"Jatuh cinta membuat orang lupa waktu hingga gak sadar kalau kebersamaan telah berlalu yang kini hanya menyisakan sekeping rindu yang harus ditahan hingga sampai pada waktunya untuk bersitatap kembali."
Happy reading📓
°
•
°
•Menjalani hubungan dengan Koko membuat waktu terasa begitu cepat berlalu. Satu tahun sebelas bulan dua puluh hari, kita berdua sudah berpacaran selama itu.
Itu artinya, sekitar sepuluh hari lagi adalah hari anniversary kita yang ke dua tahun. Hari yang sangat membahagiakan menurutku, dan akan semakin membahagiakan lagi jika saja Koko berada di sini, merayakan hari jadian kita bersama-sama. Namun sayangnya, itu tidak akan terjadi, perbedaan negara membuat kita tak bisa merayakannya bersama.
Lima bulan yang lalu, tepatnya hari kelulusan sekaligus keberangkatan Koko ke Amerika untuk melanjutkan study nya di sana. Koko bercita-cita ingin menjadi orang sukses biar gak dianggap remeh oleh keluarganya.
Yeah, kalian masih ingat bukan, saat Koko bercerita padaku bahwa ibunya sudah meninggal. Koko tinggal bersama keluarga ayahnya yang kaya raya tapi Koko tidak menemukan kebahagiannya di rumah itu. Rumah bak istana namun tidak ada kehangatan layaknya keluarga yang Koko harapkan di sana. Itu sebabnya Koko lebih memilih melanjutkan study nya di negara lain ketimbang di sini, di negaranya sendiri.
Awalnya aku merasa sedih dan gak rela dengan keputusannya, tapi.. Aku juga sadar, aku gak boleh egois, Koko berhak menentukan pilihannya sendiri. Walaupun dia akan pergi jauh dariku, tapi aku selalu yakin akan satu hal, Koko akan tetap sama, dia tidak akan berpaling dariku, aku yakin itu, dan aku pun tak akan berpaling darinya.
Karena bagiku Koko merupakan malaikat tanpa sayap yang dikirimkan Tuhan untukku, hanya untukku, dan akan selalu menjadi milikku.
Yakin saja dulu.
"Kakkkk."
Brak
"Astaga, aku melupakan sesuatu, apa kakak bisa membantuku?"
"Ayolah aku mohon."
Bocah itu memang tidak punya sopan santun, malam-malam begini dia datang membanting pintu kamarku dengan membawa sebuah buku dalam dekapannya.
Hell, sepertinya aku bisa menebak hal apa yang membuatnya begitu terburu-buru.
"Membantumu?" Aku menutup laptopku lalu beralih menatap Fero yang terus saja merengek kalau gak disahutin.
"Ya, karena selain dirimu tidak ada yang bisa aku andalkan di rumah ini. Cepat, bantu aku mengerjakan tugas matematika ini, aku sudah berusaha untuk mengerjakannya sendiri, tapi apa kamu tahu kak? Kepalaku malah pusing, rasanya mataku berputar-putar menghitung soal yang tidak aku mengerti ini, salahkan saja gurunya yang terlalu pintar hingga membuat muridnya yang malang ini merasa bodoh." Oceh Fero mendramatis. Owh ya, sekarang dia sudah bisa mengatakan huruf r dengan benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Headmaster is my HUSBAND
RomanceStory ke-3📓 Awalnya kehidupan Fiona sama seperti remaja pada umumnya, bersekolah, menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya tanpa harus memikirkan beban apapun, dan melakukan kegiatan lainnya tanpa harus membatasi waktu. Namun, semuanya berubah...