Budayakan vote sebelum membaca⭐oghey?
Happy reading📓
°
•
°
•Jam pelajaran yang paling tidak dinanti-nanti oleh para kaum lelaki, namun begitu dinanti oleh kaum perempuan. Jam pelajaran apalagi kalau bukan matematika.
Sembilan puluh sembilan persen perempuan di kelas ini terlihat berbinar ketika Mr.Gerald, si guru tampan, mapan, plus kepsek sekolah ini memasuki ruangan dengan langkah tegasnya. Tak ada senyuman di wajahnya. Gera hanya menatap lurus ke arah yang ditujunya, meja guru.
Dari sembilan puluh sembilan persen itu hanya aku yang merasa tidak menginginkan keberadaannya. Malas aja gitu liat wajah flatnya itu.
Aku menghela napas lalu bertopang dagu. Menatap kegiatan Gera di depan sana. Mungkin sedang mengisi buku absensi guru. Maybe.
"Ganteng banget ya." Bisik Chloe amat pelan. Aku berdecak malas mendengar kalimat pujiannya yang ditujukan untuk Gera.
Ganteng katanya. Ck, muka flat gitu dibilang ganteng, huh.
"Enggak, biasa aja tuh. Masih gantengan Koko kali." Balasku acuh. Aku memalingkan wajahku, tak lagi memperhatikan kegiatan Gera. Males, kayak kurang kerjaan aja kesannya. Nanti kalau Gera tahu aku perhatikan begitu dia pasti akan mengolok-olokku begitu sampai di rumah nanti.
Chloe berdecak pelan. "Iya deh tahu yang udah punya pacar~ mau seganteng apapun lelaki yang ada di depan mata, yang di hatilah yang tetap menawan eakkk." Chloe tersenyum meledek.
Aku mendengus jengah. Bisa-bisanya Chloe nge-drama di saat udah masuk gini, mana suaranya lumayan kencang pula. Nanti kalau sampai di dengar sama---
"Pelanggaran pertama di jam pelajaran saya hari ini." Suara dingin nan tegas Gera mengudara membuat semua pasang mata menatap takut-takut padanya.
Aku melirik Chloe lewat ekor mataku. "Kamu sih." Ucapku hanya dengan gerakan bibir saja, takut ketahuan juga soalnya. Bisa bahaya. Masih ingat'kan konsekuensi kalau melanggar peraturan di jam pelajarannya Gera?
Yaps, di kasih soal. Bukan cuma lima atau sepuluh. Tapi lima belas per satu kali pelanggaran.
"Buka buku paket kalian, halaman delapan puluh, tulis soal dari nomor..." Gera menatap lekat buku paket miliknya sebelum menjatuhkan kalimat selanjutnya. "...dari nomor dua satu sampai tiga lima! Cepat kerjakan, no debat, jika tidak mau soalnya saya tambah."
Skakmat. Yang membuat kesalahan satu orang yang nanggung satu kelas. Tanpa suara sedikit pun seluruh penghuni kelas melirik Chloe dengan berbagai lirikan. Aku hanya bisa menghela napas dan akan mulai menulis, tapi Gera kembali bersuara.
"Oh ya, saya lupa." Gera berdiri dari kursinya, mengitari mejanya lalu beridiri di tengah-tengah ruangan. "Ganti nomornya menjadi nomor satu sampai lima belas. Biar gak bikin kalian ribet nantinya."
"Baik Mr." Jawab semua kompak. Aku hanya mengangguk malas. Kemudian hening, semua orang mulai sibuk menulis.
Kita yang ribet atau dia yang gak mau ribet pas nanti periksa? Ck, alasan.
Aku menatap Gera dalam diam, antara jengkel dan juga gak terima dengan ke semena-menaannya itu. Tanpa bisa diprediksi Gera juga mengarahkan tatapannya padaku. Awalnya aku ingin mengelak, tapi percuma, terlambat.
Tatapannya begitu tajam, tapi aku tidak merasakan takut sedikitpun dengan tatapannya itu. Aku justru malah ikutan melemparkan tatapan tajam padanya seolah mau bilang 'apa liat-liat?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Headmaster is my HUSBAND
RomansaStory ke-3📓 Awalnya kehidupan Fiona sama seperti remaja pada umumnya, bersekolah, menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya tanpa harus memikirkan beban apapun, dan melakukan kegiatan lainnya tanpa harus membatasi waktu. Namun, semuanya berubah...