Upload niih. Seneng gak sih? Seneng dong biar semangat nulisnya.
Kalau mau tanya-tanya tentang Aurora bisa tanya dm Instagram ya guys...
Happy reading 💕💕
...
Rora diam di ranjang rumah sakit. Dia tidak tau harus melakukan apa. Padahal dirinya sudah baik-baik saja. Tapi, Pak Lukman kekeuh untuk tetap memberikan perawatan untuk Rora sampai pulih dan tidak ada luka sama sekali. Berlebihan memang, tapi itu karena Pak Lukman sayang dan sangat khawatir pada anak-anaknya.
Pak Lukman sudah menitipkan Rora pada bodyguard-nya. Tapi menunggu di luar. Agar Rora juga tidak risih. Sedangkan, Bu Indah pulang dan menunggu di rumah karena akan ada orang yang ingin mengambil CCTV kolam renang untuk dibenahi. Sebenarnya bukan itu tujuan utamanya. Tapi, ada teman Bu Indah yang ingin bersilaturahmi. Lea langsung diantar berangkat sekolah setelah melihat Rora sadar.
"Gak boleh mbak. Mbak harus ada bukti kata Pak Lukman. Ini penjagaan ketat."
"Saya masuk aja pak. Saya beneran temennya. Tapi kan temenan gak pakai sertifikat. Jadi saya gak ada bukti."
"Nggak mbak. Ini perintah dari Pak Lukman. Lagipula kata Pak Lukman gak ada yang boleh masuk selain keluarga. Jadi, mbak tetep gak bisa masuk."
"Pak Lukman sapa sih? Dari tadi di sebut mulu."
Rora langsung melihat ke arah pintu. Ada suara ribut-ribut di balik pintu. Dia memutuskan untuk berjalan ke sana untuk melihat apa yang terjadi.
Rora membuka pintu dan terlihat Angel masih menggunakan seragam sekolah. Angel juga memegang tote bag kertas kecil berwarna coklat dan buah-buahan.
"Dia papa gue," singkat Rora.
Angel dan bodyguard-bodyguard di sana langsung melihat ke arah Rora.
"Roraa...," seru Angel dan hendak memeluk Rora tapi Rora menyingkir.
"Kenapa nona Rora berdiri? Harusnya-" kata salah satu bodyguard.
"Dia teman saya," sela Rora. Rora berjalan kembali menuju ranjang dan menyuruh bodyguard-bodyguard itu mempersilahkan Angel masuk.
Angel tersenyum penuh kemenangan lalu menjulurkan lidahnya pada bodyguard-bodyguard di sana.
"Jadi gue udah resmi jadi temen lo?" goda Angel. Ia menaruh seluruh bingkisannya di nakas sebelah ranjang Rora.
Rora seperti biasa hanya diam saja.
"Jawab kaliii," ujar Angel.
Angel kembali berbicara. "Eh, lo bener-bener nyebelin tau gak waktu itu. Lo biarin gue nabrak Pak Joko. Gue gak salah juga."
Rora langsung tersenyum sedikit mengingat kejadian itu. Tapi, Angel tidak melihatnya, dia terus mengoceh tak jelas. Sayang sekali.
Setelah kejadian tertawa di cafe itu, juga saat Angel menabrak Pak Joko lalu Rora hampir tertawa, Angel lebih siaga untuk merekamnya. Dia bangga bisa berteman dengan Rora. Menjadi satu-satunya teman Rora.
"Tolong lah pak. Saya udah ganteng-ganteng gini masa gak jadi ketemu Rora sih. Saya dandan dari kemarin tau gak pak."
"Gak boleh mas. Mas kan bukan keluarganya, sedangkan yang boleh masuk hanya keluarga."
"Oke kalau gitu. Perkenalkan, saya calon suaminya. Suami itu keluarga kan?"
"Siapa itu?" kata Angel pada Rora. Rora hanya menaikkan bahunya tidak tau.
Angel berjalan ke arah pintu dan dibuka olehnya.
Daffa si murid baru yang terlihat. Rora menaikkan satu alisnya. Untuk apa ia kemari?
"Ngapain lo ke sini?" tanya Angel sinis. Angel merasa hanya dirinya yang berhak masuk ke sini. Padahal tadinya ia juga diusir.
"Kenalin. Lo masih inget kan sama gue? Kalau gak inget ya udah," ujar Daffa santai. Ia juga langsung masuk ke ruangan Rora. Tapi dicegat oleh bodyguard-bodyguard di sana.
"Eh asal lo tau ya. Rora ini gak ada hubungan sama lo. Lo baru ketemu sama Rora ini cuma 1 hari. Tolong lah. Sadar diri dikit ya, gue udah ketemu sama dia bertahun-tahun," jelas Angel.
"Bodo amat!" sewot Daffa. Daffa ingin masuk lagi dan dihalangi kembali oleh bodyguard Rora.
"Ya udah, gini aja. Kita tanya Rora. Kan dia nih yang mau dijenguk, jadi Rora yang tentuin," putus Angel.
Angel dan Daffa melihat ke Rora. Rora masih diam tak memberi jawaban.
"Rora, lo nggak gagu karena kecelakaan kan?"
"Daffa gak boleh masuk."
"Yes!" Angel memegang pintu untuk menutupnya. Tapi ia berhenti menutupnya karena omongan Rora.
"Lo juga."
"Yaah...," kecewa Angel. Daffa tertawa sinis.
Angel tak terima keputusan itu, berbicara kembali. "Kan tadi gue-"
"Gue tadi cuma bilang lo temen gue. Itu gak jadi alasan lo boleh masuk."
"Tapi, lo biarin gue masuk, kenapa gue gak diusir?" tanya Angel mengungkit-ungkit.
"Kasihan," balas Rora telak. Sungguh sadis.
Daffa masih tak pergi, ia sekarang tertawa melihat perseteruan ini.
Angel dan Daffa pun akhirnya sama-sama pulang tapi tetap menitipkan bingkisan yang mereka bawa kepada bodyguard di sana.
...
Enaknya cerita Aurora di panjangin kah? Aku ngerasa tiap chapter itu isinya kurang banyak gitu. Komen yaa..
Rora sakit..😩🤒🤕
Angel. Kasihan dia kecewa berat yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora - Yang Akan Bersinar Pada Waktunya (On Going)
Genç KurguIni tentang Aurora yang terkenal pendiam, jutek, dan terlalu pintar. Juga seorang Daffa yang tengil, ceroboh, dan tapi perhatian dan hanya cinta Aurora. Aurora tak pernah berharap dicintai. Tapi, Daffa tetap mengejar Aurora dan selalu mengikuti ke m...