"Sahna kalau capek berhenti dulu nduk, nanti biar ibuk yang nerusin." ucap bu wiwin di balik meja kasir. Sahna hanya mengangguk dan menyunggingkan senyum menghadap bu wiwin.
Setelah seminggu lebih warung bu wiwin tutup dikarenakan kepulangan anaknya dari perantauan, akhirnya hari ini kembali buka. Tentu saja para pelanggan yang datang sangat membludak. Hal itu membuat bu wiwin dan juga sahna sedikit kelelahan.
Sahna segera menyelesaikan pekerjaanya. Kemudian ia beristirahat di salah satu meja tempat makan pelanggan. Dia memainkan ponselnya, jarinya menari dengan lincah di atas benda pipih tersebut.
Namun tidak lama kemudian raut kesedihan mulai tergambar jelas. Semua hal itu tidak luput dari penglihatan bu wiwin. Bu wiwin mengernyitkan dahinya, apa yang membuat mood sahna turun drastis seperti itu. Sesudah mengamati kurang lebih 10 menit, bu wiwin mulai berjalan mendekat. Bahkan kedatangan bu wiwinpun tak disadari oleh sahna.
"kamu kenapa nduk?" ucap bu wiwin sembari mengelus rambut sahna yang berbalut kerudung. Sahna mendongak, dia hanya menampilkan senyum getir yang di sertai gelengan.
"Ndak usah bohong sama ibuk, dari tadi ibuk perhatikan kamu murung banget. Ada masalah?" tanya bu wiwin lembut.
Sahna memiringkan badannya dan menghadap bu wiwin. Dia memandang bu wiwin lekat-lekat. Tidak lama, tumpah juga air mata sahna. Dia memeluk bu wiwin yang berdiri di sebelahnya. Erat. Sangat erat. Sahna menenggelamkan tangisnya di perut bu wiwin. Disaat seperti ini, sahna hanya membutuhkan sebuah pelukan. Bu wiwin mengusap punggung sahna lembut. Membiarkannya menangis sejadinya.
Setelah dirasa sedikit lega, sahna mengangkat kepalannya dan melepaskan pelukan itu. Bu wiwin mengambil kursi dan duduk di hadapan sahna. Bersiap untuk mendengarkan cerita apa yang sedang membuat sahna resah.
"saya kangen buk" ucap sahna disela sesenggukannya
Bu wiwin mengerutkan alisnya, sungguh tidak biasa sahna mengatakan kangen. "memangnya kamu kangen siapa nduk?" tanya bu wiwin dengan lembut
"sahna kangen mereka buk" ucap sahna sembari menunjukkan gambar sepasang suami istri bersama dengan seorang bayi mungil. Bu wiwin merasa terenyuh. Ini pertama kalinya sahna bercerita perasaannya terhadapa kedua orang tuanya. Bu wiwin memang mengetahui kisah sahna yang ditinggalkan orang tuanya, namun tidak dengan wajah orangtua sahna.
"Mereka orang tua saya buk. Sahna kangen banget sama mereka. Meskipun mereka udah ninggalin sahna, tapi sahna yakin kok kalo sebenernya mereka sayang sama sahna." ucap sahna diikuti senyuman getir
Bu wiwin merasa teriris hatinya mendengar perkataan sahna. Dia adalah gadis yang sangat baik, bahkan pada kedua orang tua yang sudah membuangnya saja dia tetap menyayanginya. "Memangnya sahna tau mereka dimana?" tanya bu wiwin kepada sahna yang hanya mendapatkan gelengan.
"sebelum sahna memutuskan kos, dulu sahna pernah nanya sama bu rt, kata bu RT bapak sahna pindah ke solo, kalau ibuk sahna pindahnya ke surabaya buk. Mereka berdua memutuskan bercerai karena faktor ekonomi. Bapak mengurus surat pindah kependudukan ke solo, trus ibuk katanya pulang ke surabaya. Padahal kalau kata tetangga memang ibuk berasal dari surabaya, tapi ibuk kan sebatangkara. Jadi sahna bingung. Ibuk disana tinggal sama siapa" ucap sahna menjelaskan
Bu wiwin menyimak dengan seksama, kemudian tersenyum. "Trus kalo bapak? Kenapa ke solo?"
"denger dari orang-orang sih, katanya karena bapak punya istri lagi. Tapi sahna gatau lagi buk. Sahna maunya sih nyamperin mereka, tapi apalah daya. Sahna kan masih harus kerja dan nuntasin pendidikan." ucap sahna lemah, bu wiwin sangat tahu kalau sahna sedang berusaha keras menutupi kesedihannya.
"Memang rencana kedepannya setelah lulus sahna mau gimana?" tanya bu wiwin dengan sabar
Sahna hanya mengendikkan bahunya "gatau buk, mugkin tetap kerja di sini sambil nyoba naruh lamaran kerja gitu"
"kamu mau kerja disini nduk? Ndak mau nyari orangtuamu?" bu wiwin kembali bertanya dengan hati-hati. Sahna hanya menjawab dengan gelengan. Bu wiwin mengernyitkan alisnya tanda bingung.
Seolah paham dengan respon bu wiwin, sahna segera menjawab dengan senyuman "ndak punya modal buk, masa iya nekat aja gitu. Sahna juga gamau kali buk kalo harus jadi gelandangan di kota orang" ucap sahna disertai kekehan.
"huss kamu ini, dalam keadaan sedih masih sempet-sempetnya ketawa kek gitu" ucap bu wiwin yang ikut tertawa melihat tingkah sahna
Di sela tawa mereka, datang seorang wanita paruh baya yang sangat mereka kenali. Dia adalah bu yanto. "Assalamu'alaikum" ucap bu yanto
"Wa'alaikumsalam" jawab mereka secara bersanaan.
"maaf ya kayanya saya tadi mengganggu kalian yang lagi asik" ucap bu yanto sungkan.
"tidak apa apa bu, tenang saja" ucap bu wiwin sopan
"saya kesini mau pesan nasi kotak 50 bungkus bisa? Acaranya minggu pagi jam 9"
Bu wiwin tersenyum sumringah "tentu saja bisa buk, menunya seperti biasa atau bagaimana?" tanya bu wiwin dengan semangat
Bu yanto tersenyum dan menganggukkan kepalanya "iya buk, seperti biasanya saja. Oh iya, kalau mau sahna bisa bantu ibuk ndak?"
Sahna terkejut, namun tetap menganggukkan kepalanya. Bu yanto adalah orang yang sangat baik, jadi sahna mau mau saja kalo disuruh membantu. Yaa, meskipun anaknya kek titisan iblis sih.
Suara bu wiwin kembali terdengar "memangnya kalau boleh tau, ada acara apa buk?"
Bu yanto menunjukkan wajah yang sumringah "Lamaran" ucap bu yanto di sertai senyuman yang menggambarkan betapa bahagianya beliau.
Sahna kaget. Artinya?
******
maaf ya slurrr, agak lamban updatenya.
mohon vote dan sarannya🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sahna
Teen FictionSahna merupakan seorang siswi salah satu sekolah swasta islam di yogyakarta. gadis bertubuh gendut dan berwajah gemoy ini selalu saja menyusahkan hidupnya sendiri dengan berbagai kelakuan bodohnya. selalu mematahkan hati lawan jenis yang mendekatiny...