[43]

47 13 2
                                    

Haloo✨

Selamat membaca teman🦋

***

Kain putih yang ada di hadapannya membuat tangan gadis itu terangkat, ia perlahan membuka kain tersebut memperlihatkan wajah yang sangat ia khawatir kan sejak kemarin malam.

Kini tepat di depan matanya, sang Mama terbaring lemah, dengan jantung yang sudah tak berdetak. Tangannya bergerak, menyentuh wajah dingin sang Mama dengan tubuh serta tangan yang bergetar.

Gadis itu menggelengkan kepalanya tak percaya, tubuhnya terasa lemas seketika. Genangan hangat di pelupuk matanya, siap tumpah kapan saja. Mustahil rasanya, otaknya kini berfikir. Ini semua pasti bohong.

Badannya kini mundur perlahan, pintu ruangan terbuka memunculkan seorang dokter yang masuk lalu menyampaikan kabar duka itu kepada Natasha.

Kenyataan pahit ini benar-benar menamparnya, air matanya jatuh satu persatu membasahi kedua pipi mulusnya. Ia tetap tak percaya, Natasha berusaha untuk membangunkan Mamanya yang memang sudah tidak bernyawa.

"Mama, ini Natasha. Mama kangen Natasha kan? Bangun Ma, Natasha udah siapin sarapan di rumah. Kita pulang sekarang yuk," kata Natasha.

"Dek, Adek harus sabar. Ibu Adek sudah meninggal," ucap Sang dokter

"ENGGAK! MAMA GAK MUNGKIN NINGGALIN NATASHA!"

"Mama... Ayo bangun Ma, Mama gak mungkin ninggalin Natasha kan?"

"Non, yang sabar non." Bi Ijah datang menghampiri Natasha.

"Bi, Mama gak mungkin meninggal kan? Mama pasti cuman pura-pura pingsan doang iya kan? Mama gak mungkin ninggalin Natasha," tutur Natasha.

"Non, Nyonya sudah meninggal. Non harus terima kenyataan itu,"

"ENGGAK! MAMA GAK AKAN NINGGALIN NATASHA!" Natasha berlari keluar ruangan, air matanya terus turun. Membuat orang-orang yang ia lewati menatapnya aneh.

Teriakan histeris dengan isakan itu menggema di lorong Rumah Sakit, tak terima dengan semua ini Natasha terus menangis sambil terduduk lemas.

Sesosok lelaki pun datang dan berdiri di depannya saat ini, wajah Natasha terangkat ke atas melihat siapa lelaki itu? Laki-laki yang kini terdiam, dan tangannya terangkat untuk membantu Natasha berdiri.

Adit, dia adalah Adit. Natasha langsung memeluk erat Adit, dan terisak di dalam pelukannya. Tangisan nya tak mau henti, membuat Adit semakin khawatir kepada Natasha. Melihat gadis yang di cintai nya, kini sedang hancur karena kenyataan pahit yang belum bisa Natasha terima.

"Udah Sya, jangan nangis lagi. Ada gue di samping lo, tolong hapus air mata lo. Kejadian ini gak ada yang tau, kita harus ikhlas," ucap Adit membelai rambut Natasha.

"Enggak Dit, Mama gak mungkin pergi ninggalin Natasha sendiri. Ini gak mungkin." Natasha melepaskan pelukannya, menatap wajah Adit yang terlihat khawatir.

Kepala Natasha sakit, ia memegangi kepalanya. Penglihatannya kini buram, dan badannya sangat lemas hingga...

Brughh

Natasha pingsan, untung ada Adit yang menahannya supaya tidak jatuh ke lantai. Adit segera membawa Natasha dan menemui dokter.

🥀🥀🥀

Sedangkan di Sekolah, ada Angga yang tidak bisa menghubungi Natasha dari tadi. Rasa cemas kepada sang pacar (pacar pura-pura😶) sangatlah membuat Angga tak nyaman berada di kelas.

