Mereka bilang, hidupku sempurna. Mempunyai sederet prestasi dan umh.. Wajah cantik yang membuat kaum lelaki tak hentinya menggodaku, bahkan ada juga yang secara blak-blakan mengungkapkan isi hatinya padaku di depan publik.
Tapi mereka harus berakhir kecewa dengan penolakan dariku.
Lalu jangan lupakan loker milikku yang setiap paginya selalu dipenuhi berbagai macam barang seperti coklat misalnya, surat cinta, dan setangkai bunga mawar.
Namun, aku tak pernah mengambil barang-barang itu.
Kenapa?
Karena aku tak mau membuat mereka berharap lebih padaku dengan aku mengambil barang-barang itu.
Samar-samar aku bisa mendengar segerombolan siswi yang berjalan melewatiku sedang menggosipkan sang most wanted yang terkenal dengan ketampanannya itu.
Dia adalah Endrico Geraldy D. Sosok lelaki tampan, baik, ramah, dan ketua tim basket yang begitu diidolakan semua orang. Apa yang kurang coba?
Dia begitu sempurna.
Siapa yang tak akan menyukainya coba?
Ditengah langkahku suara seorang lelaki terdengar menyerukan namaku.
"Fio." Panggilnya.
Aku yang tengah berjalan menyusuri lorong sekolahpun terpaska berhenti melangkah. Dengan gerakan cepat aku berbalik menghadap orang yang menyerukan namaku.
Kedua mataku terbelalak sempurna saat menemukan remaja laki-laki yang begitu digilai banyak gadis itu tengah berjalan cool ke arahku.
Sorot matanya menatapku begitu intens. Tentu saja aku tak bisa berpaling. Semua gadis yang berpapasan dengannya saja rela berhenti melangkah demi mengagumi sosok tampan itu.
Lalu.. Bagaimana mungkin aku bisa berpaling jika dia sendirilah yang mendekatiku, menatap lekat kedua manikku hingga dia berhenti tepat dua jengkal dariku saja aku tak menyadarinya.
Sebegitu menawannya dia di mataku dan ya.. Di mata semua gadis lainnya tentunya.
Aku yang sudah dibuat berdiri bak manekin hidup semakin sulit untuk menggerakan tubuhku saat dia dengan begitu coolnya berjongkok di depanku.
E-eh, apa yang akan dia lakukan?
Endrico menengadahkan wajah tampannya hingga tatapan kami kembali bertemu.
Degup..
Aku menahan napas dengan jantung yang sudah bergemuruh hebat di dalam sana.
Dengan gerakan seringan kapas, Endrico meraih tangan kananku lalu digenggamnya begitu lembut.
Sontak aku berusaha menarik kembali tanganku yang dia pegang, namun dia menahannya.
"K-kak, apa yang kamu la-lakukan?" Tanyaku agak terbata. Begitu sulit untuk berkata normal jika berhadapan dengannya, most wanted boy sekolah ini. Padahal ketika berada di ruang kelas aku begitu cakap. Kemana perginya semua itu?
Pesonanya memang tak bisa diragukan.
Dia mengulas senyum menawannya. Itu membuatnya berkali-kali lipat lebih tampan. Dia terus mempertahankan senyum manisnya padaku tanpa bersuara.
Siapapun itu, help me. Aku bisa kejang-kejang kalau terus berada dalam situasi ini terlalu lama.
Jeritan tertahan dan beberapa decakan kagum beberapa siswi membuat aku seakan tersadar.
Ini di lorong? Astaga, apa aku menjadi bahan tontonan? Matilah aku. Bagaimana jika fans girlnya kak Endrico membulyku setelah ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Headmaster is my HUSBAND
RomanceStory ke-3📓 Awalnya kehidupan Fiona sama seperti remaja pada umumnya, bersekolah, menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya tanpa harus memikirkan beban apapun, dan melakukan kegiatan lainnya tanpa harus membatasi waktu. Namun, semuanya berubah...