Egonya turunin! Dia juga bisa capek kalau
Kamu gitu terus!Jihan Haneula Siregar
❤🍃____________❤🍃Setelah membawa Arkie ke tenda, ia berjanji akan menjemput Jihan sendirian. Sean keluar dari hutan yang dibatasi oleh bambu mereka melanjutkan jalannya hingga sampai ditenda. Semua orang terkejut melihat kondisi Arkie yang penuh darah. Begitu juga dengan Sean yang kakinya mengeluarkan banyak darah.
"Astagfirullah, kalian gimana bisa kaya gini sih?" Ujar bu Niken segera membantu Sean. Belum saja Bu Niken mendekat. Sean sudah pingsan, luka di kakinya semakin dalam.
Dia tumbang sebelum menyelamatkan nyawa Jihan dan membawanya ke tenda. Bu Niken menyuruh anggota OSIS untuk menggotong keduanya ke mobil dan dilarikan ke puskesmas terdekat.
Arkhan dan Satria menemukan keberadaan Jihan yang tergletak dibawah pohon. Satria mengangkat tubuh Jihan dalam gendonganya. Untung saja Jihan memiliki tubuh yang ringan. Memudahkan Satria membawanya ke tenda.
Kurang lebih sepuluh menit Satria dan Arkhan sampai di tenda. Ia meletakan Jihan di alas karpet. Kane dan Seyna langsung mendekat. Memeriksa kondisi Jihan yang lemah dan bibir pucat.
"Han, bangun. Jangan buat kita khawatir." Ujar Kane melepas sepatu milik Jihan dan meletakannya di samping tenda. Seyna membaluri minyak kayuh putih di hidung dan pelipis gadis itu. Tak lama kemudian sayup-sayup Jihan membuka matanya.
Kane memberikan air putih, Jihan meminumnya hingga habis. Ia menjelajah mencari keberadaan dua laki-laki yang sempat menolongnya tadi. Dimana Sean dan Arkei hanya pertanyaan itu yang ingin jihan tanyakan pada dua sahabatnya.
"Ka Arkie sama ka Sean kemana?"
"Mereka dirumah sakit Han, ka Sean tadi pingan." Ujar Seyna memberitahukan tentang keadaan ka Sean yang sempat pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.
"Pingsan?" Ujar Jihan tak percaya, padahal tadi saat sebelum Jihan pingsan. Sean masih baik-baik saja hanya kakinya saja yang terluka. Tapi kenapa cowok itu pingsan? Apa karena lukanya yang parah dan perjalanan membawa Arkie hingga sampai ke tenda.
Jika hal itu benar Jihan merasa sudah salah. Karena menyebapkan Sean terluka karena menolongnya. Tapi keadaan tidak memungkinkan Jihan untuk berjalan karena kondisinya yang lemas dan kepikiran tentang Arkie.
Nata selaku wakil ketua OSIS yang disuruh oleh bu Niken agar semua murid kelas sepuluh maupun kelas sebelas akan pulang siang ini. Kasus Arkie, Jihan dan Sean akan ditindaklanjuti oleh pihak sekolah. Agar mencegah hal buruk terjadi camping tahun ini dibatalkan. Agenda tidak diteruskan sampai besok malam.
Semua siswa dan siswi berkemas dan segera memasuki bus nya masing-masing. Jihan duduk dengan Sam, Sam menghela napas berat ketika melihat adik kesayanganya mendadak terdiam. Ia menggengam tangan Jihan memberikan kekuatan untuk gadis itu.
Sam pikir Jihan seperti ini karena mrmikirkan Arkie yang dirawat di rumah sakit. Saat mereka perjalanan pulang, Arkie dipindahkan kerumah sakit. Jihan takut kalau nyawa Arkie tidak tertolong. Dia masih ingin bersama laki-laki yang srmpat membuatnya kecewa.
"Han, nggak usah dipikirin. Arkie baik-baik aja. Jangan khawatir." Sam mengelus rambut Jihan dengan lembut, membawanya dalam dekapan. Saat semalam Jihan hilang Sam panik. Ia sudah mencari adiknya kemanpun tapi tidak menemukannya. Hingga esok paginya Jihan ditemukan oleh Arkan dan Satria teman dari Sean.
Perjalanan mereka telah sampai sore hari. Bus masuk ke parkiran sekolah dan berhenti. Jihan turun dibantu Arkie, mereka dijemput oleh Tania. Raut wajah perempuan paruh baya itu terlihat khawatir. Menarik tangan kedua anaknya agar cepat memasuki mobil.
