5.Pertemuan Oleh Takdir

288 13 0
                                    

Happy reading📓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading📓

°

°

Saking senangnya Koko punya planning untuk membina rumah tangga denganku, pas malamnya sampai kebawa mimpi.

Di dalam mimpi itu kita benaran menikah, bahkan sampai punya dua anak yang mirip banget sama Koko, nyesek juga sih karena gak ada yang mirip denganku.

Karena mimpi itu juga pagi ini aku sampai ke siangan, alhasil pas nyampe sekolah aku dapat rekor pertama kena hukuman sepanjang sejarah. Fiona Callista yang terkenal karena prestasinya selama ini, kini mendapat cap kurang baik karenanya.

Koko?

Dia gak jemput, tapi dia nge-chat dan bilang kalau pagi ini gak bisa jemput.

Koko nge-chatnya sekitar jam lima pagi, rajin banget dia tuh pagi-pagi udah bangun. Tapi karena aku bangunnya kesiangan, chat dia baru aku baca pas mau berangkat tadi.

Lupakan itu, sekarang aku sedang berusaha membujuk pak satpam yang jaga gerbang buat bukain gerbangnya.

"Pak, bukainlah, saya kan sebelum-sebelumnya gak pernah telat. Emang bapak gak kenal siapa saya?" Bujukku, pak satpam yang biasa kita panggil pak Dino itu malah berlagak budeg sambil memalingkan wajah ke arah lain. Dih, gitu banget.

"Siapa memangnya? Anak donatur sekolah ini? Anak pemilik sekolah? Cucunya pemilik sekolah? Pacarnya guru di sin--"

Astaga, baru tahu kalau pak Dino cukup cerewet. Wajahnya aja yang kelihatan galak, tapi aslinya cerewet.

"Stth, kalau pak Dino ngomongnya diterusin yang ada saya gak bakalan masuk-masuk sampai pulang nanti." Aku memotong perkataan pak Dino, pak Dino yang gak terima melototin matanya sambil berkacak pinggang.

Aku tersenyum kuda nil sambil menangkupkan kedua tanganku di depan dada. "Hehe maaf pak, maaf. Yaudah deh, karena gak bisa masuk mending saya pulang aja, lumayan bisa rebahan. Kalau ditanya sama guru atau mamah-papah saya jawab aja gak dibolehin masuk sama pak Dino."

Setelah berkata demikian aku berbalik pura-pura mau pulang, dalam hati aku terus menghitung mundur dari satu sampai lima berharap pak Dino dibukakan pintu hatinya.

Satu..

Dua..

Tiga.. Pak Dino masih belum ada tanda-tanda bakal manggil.

Empat..

Empat setengah..

Lim..

Tepat dihitungan ke lima pak Dino berteriak menyuruhku untuk berbalik menghampirinya.

"Heh kamu, balik sini!" Teriaknya agak nge-gas.

Headmaster is my HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang