Happy reading!!!
"Dari mana gue tanya?" Darren melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kerja kelompok lah, kemana lagi?"
"Kata Jidan gak ada kerja kelompok."
Ansel jadi gelagapan sendiri. Lagian, kenapa Abangnya bisa nanya ke Jidan sih? Setahunya, Abangnya itu gak kenal sama Jidan.
"Ya-ya kan temen Ansel gak cuma Jidan aja, beda kelompok." Alibinya.
Darren mendengus, ia tidak percaya sebenarnya. "Tau ah, gue gak peduli juga. Yang penting, itu sepatu sama mobil gue bersih sekarang juga!" Ansel mengangguk.
Ia menghela napas lega ketika Darren sudah masuk kamar, "Selamat-selamat, untung gak ketauan."
Setelah berganti baju, sesuai perintah Abangnya tadi, Ansel langsung mencuci sepatu serta mobil milik Abangnya itu.
"Rajin amat, Sel." muncul Jonathan dari balik pager rumahnya.
"Ansel mah selalu rajin, emang kayak Abang?"
"Enak aja, Abang juga rajin!"
"Rajin bermalas-malasan, hehehe." sambung Jonathan membuat Ansel mendengus.
"Ngapain Bang Jo kesini?" tanya Ansel pada Jonathan yang sekarang sudah duduk disebelah nya.
"Gabut aja, bosen di rumah."
Bohong.
Nyatanya ia kesini karena khawatir pada Ansel. Sebab setelah Darren menelpon tadi, Jonathan takut akan terjadi sesuatu pada Ansel. Tapi ia bisa bernapas lega sekarang, ternyata Ansel tidak apa-apa.
"Istirahat Sel, lo gak capek apa abis dari luar?" Ansel langsung menoleh kaget.
"Abang tau darimana? Abang cenanyang?!"
Jonathan memukul kepala Ansel pelan, "Ngaco."
"Tadi Darren nelpon nanyain lo."
Kening Ansel berkerut, "Tunggu. Jangan bilang Abang yang ngasih tau nomer Jidan?" selidiknya.
Jonathan mengangguk, "Iya, heheheh."
"Ih, kok gak bilang dulu sih sama Ansel?! Ntar kalo Bang Darren nanya macem-macem gimana? Bisa kebongkar rahasia Ansel!"
"Hah, rahasia? Rahasia apa?" bingung Jonathan.
"Rahasia kalo Ansel kerja!"
"Kerja?!" Ansel melotot, ia sudah keceplosan.
"Ah, a-anu itu maksudnyaㅡ"
Jonathan menarik badan Ansel untuk menatapnya, "Lo kerja beneran?! Sel, jawab gue! Lo kerja beneran, hah?" hebohnya seraya mengguncang badan Ansel.
"Siapa yang kerja?" keduanya menoleh, mendapati Darren yang bersandar pada pintu seraya mengemut es kiko.
"Oh itu, Ansel. Kan lagi kerja tuh, nyuci barang lo!" Darren memilih tidak peduli kemudian masuk ke dalam rumah lagi.
"Woy, bagi kikonya!" teriak Jonathan.
"Beli sendiri!"
"Dih pelit!" lalu Jonathan menoleh pada Ansel yang masih diam membeku.
"Sel, sadar woy!" tepukan dipundaknya menyadarkan Ansel.
"Ya ampun, Bang! Kalo Bang Darren tadi denger gimana?! Pelan-pelan dong ngomongnya!"
"Ya abis gue kaget! Gak ada angin, gak ada badai, lo tiba-tiba kerja. Kenapa? Kekurangan uang? Gampang, tinggal minta ke Abang lo, kan dia kaya. Atau minta ke gue juga gapapa." cerocos Jonathan.
![](https://img.wattpad.com/cover/280629837-288-k712444.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Abang || Jihoon & Junkyu ✔
Fanfiction[ C o m p l e t e ] Darren benar-benar sudah kehilangan semuanya. Darren menyesal karena tidak sempat menjadi abang yang baik untuk adiknya. Darren menyesal selalu mengabaikan Ansel. Darren menyesal sudah menyimpan dendam terlalu lama. Tak ada ke...