"Seyna, Kane gue duluan yah makasih kemarin udah bantuin gue." Jihan berpisah pada dua temanya. Ia masuk kedalam mobil duduk di kursi belakang karena Sam sudah di samping mamanya.
Mobil Tania berjalan keluar dari sekolahan, tujuannya saat ini adalah kerumah sakit menjemput Arkie yang sudah siuman. Tania ditelfon oleh Rizal papa-Arkie agar kerumah sakit. Setelah menjemput Jihan dan Sam ia menuju kesanam
Sepuluh menit kemudian mereka telah sampai. Dengan tergesa-gesa, Tani turun meninggalkan kedua anaknya yang masih berada di dalam mobil. Jihan mengernyit saat melihat mamanya yang keluar dengan buru-buru.
"Mama kenapa sih ka? Dia kerumah sakit mau jenguk siapa juga?" Kesal Jihan berjalan dikoridor mengikuti mamanya dari belakang.
"Kita lihat aja sendiri."
Tania berhenti pada ruang inap nomor 21. Ia masuk tersenyum menyapa semuanya. Tania mencium pipi Arkie, menangis karena melihat putranya yang hampir kehilangan nyawanya.
Arkie tersenyum sebentar lagi Jihan akan mengetahui kalau gadis itu mempunyai kaka bukan hanya Sam saja. Jihan berhenti pada ruangan yang Tania masuk. Ia ragu untuk masuk kedalam. Namun Samudra kakanya terlebih dahulu masuk.
Ceklek
Pintu ruangan dibuka, Jihan masuk melihat Arkie yanh terbaring di ranjang. Mamanya yang menangis dan memeluk laki-laki itu. Ada vanya, Sam dan kedua orang tua Arkie. Jihan hendak mendekati Arkie. Belum menyentuh cowok itu, tubuhnya sudah didorong oleh Vanya hingga tersungkur.
Bruk
Pemandangan tadi dapat dilihat oleh Arkie dengan jelas. Semua orang syok dan memandang Vanya dengan aneh. Karena mendorong Jihan yang tiba-tiba. Sam berjongkok membantu Jihan bangkit.
"Gara-gara lo Arkie jadi sakit! Semua ini karena lo Jihan. Arkie hampir meninggal, dia kekurangan banyak darah." Suara Vanya bergetar, buliran bening sudah berlomba-lomba turun dan membasahi pipinya.
"Nya! Gue kaya gini buka salah Jihan! Dia nggak tauh apa-apa mending lo diem!" Sentak Arkie dengan nada yang keras.
Vanya hendak menampar Jihan, namun ditahan oleh Rizal yang mencengkram tangan Vanya dengan kuat. Jihan mundur ia disembunyikan oleh Sam dibelakanh tubuhnya.
"Vanya! Jaga sopan santun kamu! Arkie seperti inu karena kecerobohannya, jangan nyalahin jihan yang nggak salah."
Kini semua orang menyalahkan Vanya yang menuduh Jihan penyebab Arkie jatuh. Vanya mengepalkan tanganya kuat, emosinya meningkat. Padahal dia melindungi Arkie, tapi kenapa cowok itu justru membentak dan memarahinya di depan semua orang.
"Mama ngapain disini? Aku mau pulang, aku capek Ma." Ujar Jihan dengan lirih, Tania menghapus air matanya lalu bangkit ia mengelus rambut Arkie dengan sayang.
"Mama pulang dulu yh Ar, besok pagi Mama jemput kamu pulang."
"Mama apaansih, jangan kaya gitu dong. Arkie itu temen aku, ngapain Mama sepeduli itu sama dia?" Tanya jihan dengan raut wajah bingung. Semua orang disitu hanya diam, karena sudah mengerti kalau Arkie adalah kaka jihan.
Sam menelan ludahnya kasar, perasaan tidak enak menyerangnya. Ia melirik Rizal -papanya dan berganti pada Arkie. Sam berpikir, kaka yang dimaksud oleh Rizal adalah Arkie. Sam menggeleng ia menolak keras pikiran itu. Dan berpikir baik-baik bahwa Arkie hanya teman saja, Sam sangat yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELENOPHILE🍃|| TAMAT||
Novela Juvenil⚠HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠ CERITA SUDAH LENGKAP, HARAP BACA SEBELUM DI HAPUS ----------------- ---------------- Terdengar aneh? Terlalu panjang Cowok bermulut pedas dijuluki gay karena tidak pernah mempunyai pacar Bila ditanya siapa kriteri...