Orang pendiam itu sebenarnya tidak ada
Mereka hanya belum menemukan teman yang sefrekuensiSeyna Leviona
🍃❤_______❤🍃Bel pulang sekolah berbunyi sepuluh menit yang lalu, Sean bangkit saat tugasnya selesai tepat waktu. Ia membereskan buku-bukunya lalu memasukan ke dalam tas dan beranjak keluar kelas.
Koridor sudah sepi, ia melirik arlojinya semoga saja Jihan masih di UKS, selesai meletakan tugasnya di kantor. Ia masuk kedalam UKS, Terlihat Jihan sedang membaca sebuah novel. Sean mengambil lalu meletakannya di meja.
"Pulang yuk? Sorry yah lama, tugas gue nanggung mau kelar jadi selesaiin dulu," ujar Sean menjelaskan kenapa cowok itu telat, sebelumnya ia sudah mengirim pesan pada Jihan. Namun gadis itu tidak membalas sama sekali.
"Iyah, tapi gue masih lemes, mau gedong," ujar Jihan merengek dan manja pada Sean. Semua hal ini ia lakukan demi belajar mencintai sosok di depannya yang sudah mati-matian berjuang. Baik juga untuk perasaan Jihan yang sebelumnya telah hancur karena Arkie.
Sean sudah berjuang dari dulu, Jihan akan berusaha untuk percaya pada laki-laki itu. Sudah hampir satu bulan mereka cukup dekat, Jihan pikir sebentar lagi Sean akan mengajaknya untuk berpacaran lagi.
"Iya cantik, ayok gue gendong," jawab Sean tersenyum lebar, jihan naik di punggung Sean. Tangan Sean satunya memegang tas milik Jihan. Mereka berdua keluar kelas. Tadi saat pulang sekolah Kane dan Seyna datang, mereka tidak bisa mengantar Jihan karena ada tugas kerja kelompok. Jihan tak mempermasalahkannya, ia cukup senang karena kedua sahabatnya masih peduli.
Sean berhenti di parkiran. Ia menurunkan Jihan lalu memasangkan helm pada gadis itu. Jihan tersenyum lebar, pagi tadi Sean membelikan helm baru berwarna pink untuk Jihan. Jihan sempat menolak tapi Sean tidak menerima penolakan itu.
"Nanti apalagi yang lo beliin buat gue?" Tanya Jihan duduk di atas motor Sean. Mereka berdua berjalan keluar dari sekolahan. Sean tampak berpikir, melihat wajah Jihan dari spion motornya.
"Apa yah? Mungkin cincin buat nanti kita nikah?"jawab Sean asal, Jihan menahan senyumnya, ia mencubit perut laki-laki itu hingga meringis menahan kesakitan.
"Kalau ngomong nggak di saring! Emang gue mau nikah sama cowok tengil kaya lo!" Cibir Jihan mengerucutkan bibirnya sebal, ia memeluk pinggang Sean dan menyenderkan wajahnya di pundak cowok itu.
Sean terkejut hampir saja tadi ia berhenti lagi karena sifat Jihan yang tiba-tiba memeluk dari belakang. Sebenarnya Sean takut kalau Jihan menolak cintanya untuk kesekian kali. Tapi perasaan kali ini mungkin benar, Jihan akan menerima cinta Sean.
"Harus mau dong, gue bisa beliin lo seblak tiap hari, bawa ke Mall buat jalan-jalan. Beli novel di grandmedia sepuas yang lo mau. Kasih lo uang tiap hari, borong semua tokoh Skincare di Mall. Majain lo semaunya. Yakin lo mau nolak gue?"
Mata Jihan berbinar, membayangkan semua hal itu terjadi pada Jihan. Yah asal Sean menjadi milik seutuhnya. Tapi apa Jihan bisa melupakan Arkie semudah itu dan berganti ke lain hati untuk Sean?
"Stop nikahin gue sekarang," balas Jihan menahan tawanya. Sean juga sama mereka berdua tertawa lepas saat perjalanan Jihan pulang. Seperti tidak ada beban bagi keduanya. Saat ingin berbelok di tikungan Jihan berteriak gadis itu tidak mau pulang kerumahnya.
Terpaksa Sean putar balik, ia membawa Jihan pulang kerumahnya. Kalau ditongkrongan bisa-bisa Sean kena omel dengan teman-temannya. Pasalnya sejak mengenal Jihan, Sean jarang bertengkar lagi ataupun tawuran dengan sekolah lain.