Melihat bangku kosong di sebelahnya, semakin membuat Angga berfikiran tak jelas. Dimana Natasha sekarang? Kenapa dia tidak datang ke sekolah? Dan kenapa tidak mengabari dirinya.

"Sya, lo dimana sih? Lo gak liat gue khawatir kayak gini," ucap Angga sembari melihat handphone nya yang dari tadi mencoba menelpon Natasha.

Raka datang menghampiri Angga di kelas, memberitahu kan kabar duka soal meninggalnya Mama Natasha. Dengan segera, Angga membawa tas sekolahnya lalu pergi meninggalkan Raka yang belum selesai berbicara kepadanya.

"Gila ya tuh anak, gue belum beres ngomong lah main pergi aja. Emang yaa, cinta itu buta. Pacarnya sekarang lagi bersedih, dia gercep banget buat samperin Natasha," ujar Raka.

"Hmm, tapi kasian banget Natasha. Dia kehilangan orang yang di sayang. Pasti berat banget, semoga Natasha bisa lewati ini aamiin."

Rindu datang menghampiri Raka "Heh lo dari mana aja sih? Gue nyari-nyari dari tadi. Dan ngapain lo berdoa kayak gitu?" tanya Rindu.

"Astagfirullah sayang, ngagetin aja bisanya. Lo belum tau gitu kabar duka sahabat kita?" tanya Raka balik.

"Kabar duka apaan? Ada yang meninggal kah? Siapa?"

"Mamanya Natasha meninggal, dan barusan gue abis ngomong ke Angga. Gue juga baru di kabarin sama Adit tadi,"

"Innalillahi wainnailaihi raji'un, kok lo baru ngasih tau gue sih. Yaudah ayok ngapain masih diem disini, kita susul Angga ke sana,"

"Rindu cakep, kita gak bisa susul Angga ke Rumah sakit. Tadi Adit dah bilang, katanya kita pergi pas mau pemakaman aja. Lagian ini masih jam sekolah, mending kita belajar dulu biar nanti anak-anak kita pinter," ucap Raka panjang lebar.

"Lo mah becanda mulu, yaudah deh gue mau ke kelas dulu sekalian nemuin Cinta,"

"Okey by, hati-hati yaa."

****

Di dalam ruangan, Natasha terbaring lemah. Wajahnya yang pucat sangat membuat Adit cemas yang menunggu nya di luar. Dokter sedang memeriksa keadaan Natasha, dan memberitahukan bahwa Natasha tidak kenapa-kenapa. Dia hanya shock saja.

Tiba-tiba Angga datang dan langsung masuk ke ruangan Natasha, melihat Natasha yang masih dalam keadaan pingsan membuatnya khawatir.

Jari Natasha bergerak, matanya perlahan terbuka. Ia bangun dari pingsannya dan langsung menanyakan sang Mama dimana.

"Ma-Mama dimana? Mama Natasha dimana?" tanya Natasha.

"Tenang Sya tenang, Mama lo udah gak ada. Lo harus coba terima itu," Adit datang dan mencoba menenangkan Natasha.

"Nggak, semua ini bohong kan?"

"Sya, Anatasha. Tenangin diri lo, masih ada gue, Adit dan sahabat lo yang lain," Angga bergerak memegang tangan Natasha.

"Angga." Natasha langsung memeluk keberadaan Angga di sana.

Terasa hangat, Angga menenangkan Natasha dengan mengelus rambutnya. Dan mencoba membuat Natasha untuk ikhlas akan kepergian Mamanya.

Adit yang melihat itu, kesal. Natasha kini lebih membutuhkan Angga dari pada dirinya, apalagi dengan keadaan Natasha yang sedang hancur seperti ini. Dan Adit pun memilih untuk meninggalkan mereka berdua di sana.

****

Lanjut baca yok🦋

Natasha (selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang