Aduuh, maaf lama gak upload. Mood-mood-an niih.. hihiii
Selamat membacaaaa..
...
Rora berjalan menuju kelas. Ini hari dimana ia sekolah. Rora duduk, dan beberapa teman kelas Rora memperhatikan dirinya. Mungkin efek ia dikabarkan tidak masuk karena kecelakaan, Rora sedikit menjadi pusat perhatian.
Rora mengeluarkan beberapa barang, seperti alat tulis dan semacamnya. Lalu, pergi ke kantin. Setelah dilihat di jam tangan kesukaannya yang berwarna hitam, masih lama dimulainya pelajaran.
Rora berjalan menuju kantin. Dia membeli minuman, tapi tak berniat untuk menghabiskannya. Rora hanya melamun dan itu dilakukannya sampai bel berbunyi. Kemudian, Rora berjalan menuju kelas dan pelajaran pun dimulai.
...
"Baik anak-anak, itu aja yang dapat Ibu sampaikan, jangan lupa di kerjakan ya tugasnya," kata Bu Dewi, guru pelajaran fisika.
"Ya bu."
"Ayo ke kantin," kata Angel sambil menarik tangan Rora.
"Bentar, beres-beres buku dulu." Rora memasukkan buku fisika ke dalam tasnya dan kotak pensilnya ia masukkan ke dalam loker meja.
"Ayo!" seru Angel setelah Rora menyelesaikan aktivitasnya.
...
Di kantin suara begitu riuh. Banyak suara orang mengobrol, orang memasak, dan dentingan sendok dan garpu yang bergantian.
"Di pojok sana!" seru Angel. Rora dan Angel duduk di kursi pojok kantin dan Angel memesan makanan.
Rora membuka handphone untuk mengurangi bosannya. Angel berdiri menanti soto ayam, dia masih mengantri di sana.
"Holaa!"
Rora mengangkat wajahnya, melihat Daffa dengan tatapan dingin, kemudian di susul memberikan tatapan dinginnya ke Riki.
Dua laki-laki ini duduk di depannya dan memberikan wajah terbaiknya, meski menurut Rora biasa-biasa saja.
Rora berdiri dan berniat untuk mencari tempat duduk lain. Tapi, tangannya dipegang oleh Daffa. Rora menampisnya dengan cepat dan kasar.
"Sorry, maksud gue kalau lo gak mau kita di sini, kita aja yang pindah. Ya kan Ki?" tanya Daffa. Ia merubah rencananya dengan cepat.
"I-iya," kata Riki. "Katanya lo mau PDKT kok malah pergi sih?" bisik Riki.
"Stttt..," Daffa menaruh telunjuknya di depan bibirnya menandakan untuk diam saja. "Ya udah, kita pergi dulu ya."
Daffa segera pindah tempat, tapi masih sebaris dengan bangku Rora agar dia bisa melihat Rora meski dari jauh.
"Aduh-aduh, panas. Pindah itu tisunya, ini baksonya," panik Angel. Dia hanya memegang dua mangkuk bakso dengan tangan, tanpa nampan.
"Kok bakso?" heran Rora. Tapi, ia tetap memindahkan tempat tisu agar baksonya segera diletakkan di meja.
"Habis sotonya."
Lalu, mereka menyantap bakso itu bersama. Tak lama kemudian, ada suara gaduh-gaduh. Lebih gaduh dari suasana di kantin sekarang.
"Mohon tidak berbicara. Ada Paduka Raja mau menyampaikan sesuatu ke rakyat jelata," perintah Angga di tengah-tengah kantin. Dia menepuk tangannya agar 'rakyat jelata' memberikan fokusnya ke 'Paduka Raja'.
Beberapa anak di sana berdiri lurus, seperti peniup terompet dalam kerajaan ketika menyambut keluarga kerajaan. Tapi, mereka tak memegang terompet, melainkan buket bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora - Yang Akan Bersinar Pada Waktunya (On Going)
Novela JuvenilIni tentang Aurora yang terkenal pendiam, jutek, dan terlalu pintar. Juga seorang Daffa yang tengil, ceroboh, dan tapi perhatian dan hanya cinta Aurora. Aurora tak pernah berharap dicintai. Tapi, Daffa tetap mengejar Aurora dan selalu mengikuti ke m...