Sesampainya dirumah Sean Jihan turun. Ia melepas helm dan memberikannya pada Sean. Jihan menrik tangan Sean memasuki rumah besar cowok itu. Saat sampai di dalam Jihan tertegun, rumah Sean bak istana yang sangat megah, Jihan memandangnya tanpa berkedip sedikitpun.
"Bokap sama nyokap ka Sean kemana?"
"Kerja, ke kamar gue aja," suruh Sean mengkode agar Jihan naik ke kamarnya. Jihan memasang muka cemberut baru saja ia duduk disofa tapi sepertinya cowok ini tidak menyukai.
Dua kali Jihan dibuat terperangah oleh kamar Sean yang luas, bersih dan terlihat menawan. Jihan duduk di ranjang, sebelumnya ia telah melepaskan sepatu dan meletakanya di rak sepatu.
"Kenapa nggak pergi ke tongkrongan aja ka? Bisa ketemu ka Danu, Abi, Mario dan yang lainnya." Oceh Jihan memandang Sean yang sudah mengeluarkan buku-buku dari dalam tasnya. Jihan mengernyit ketika Sean menulis sesuatu dibuku itu.
"Gue mau selesaiin tugas dari bu Mei, nanti lo kalau mau bosen tidur aja." Suruh Sean mulai fokus memahami soal-soal yang membuat kepalanya berputar.
Jihan menghela napas, perasaan Sam sama saja kelas sebelas. Tapi tidak sesibuk Sean, baru pulang sekolah sudah mengerjakan tugas lagi. Apa dari pagi sampai sore ini tidak cukup waktu belajar di sekolahan tadi? Sampai harus dilanjut mengerjakannya dirumah.
Bagaimana dengan nasib Jihan, ia memutuskan untuk berbaring di karpet biru yang berbulu, disampingnya Sean yang sedang fokus menulis. Jihan meletakan ponselnya di meja. Ia mulai memejamkan matanya hingga lama-kelamaan tertidur.
"Kalau mau makan ambil sendiri Han, gue sibuk ngerjain tugas sejarah. Nanti kalau selesai baru kita jalan-jalan."
Suara Sean tidak dibalas mendongak menatap jihan yang tertidur di lantai, hanya beralas karpet tebal. Sean meletakan pulpennya di meja. Ia mendekati Jihan dan memindahkan di ranjang Sean. Menyelimuti gadis cantik itu yang sedang tertidur.
"Cantik, pantes gue nggak bisa relain lo sama Arkie. Semoga keinginan gue terkabul buat bisa ambil hati lo," bisik Sean kembali ke tempatnya.
Ia melanjutkan tugasnya yang belum selesai. Setengah jam kemudian Sean selesai. Ia merebahkan tubunya di lantai. Ponselnya berdering panggilan tak terjawab dari Mario. Sean berganti menelfon cowok itu.
"Hallo kenapa Yo?" Tanya Sean sembari merapikan buku-bukunya ke meja belajar.
"Lo gimana sih Se? Gue sama yang lain udah sampe ke warung pak Nade. Lo kapan otw lamak banget ah!" Kesal Mario di sebarang sana dengan memisuh-misuh tidak terima
"Yeyh gue udah kirim pesen ke Abi buat nggak ikut. Salahin aja abi yang nggak bilang sama lo, gue sama Jihan lagi di kamar."
"Wah parah lo, inget woy Jihan adiknya Sam. Tauh adeknya tidur bareng sama lo. Siap-siap aja kena bogem."
"Nggak usah berisik, gue sama dia nggak ngelakuin apa-apa. Dia lagi tidur, bilang aja nggak usah di ladenin kalau nanti geng pengecut itu datang."
"Anjir, lo sama jihan beneran udah itu? Sampe cewek itu ketiduran. Parah lo boss, kalau dia hamil gimana?"
"Mario tolol dengerin gue yah. Jihan itu ketiduran pe'a karena capek pulang sekolah. Sedangkan gue lagi nugas. Simpen aja tuh pikiran kotor lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SELENOPHILE🍃|| TAMAT||
Teen Fiction⚠HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠ CERITA SUDAH LENGKAP, HARAP BACA SEBELUM DI HAPUS ----------------- ---------------- Terdengar aneh? Terlalu panjang Cowok bermulut pedas dijuluki gay karena tidak pernah mempunyai pacar Bila ditanya siapa kriteri...