15.Morning Kiss?

649 20 3
                                    

Up lagiiii

Budayakan vote sesudah membaca⭐

Happy reading📓

°

°

Ceklek...

Pintu terbuka sepenuhnya, memperlihatkan sosok lelaki dengan postur tubuh tinggi dan tegap yang terlihat sibuk melap kemeja hitamnya menggunakan tissue.

Aku berjalan mendekatinya. Ekor mataku melirik meja rias yang sudah penuh dengan beberapa gulung tissue bekas.

"Sekali lagi aku minta maaf, tadi tuh beneran gak sengaja." Ujarku ketika sudah berdiri di belakangnya.

Mr.Gerald melempar asal gulungan tissue yang baru saja dia gunakan lalu berbalik menatapku. Karena dia terlalu tinggi mau gak mau aku harus mendongak buat natap wajahnya. Masih marah kayaknya. Kelihatan dari auranya yang kayak mengeluarkan asap. Cuma perumpamaan btw.

Aku melemparkan tatapan memelasku supaya dia luluh, eh nyatanya enggak. Es kutub emang susah buat dicairinnya.

"Please, maafin ya? Ya ya ya."

"Segampang itu kamu minta maaf. Lihat!" Mr.Gerald menunjuk ke dada sebelah kirinya yang kena semburan air susu dari mulutku tadi. Sorot matanya begitu tajam menandakan dia sedang kesal. Tentu saja, siapa yang gak bakalan kesal kalau kena cipratan air dari mulut orang lain.

Tapi please, itu tuh gak sengaja. Walaupun aku gedeg sama dia tapi gak mungkin juga sampai berbuat segitunya sama dia.

"Kemeja kesayangan saya jadi kotor karena mulut kamu yang gak bisa menampung air itu." Lanjutnya sambil berdecak kesal. Mr.Gerald berkacak pinggang dengan kedua manik hitamnya yang sudah memelototiku kayak yang mau menelanku hidup-hidup.

Gak kehabisan akal, aku meraih ujung saku celana bahannya lalu menarik-nariknya pelan. Wajahku sudah aku buat sememelas mungkin, berharap manusia kutub yang satu ini luluh pas melihatku begini.

"Sudah mengotori kemeja saya dan sekarang kamu mau merobek celana saya, begitu? Lepas, istri macam apa yang saya nikahi ini, belum juga seminggu menikah udah bikin saya naik pitam."

"Kalau gitu diturunin aja pitamnya, jangan dibiarkan naik terus, gak baik buat kesehatan. Mr kan udah lansia, alangkah baik bila menjaga kesehatan sejak dini biar saya gak jadi janda muda yang ditinggal suami tanpa tanda tangan surat cera--"

"Stop!" Aku berhenti mengoceh ketika jari telunjuk yang terasa asing ini menyentuh bibirku. Aku diam mematung, berusaha mencerna apa yang dilakukan lelaki di depanku ini.

Tatapan kita bertemu, saling menelisik seolah menyelam mencari sesuatu yang tidak pasti. Aku berhasil mengedipkan mataku setelah cukup lama diam mematung.

"T-tangannya M-mr." Ujarku agak kesulitan karena jari telunjuk dia masih nangkring di atas permukaan bibirku.

Mr.Gerald mendelikan matanya lalu di detik berikutnya dia menarik tangannya dariku.

"Hahh capek saya debat sama bocil macam kamu. Bukannya merasa bersalah, eh ini malah nyumpahin saya cepat mati."

Hah emang iya? Kapan? Perasaan aku gak nyumpahin dia deh?

"Dih, kapan aku ngoming gitu?" Aku memalingkan wajah ke arah lain yang lebih enak dipandang dari wajah Mr.Gerald.

"Satu menit tiga puluh delapan detik yang lalu."

Buset, niat banget dia sampai menghitung menit detik gitu. Aku aja gak ingat kalau udah nyumpahin dia.

"Ah masa iya? Engga deh kayaknya. Mr salah dengar kali."

Headmaster is my HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang