Happy reading!!!
Darren sudah datang ke rumah sakit lagi sejak tadi pagi. Ia sungguh tak sabar untuk bertemu dengan sang Ibu sebelum operasi dimulai.
"Darren sudah makan, nak?"
Darren mengangguk, "Udah tadi disuapin Bibi. Abis, Ibu kan lagi sakit jadi gak bisa suapin Aren deh."
Diana tersenyum, menatap sendu sang anak. "Besok-besok harus belajar makan sendiri ya? Masa harus disuapin terus? Kan sudah besar."
"Aren masih kecil tau! Baru aja mau masuk esde. Emang kenapa sih kalo Aren masih mau disuapin? Kan ada Ibu yang bakal suapin Aren."
"Gak selamanya Ibu ada disamping kamu, nak. Kalo misalkan Ibu gak ada dan kamu masih bergantung sama Ibu, gimana? Kamu gak bakal bisa hidup mandiri, sayang."
"Mulai sekarang, Ibu minta kamu jadi lebih mandiri ya. Jadi anak yang baik dan jangan ngerepotin Ayah, Bibi atau siapapun. Apalagi kamu mau jadi Abang nanti."
"Tapi Aren gak mau mandiri sekarang. Aren masih mau disuapin Ibu, tidur ditemenin Ibu, main bareng Ibu, ngerjain PR dibantu Ibu. Pokoknya Aren mau selalu bareng sama Ibu sampe kapanpun."
Diana menggeleng kecil, "Gak bisa, nak. Ibu sudah bilang, kan? Gak selamanya Ibu akan selalu ada disamping kamu."
"Emang Ibu mau kemana sih? Ibu mau pergi? Ibu mau ninggalin Aren, iya?" Tanya Darren karena bingung dengan maksud sang Ibu.
"Kemana pun Ibu pergi, dimana pun Ibu berada. Ibu akan tetap ada disini, di hati Darren."
"Emang Ibu muat masuk ke hati Aren? Kan Ibu besar." Ucapan polos anak itu membuat kedua orang tuanya terkekeh.
"Anakmu ini loh, Yah. Kok polos banget."
"Namanya juga masih kecil, Bu."
"Emang gak muat, kan? Masa Ibu mau dipaksa masuk? Kasian Ibu, nanti kesempitan terus nanti kesakitan deh." Darren memeluk sang Ibu.
"Iya-iya, terserah kamu aja deh."
"Darren boleh keluar duluan? Ayah mau ngomong dulu sama Ibu."
"Oke, Yah!" Darren mengelus perut sang Ibu. "Adek jangan nakal ya, jangan bikin Ibu sakit. Sampai ketemu nanti sama Abang!"
Diana terharu melihat tingkah anaknya itu. Ia harap, ketika adiknya ini lahir, Darren bisa menerima dan menyayanginya sepenuh hati.
Ceklek
Pintu tertutup.
"Diana. Terimakasih, selama ini kamu sudah jadi istri sekaligus Ibu yang baik buat aku dan juga Darren."
"Atas segala perjuangan kamu dalam melahirkan anak kita dan memberikan aku malaikat kecil yang lucu."
"Sampai kapanpun, aku akan selalu mencintai kamu." Arkan mengusap tangan sang istri lembut.
"Terimakasih juga karena kamu sudah mau menerimaku sebagai istri kamu dengan apa adanya dan tulus. Maaf, mungkin selama ini aku masih banyak kurangnya."
"Arkan. Tolong jaga malaikat kita, rawat mereka hingga tumbuh dewasa. Gantikan posisiku sebagai Ibunya. Aku tau kamu pasti bisa, walaupun tanpa aku."
Arkan menghapus air matanya yang sudah berderai. Ia bingung dengan istrinya yang masih setegar itu dalam keadaan seperti ini.
Kedua sejoli itu berpelukan saling menumpah segala rasa yang membelenggu, dan saling menguatkan satu sama lain.
Hingga akhirnya operasi dimulai.
![](https://img.wattpad.com/cover/280629837-288-k712444.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Abang || Jihoon & Junkyu ✔
Fiksi Penggemar[ C o m p l e t e ] Darren benar-benar sudah kehilangan semuanya. Darren menyesal karena tidak sempat menjadi abang yang baik untuk adiknya. Darren menyesal selalu mengabaikan Ansel. Darren menyesal sudah menyimpan dendam terlalu lama. Tak ada ke...