[note : lol, up sebelum tanggalnya. Lagi mood banget, jadi it's okay lah]
Mica tak tahu harus berekspresi seperti apa saat Nere meminta lihat panti Mica dulu. Awalnya dia menolak, tapi dipikir lagi dia juga harus bertanya perihal kemarin ke bu panti—dan jalan bareng dengan Nere.
Nere sedari tadi terus menggenggam tangannya, dia jadi keringat dingin dan jantungnya berdegup cepat.
Bus kini mulai menyepi karena beberapa orang turun, sedari tadi Mica berdiri di sebelah Nere karena tak dapat tempat duduk. Cowok itu juga sangat menjaganya, saat Mica hampir jatuh pasti Nere akan menahan bahunya.
“Duduk Ca.”
Mica mengangguk, kemudian duduk ditempat yang kosong. Nere berdiri di depannya, berpegangan pada pegangan bus. Dari bawah sini ia bisa melihat ketampanan Nere dan tubuh tinggi cowok itu.
Mica merasa sangat insecure. Apalagi saat di dalam bus banyak cewek yang memperhatikan Nere, Mica jadi merasa bukan siapa-siapa di samping cowok itu. Tapi ya memang bukan siapa-siapa.
“Kita turun dimana?” tanya Nere menunduk melihat Mica yang juga tengah menatapnya.
“Sebentar lagi,” jawab Mica.
Saat matanya dan Nere bertemu, Mica selalu merasa mabuk dan tenang. Dia melihat ada selamanya dimata itu, dia merasa mata Nere hanya menatapnya. Apa Mica hanya GR ya? Atau memang Tuhan sudah menakdirkan Nere untuknya?
‘Setiap gue liat mata Nere, gue selalu deg-degan.’ batin Mica.
Nere tersenyum tipis. Mata Mica selalu menariknya untuk masuk lebih dalam dan lebih dalam lagi.
Mica berjalan di sebelah Nere. Mereka menuju panti. Sudah lama sekali Mica tak datang, terakhir kali saat ia lulus SMA. Sungguh dia sangat rindu keadaan di sana, dan juga ibu panti.
“Lo capek?” tanya Nere.
Mica menggeleng. “Enggak, lo mungkin yang capek. Tadi kan berdiri di bus.” cewek itu menoleh ke Nere yang juga menatapnya.
“Nggak gue nggak capek. Ini masih jauh?” tanya Nere.
Mica menoleh ke depan, kemudian menunjuk rumah yang tak jauh dari mereka. “Itu, itu pantinya.”
Mica berjalan mendahului Nere, melihat panti rasanya jadi sangar rindu dengan siisinya. Cewek itu mengetuk pintu panti, rasanya sangat sepi. “Sepada! Bu!”
Mica menoleh ke Nere yang kini berdiri di belakangnya.
Pintu panti terbuka, menampilkan wajah ibu panti. Wajah wanita yang mengurus Mica dari kecil. Gadis itu menghambur memeluk ibu panti. “Kangen ibu..” kata Mica.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEREMICA [segera diterbitkan dimimpi sy]
Novela Juvenil[Bray follow dulu sebelum membaca okayii] 'Kita akan sempurna dimata orang yang tepat' Nere dan Mica. Dua orang yang sangat berkebalikan jauh. Bagi Mica, Nere adalah sosok sempurna yang dipahat apik oleh Tuhan. Ia berpikir bahwa memiliki Nere adalah...