Vote dulu yukk⭐
Kalau banyak yg vote, Upnya bakal lebih cepat pula😂
Happy reading💙
°
•
°
•"Ada lagi yang bisa saya bantu Mr.Gerald yang agung?" Tanyaku penuh penekanan sesaat setelah meletakkan beberapa toples kecil berisi camilan ke atas kasur di sebelahnya.
Mr.Gerald yang udah mau ngambil toples berisi kue kering seketika mengurungkan niatannya. Dia menghela napas lalu memfokuskan atensinya padaku, ke wajahku tepatnya.
Apalagi nih?
Kalau dia sampai meminta yang iya-iya, fiks bakal aku tendang lagi pantatnya yang jatuh tadi.
"Ada." Ujarnya pelan, tatapannya berubah serius.
"Apa?"
"Bisa gak jangan memanggil saya MR secara terus menerus? Kalau lagi di luar area sekolah saya ini suami kamu. Bukan kepsek ataupun guru! Saya kurang nyaman mendengarnya. Kalau kamu panggil Mr terus kesannya saya sedang bersama murid saya, bukan i-s-tri saya." Dia sedikit menekankan kata 'Mr' dan 'istri.'
"Ya dinyaman-nyamanin ajalah kan bisa. Aku juga udah terbiasa manggil Mr, kalau dirubah kayak agak gimana gitu."
"Ya gak giman-gimana. Pokoknya mulai sekarang jangan panggil saya dengan embel-bel Mr atau apalah itu ketika di luar area sekolah! Paham?" Maksa banget si abangnya. Pakai acara melototin mata segala, kan jadi ngeri liatnya.
Aku mengangguk ragu. "Fine."
Mr.Gerald mengangguk puas dengan senyum tipisnya, saking tipisnya semutpun gak bakalan lihat kayaknya. "Bagus. Call my name!" Ucapnya penuh nada perintah.
"Gera." Balasku cepat. Mendengar panggilan spontan dariku, dia langsung terdiam. Kenapa? Apa aku salah memanggil lagi? Perasaan sebelumnya aku pernah memanggilnya dengan sebutan itu.
"Kenapa?" Tanyaku. "Apa... Kamu gak suka panggilan it--"
"Suka, saya suka," balasnya sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku. "Panggil itu saja..." Dia kelihatan ragu. "Gera." Dia menatap wajahku membuat tatapan kita bertemu pada satu titik yang sama.
Tiga detik aku mengagumi ketampanan dan kesempurnaan yang melekat pada diri Mr ~ah Gera maksudnya. Tapi di detik ke empatnya aku seolah tertampar kenyataan bahwa ini semua tidaklah benar. Aku tidak seharusnya terpesona dengan ketampanan lelaki selain Koko yang sampai sekarang masih menempati ruang hatiku.
Aku membuang pandangan ke arah lain membuat kontak mata kita terputus sepihak.
Deg...
Deg...
Deg...
Detakkan jantungku meningkat di atas batas normal. Hanya sebuah tatapan biasa tapi mampu memporak-porandakan degupan jantungku. Tatapan Gera barusan terlihat sedikit berbeda. Tapi aku tidak tahu itu tatapan apa.
"F-fine, Gera." Aku segera pergi meninggalkan kamar tanpa mau berbasa-basi lagi yang pastinya akan memakan begitu banyak waktu. Tidak! Wajahku sudah terasa memanas, jika tidak segera pergi maka bersiap saja mendapat ejekkan dari si es kutub.
📓
"Fio." Panggil sebuah suara lelaki dari arah belakangku. Aku hanya bergumam singkat sebagai sahutan tanpa mau menunda kegiatan melukisku.
Masih ingatkan? Awal mula Koko memperhatikan aku secara diam adalah berkat lukisan-lukisan yang pernah dilombakan.
"Fi," panggilnya lagi, tapi kini dia sudah berada di kursinya Chloe. Sementara Chloe entah ke mana, tadi sih pamitnya mau ke kantin bareng Bunga. Tapi sampai sekarang belum balik juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Headmaster is my HUSBAND
Любовные романыStory ke-3📓 Awalnya kehidupan Fiona sama seperti remaja pada umumnya, bersekolah, menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya tanpa harus memikirkan beban apapun, dan melakukan kegiatan lainnya tanpa harus membatasi waktu. Namun, semuanya berubah...