[Bray follow dulu sebelum membaca okayii]
'Kita akan sempurna dimata orang yang tepat'
Nere dan Mica. Dua orang yang sangat berkebalikan jauh.
Bagi Mica, Nere adalah sosok sempurna yang dipahat apik oleh Tuhan. Ia berpikir bahwa memiliki Nere adalah...
[note : lol, up pagi-pagi. Today is my first day PKL, takut nggak sempet up karena capek. Btw semangat untuk hari ini semuanya!]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mica baru saja selesai mandi, cewek itu jadi teringat soal coklat yang waktu itu diberikan Nere—yang katanya dari Medina. Dia belum sempat membukanya karena banyak tugas dan urusan.
Cewek itu segera mengambil tasnya, dan mengambil paperbag kecil waktu itu. Ingatannya kembali teringat soal Nere yang memberikan itu di depan semua orang, dan dua kali dalam sehari Nere memegang tangannya.
Soal susu kotak, Mica sudah menyimpan susu itu di kotak kaca yang sekarang ada dimeja belajarnya.
“Eh, ada suratnya.”
Mica melihat surat berwarna biru muda, dan segera membukanya.
Untuk Mica
Coklat ini spesial untuk kak Mica dari bang Nere, diashy2 kambing mau kasih ke kakak, jadi lewat aku xixixi ngakak abiesss!
Dari Nere yang disembunyikan dibalik Medina
Mica sekarang menganga. Apa ini sungguhan? Coklat ini dari Nere? Bukan Medina?
Mica mencoba menjernihkan pikirannya dan tidak PD dulu, siapa tahu ini bukan untuknya. Tapi—tertera jelas ada namanya disurat itu.
‘Okey Ca, stay calm! Jangan GR!’
Mica membaca ulang surat itu, mencoba memastikan dia tak salah baca ataupun hal yang nembuatnya nanti GR. “Bener kok ini nama gue, M-I-C-A.” cewek itu mengeja namanya yang tertera disurat kecil itu.
Sekarang cewek itu malah dilema. Sebenarnya Nere itu kenapa? Dan kenapa sekarang-sekarang ini dia selalu terjebak pada Nere.
“Coba gue telfon aja kali ya?” monolog Mica sembari mengambil ponselnya. “Tapi nanti ketauan dong kalo gue pernah nelfon dia.” Mica menimbang-nimbang, haruskah dia berterima kasih untuk coklat ini? Atau dia telfon Medina saja? Tapi kan ini coklat dari Nere.
Mica memperhatikan layar ponselnya. “Gue call nih?” monolognya lagi.
Nere
Nama itu yang tertera pada layar itu terus Mica perhatikan, hatinya benar-benar dilema antara telfon atau tidak. “Atau besok aja?”
“Tapi kalo besok gue nanyanya gimana?” monolog Mica lagi.
Akhirnya Mica menekan tombol hijau, dia sedikit meringis dan menyesali perbuatannya.