Sahna melirik jam yang melingkar di tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, hal itu menunjukkan bahwa ia harus segera pulang dan bersiap-siap untuk bekerja. Yaaa, dia memang harus bekerja, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena dia memang bukan berasal dari keluarga yang kaya dan juga serba berkecukupan.
Ibu dan ayahnya sudah berpisah sejak ia lahir. Ayahnya pergi entah ke negeri mana dan juga ibunya pun seperti itu. Sahna ditemukan oleh tetangganya sedang menangis kelaparan seorang diri dirumahnya. Akhirnya dia dirawat oleh orang-orang sekitarnya dengan bergantian. Dia mulai bekerja di sebuah warung makan seorang janda sejak menginjak kelas 4 SD.
Back to story gais
Sahna segera menaiki angkot yang sudah distopnya. 20 menit menaiki angkot, akhirnya dia sampai disebuah gang sempit yang akan menuju ke tempat kosnya. Dia berjalan setengah berlari. Sahna segera bersiap-siap dan berangkat untuk bekerja.
Sampai di tempat kerja, ia langsung disambut hangat oleh pemilik warung, yakni bu wiwin. Dia sudah menganggap sahna sudah seperti anaknya sendiri karena dia adalah seorang janda yang hanya memiliki 1 anak laki-laki, itupun dia sedang berada di perantauan.
"Nduk, tulung anterin pesenan ini ke tempat bu yanto ya. Uangnya sudah ditransfer, kamu hanya perlu mengantar ini dan sedikit bantu-bantu disana sampai acaranya selesai." Sahna tersenyum manis dan menaati perintah bu wiwin. Sahna menyiapkan semua pesanan yang akan diantar ke atas motor dan segera mengantarnya ke tempat tujuan.
Sahna hampir pusing karena alamat yang diberikan kurang jelas dan membuatnya harus bertanya kepada beberapa orang sebelum akhirnya dia sampai disini. Yaa, didepan sebuah rumah sederhana milik bu Yanto. Dia segera mengucap salam dan menjelaskan makud kedatangannya. Bu Yanto menyambutnya dengan hangat dan ramah. Dia mengajak sahna untuk menyiapkan sembari bercengkrama ngalor ngidul tanpa tujuan.
"Kamu sudah lulus nduk?" tanya bu yanto yang membuat sahna menoleh.
"belum bu, masih baru masuk SMK hari ini" jawabnya tulus disertai senyuman.
"Ohh masih SMK? SMK mana? Anak saya juga mengajar disalah satu SMK swasta disini" balas bu yanto dengan sumringah.
"Di SMK Nurul Hayat buk" Sahna tetap menjaga attitudenya walaupun mereka sudah lumayan akrab. Bu yanto menunjukkan wajah terkejut.
"Loh, anak ibu kan ngajar disitu" Sahna sempat kaget, namun ia berhasil menyembunyikan keterkejutannya.
"oh iya? Waahh pasti hebat banget ya anak ibuk?"
Bu yanto tersenyum malu-malu dan menjawab "Alhamdulillah, dia satu-satunya anak saya yang mau masuk ke pesantren dan menjadi guru". Aku menanggapinya dengan senyuman tulus.
***
Setelah berakhirnya acara, sahna segera berpamitan pulang. Namun, bu yanto malah membawakan beberapa bingkisan dan juga memberinya sebuah amplop. Sahna sudah berusaha menolaknya, tapi bu yanto memaksa. Yaaa mau gimana lagi ya, beliau bilang ini adalah fee untuknya yang sudah mau menjadi teman ngobrolnya.
"Alhamdulillah rezeki orang semok" batin sahna.
Bu Yanto mengantar sahna sampai ke depan pintu. Dia bersalaman dan berpamitan pada bu yanto, sampai terdengar ada suara motor berhenti di depan rumah ini terdengar. Bu Yanto terlihat sangat semangat dan menyambut kedatangan orang itu.
"Wahyu,, akhirnya kamu pulang juga. Ibuk udah nunggu daritadi, mau ibuk kenalin ke orang-orang." Sahna tertegun. Orang yang dipanggil Wahyu juga tertegun. Sampai akhirnya wahyu mengatakan "loh, dia juga teman ibuk?" tanyanya dengan wajah kurang bersahabat.
Sahna menggaruk tengkuknya canggung.
Bu yanto terngaga mendengar perkataan wahyu, namun dengan cepat bu yanto memukul lengan wahyu. "sembarangan aja kamu, emang dipikir ibuk masih semuda itu berteman sama anak remaja seperti dia?" aku terkekeh canggung mendengar omongan Bu Yanto.
"Dia ini anaknya Bu Wiwin yang punya warung di deket belokan itu loh. Kenalin nih, namanya sahna. Nahh Sahna Ini Wahyu." ucap bu Yanto sembari memeluk sahna untuk melangkah ke depan.
Wahyu hanya mengumbar senyum yang sungguh-sungguh tidak tulus. Begitu pula dengan Sahna.
Setelah kembali berpamitan lagi, dia menaiki motornya dan melaju ke warung bu Wiwin. Yaa memang jam kerjanya sudah habis, tapi setidaknya dia kan harus membantu bu Wiwin bersih-bersih. Memang bu Wiwin sudah melarangnya, tapi sahna tetap saja merasa tidak enak.
Sesampainya di warung, Sahna melihat bu Wiwin sudah menyelesaikan semua pekerjaannya dan tinggal menutup warungnya. Sahna yang merasa tidak enak langsung membantu dan hanya diberi senyuman oleh bu Wiwin,
"Sahna ndak capek nduk? Kan seharian sudah habis MOS. Sekarang masih maksain bantuin ibuk" Sahna hanya membalasnya dengan gelengan yang disertai senyuman. Setelah menutup warung, Sahna segera berpamitan untuk pulang kepada bu wiwin. Dia merasa sangat capek hari ini.
*****
hai hai lur, maaf ya masih banyak kurangnyaaa
mohon dukungan, support dan juga saran:D

KAMU SEDANG MEMBACA
My Sahna
أدب المراهقينSahna merupakan seorang siswi salah satu sekolah swasta islam di yogyakarta. gadis bertubuh gendut dan berwajah gemoy ini selalu saja menyusahkan hidupnya sendiri dengan berbagai kelakuan bodohnya. selalu mematahkan hati lawan jenis yang mendekatiny...