16. DÈ JAVU

733 92 45
                                    

Terimakasih yang masih membaca cerita ini sampai hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih yang masih membaca cerita ini sampai hari ini. Big love for you guys. Thank you so much💚

💚HAPPY READING💚

"Ayo"

Seonho dan Jinwoo berjalan di belakang mengekori Jisung.

"Bibi?"

Jisung melihat Wendy sedang mengatur beberapa barang pesanan di atas motornya.

"Eh? Kamu? Tumben?"

"Ngga ada les, Bi"

"Oalah, eh itu... mereka siapa?"

Ah, Seonho dan Jinwoo tersenyum kikuk ketika mata Wendy beralih kepada mereka.

"Ah. iya, Bi. mereka teman aku disekolah baru"

"Wah! Halo, Wendy-imnida. Bibinya Jisung, kalian bisa panggil Bibi juga seperti Jisung, salam kenal"

"Ne, Bibi. Seonho-imnida"

Wendy mengangguk, matanya lalu tertuju pada Jinwoo.

"Jinwoo-imnida"

"Ah, yaudah kalian masuk gih"

"Iya. aku tinggal kedalam ya, Bi"

Wendy melihat ada keanehan dari cara berjalan Jisung.

"Eh, kaki kamu kenapa?" Tanya Wendy sebelum Jisung masuk kedalam.

"Terkilir, Bi"

"Yatuhan, ada-ada aja kamu itu."

Wendy tidak habis pikir lagi, padahal tadi pagi Irene baru memberitahunya kalau Jisung terlibat bully di sekolah barunya. Tapi, lihat sekarang. Jisung terkilir dan jalannya terseok-seok. Wendy hanya heran, kenapa semuanya seperti beruntun begitu?

"Aku pulang" Seru Jisung begitu masuk kedalam toko.

"Wah, kalian udah datang. Ayo, masuk" Irene menyambut mereka dengan hangat. Irene menyadari cara berjalan Jisung berbeda.

"Kaki kamu kenapa?"

"Terkilir, bun"

"Apa?! Kenapa bisa? Masih masalah yang kemarin?"

"Nggak, bun. Tadi aku main basket terus terkilir"

"Bunda kan udah bilang gak usah ke sekolah dulu. Begini kan jadinya"

"Iya, maaf bun"

Seonho dan Jinwoo merasa tidak enak hati karena berada diantara Irene dan Jisung.

Irene yang menyadari kalau Jinwoo dan Seonho merasa tidak nyaman, menghembuskan napasnya. "Maaf ya, kalian harus dengar ini. Ayo, duduk dulu"

Irene berjalan duluan.

"Aku jadi nggak enak sama kalian"

"Santai, Sung. Wajar kalau bunda lo marah"

SeparatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang