dan melarangnya ke sana. Karena besok paginya merupakan jadwal pulang Sakura.
"Telat makan sepertinya, aku merasa asam lambungku naik, dan membuatku mual. Pingsannya juga tidak terlalu lama, kok, dan juga teman-temanku langsung membantuku. Maaf membuat khawatir." Balas Sakura, dengan senyum meyakinkan yang diberikan untuk Sasuke, dan Sakura menampakkan raut wajah menyesal.
Sasuke menghela napas berat, hal yang ia khawatirkan terjadi, istrinya kenapa-kenapa, sementara ia tidak berada di sekitar istrinya.
"Jangan diulangi lagi, oke? Aku benar-benar sangat cemas kemarin, rasanya jadi sulit bernapas." Ucap Sasuke, serius.
Sakura langsung mengangguk pasti. "Iya, aku janji, sayang. Kemarin kebetulan aku mendapat tanggung jawab besar sebagai perwakilan dari jurusanku. Aku melupakan makan siang, dan bahkan pesan chatmu saja aku balas setelah hampir lima jam. Memang sesibuk itu, kemarin."
Sakura menjelaskan situasi dan kondisinya kemarin, berharap Sasuke bisa mengerti.
"Iya, sudah. Saya paham, ketika kita sibuk, kita tidak memikirkan kondisi tubuh kita yang membutuhkan istirahat dan asupan nutrisi. Tapi lebih baik, kamu kemarin bilang pada saya tentang kesibukan kamu, jadi saya bisa mengingatkan kamu untuk istirahat atau makan, atau saya bisa menyuruh orang mengantar makanan pada kamu. Kalau kamu hanya diam, bagaimana saya bisa berbuat sesuatu untuk kamu?" Sasuke berkata dengan sabar dan penuh pengertian, memberikan pengertian kepada Sakura.
Walaupun mereka berjauhan, setidaknya Sasuke bisa tetap memperhatikan Sakura dengan berbagai cara. Sayangnya kemarin Sakura tidak memberikan kabar tentang kesibukannya, dan malah yang memberikan kabar ialah Neji. Sebuah kabar buruk.
"Maaf, aku pikir tidak penting membicarakan tentang aku yang tiba-tiba ditunjuk sebagai perwakilan jurusan. Tapi ternyata dampaknya besar juga. Untuk ke depannya aku janji tidak akan begitu lagi, sayang." Sakura berjanji dengan pasti.
Sasuke mengangguk, mempercayai janji Sakura. "Sayang, awal tahun setelah libur. Aku memutuskan kembali mengambil jadwal mengajar di kampus. Tidak apa-apa, 'kan?"
Sasuke menanyakan pendapat Sakura, beberapa kali Sasuke mendapat undangan mengajar kembali setelah libur cukup lama.
Sakura memikirkan terlebih dahulu, jelas jika Sasuke mengambil jadwal mengajar, itu akan membuat suaminya semakin sibuk di luar. Ada sedikit perasaan tidak rela, tetapi Sakura menekannya. Ia tidak mau egois, ia maunya tetap mendukung Sasuke apapun yang terjadi.
"Terserah saja, jika memang ingin, lakukan. Tapi aku mohon jangan terlalu sibuk di luar, aku juga membutuhkan suamiku di rumah." Balas Sakura, dengan sedikit malu. Pipi Sakura memerah karena secara jujur mengatakan membutuhkan suaminya.
Sudut bibir Sasuke tertarik ke atas, Sasuke terkekeh kecil. "Aku hanya mengajar saja, jadwalku tidak sepenuh jadwal dosen lain. Tenang saja, mungkin hanya satu jam. Mana mungkin aku sanggup berlama-lama di luar, sementara ada yang menungguku di rumah. Lagi pula, aku mengambil jadwal yang sama seperti jadwal kuliahmu. Agar kita bisa pulang bersama, bukankah itu bagus?"
Sasuke sengaja mengambil jadwal mengajar, untuk bisa pulang bersama Sakura, dan entah mengapa Sasuke jadi tidak rela Sakura pulang sendiri menggunakan mobilnya. Jika ia mengajar, tentu tidak akan ada alasan Sakura untuk menolak. Sakura sering menolak ketika Sasuke menawarkan diri menjemputnya.
"Dasar, ya. Selalu saja punya maksud tertentu, aku pikir karena bosan di rumah, jadi suamiku ingin lebih lama di luar." Ucap Sakura, dengan terkekeh karena sempat berburuk sangka.
"Hah? Mana mungkin aku bosan di rumah, sayang." Tampik Sasuke.
Sasuke kemudian memarkirkan mobilnya di parkiran sebuah restoran, ia memilih restoran tempura dan shabu-shabu untuk mereka makan.
Sakura lebih dulu keluar dari mobil, ia lalu menghampiri Sasuke yang baru keluar mobil.
"Ayo, masuk." Ajak Sasuke yang kemudian menggenggam tangan Sakura.
Sakura mengangguk disertai senyum simpul, ia kemudian mengikuti Sasuke.
Mereka memesan satu porsi tempura untuk Sasuke, dan satu porsi shabu-shabu untuk Sakura. Tidak begitu lama, hingga akhirnya pesanan mereka datang.
"Sayang."
Sasuke langsung menatap Sakura, ia baru akan memakan tempuranya, tetapi Sakura memanggilnya. Sasuke menatap Sakura dengan pandangan bertanya. "Kenapa?"
"Boleh tukar? Aku sedang tidak ingin ini, aku maunya milik Sasuke-kun." Pinta Sakura, dengan menatap tempura milik Sasuke.
Walaupun sedikit merasa aneh, Sasuke tetap menggeserkan tempura miliknya ke arah Sakura dan mulai mengambil irisan daging yang kemudian dilambai-lambaikan ke dalam kuahnya.
Sasuke sangat tahu bahwa Sakura tidak suka udang, sementara di tempura miliknya terdapat udang. Sasuke pikir Sakura tidak akan memakan udang itu, tapi pemikirannya salah. Justru tempura yang berisi udang lebih dulu Sakura makan.
"Bukannya kamu tidak suka udang, Sakura?" tanya Sasuke yang merasa aneh, memperhatikan Sakura yang tengah menikmati tempura.
"Kapan aku mengatakan itu? Ini enak, kok." Sahut Sakura.
Sasuke sedikit cengo memandang Sakura.
Kapan istrinya mengatakan itu? Hah? Padahal istrinya itu selalu menghindari makanan yang terbuat dari udang karena rasanya aneh dan tidak cocok di lidahnya. Tapi, ya sudahlah, terserah istrinya, yang terpenting dia bahagia. Sasuke mengendikan bahunya, membiarkan istrinya menikmati makanannya.
《BERSAMBUNG》
12-08-2021/Kamis/23:48
By.Sasusaku08
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want Uncle 《R》 ✔
Fanfic《07》 21+ END -Sasuke Aku tidak mengerti mengapa adik dari kakak iparku mengusulkan aku untuk menikah dengannya di hadapan seluruh keluargaku. Aku mengenalnya sejak ia masih berumur tujuh tahun, hingga ia tumbuh dewasa bersama keluargaku. Konyolnya...