Cafe

521 64 1
                                    

Day 2

Lagi lagi Tanaka dengan sketchbooknya, dua hal yang tak dapat dipisahkan barang sejenak, bagi Tanaka sketchbook sudah seperti belahan jiwanya, dan melukis adalah candu baginya, sehari saja Ia tidak melukis maka Ia akan lemas seperti orang yang tidak memilki semangat hidup.

'kling'

Bunyi lonceng mengalihkan perhatian Tanaka, dirinya menatap ke arah pintu cafe, Ia mendapati sosok yang Ia kenal—Angga sedang mengatur nafasnya, detik berikutnya Tanaka terkejut karena secara tiba tiba Angga menoleh, membuat netra mereka bertubrukan. Cukup lama mereka bertatapan hingga suara lain mengintrupsi.

"Angga cepatlah!"

"Ah iya, sebentar"

Teguran salah satu pelayan cafe itu menyadarkan keduanya, Angga yang lebih dulu memutuskan kontak mata itu, segera berlari menghampiri Chandra—orang yang menegurnya tadi, sementara Tanaka hanya memalingkan wajahnya, sedikit malu dengan apa yang barusan terjadi.

=^=

"Ini"

Secangkir americano di suguhkan ke hadapannya, Tanaka menatapnya dengan wajah keheranan, Ia tidak memesan apapun. Ia menoleh untuk memberi tahu bahwa Ia tidak memesan apapun, namun Ia urungkan setelah tahu bahwa yang mengantarkan secangkir americano di mejanya adalah Angga.

"Hai Naka"

Tanaka hanya memandang Angga dengan tatapan datar, tak ada niat sama sekali untuk balik menyapa.

"Gambarmu yang kemarin belum selesai juga?"

Seakan tak menyerah, Angga kembali menghidupkan topik diantara mereka, Angga tahu Tanaka suka menggambar, mungkin jika Ia menyinggung hobinya lelaki berwajah manis itu mau menanggapinya.

"Tidak, ini berbeda" jawab Tanaka, tangannya masih sibuk bergulat dengan kertas dan pensil.

"Boleh aku mel—"

"Tidak"

Penolakan tegas dari Tanaka membuat Angga menekuk wajahnya, sudut bibirnya sedikit melengkung kebawah, namun Tanaka mana peduli.

Pada akhirnya Angga hanya melihat Tanaka menggambar tanpa melakukan apapun, jika Ia membawa kamera mungkin Ia akan mengambil foto Tanaka lagi, namun Ia baru saja pulang sekolah dan langsung bekerja paruh waktu di cafe ini, tak sempat untuk pulang menjemput kamera kesayangannya itu.

"Naka"

Pada akhirnya Angga menyerah, Ia sungguh bosan, Ia terpaksa mengganggu lagi kegiatan lelaki manis di hadapannya.

"Hm?"

"Kau tidak berniat untuk meminum americanonya?"

Tanaka melirik cangkir berisi americano panas—yang mungkin sekarang sudah mendingin. Tanaka berpikir sebentar, setidaknya Ia harus menghargai Angga yang membuat americano tersebut, toh Ia juga mendapat itu secara gratis.

Tanaka meraih cangkir itu, dengan perlahan Ia meminumnya, menikmati setiap tetes kopi yang melewati mulut lalu kerongkongannya, Tanaka menghabiskan secangkir americano tersebut, setelah kosong Ia kembali meletakan cangkir tersebut.

"Darimana kau tahu?"

Angga yang sedang meletakan kepalanya di meja mendongak menatap Tanaka dengan pandangan heran.

"Tahu apa?"

Tanaka memiringkan kepalanya, menatap Angga. "Pura pura tidak tahu atau bagaimana?"

Angga semakin menatapnya heran dan mengerjapkan matanya, lalu Ia menggeleng, Ia benar benar tidak tahu apa yang Tanaka maksud.

Tanaka menghela nafas. "Aku suka americano, sepertinya hanya kebetulan ya?"

Angga membentuk bibirnya seperti huruf 'o' tanda Ia mengerti, Ia mengangguk, membenarkan ucapan Tanaka. "Iya, hanya kebetulan, americano memeliki rasa kopi asli, dimana kebanyakan orang yang menyukai kopi pasti mereka suka americano."

Tanaka mengangguk mengerti membenarkan ucapan Angga.

"Aku pulang ya"

Angga mendongak, melihat Tanaka yang sibuk membereskan alat tulisnya. Dengan segera Tanaka menuju pintu cafe dan hendak keluar dari tempat tersebut.

"Naka"

Tanaka mengurungkan niatnya untuk keluar, Ia menoleh menatap Angga yang memanggilnya, "kenapa?"

"besok kau akan kesini lagi kan?"

Tanaka menempelkan ibu jari dan jari telunjuknya di dagu, membuat gestur seolah sedang berpikir, "mungkin" final Tanaka, toh Ia juga belum mengembalikan jaket milik Angga.

Angga tersenyum lebar, sementara Tanaka hanya menggelengkan kepala heran, "aku menunggumu Naka"

Tanaka hanya acuh tak acuh dan melenggang pergi meninggalkan cafe dan Angga yang masih mempertahankan senyum lebarnya.

.

.

.
TBC

kenapa aku makin merasa makin lama kok malah jadi kek angga yang ukenya, ga papa lah, seme softie

janlup votment ❤️

and introduce him is Chandra

and introduce him is Chandra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Days With You | RenMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang