Aku Pulang

442 28 17
                                    

"Ayah!" Tanaka membuka pintu coklat itu, ruangan itu tampak sepi dan tidak ada orang satupun disana. Tanaka memasuki ruangan itu dan memanggil kembali seseorang yang dicarinya. "Ayah!" ulangnya sekali lagi, dan kini indra pendengarannya menangkap suara keributan di balik pintu hitam yang berada tepat di sampingnya.

"Jian?" Tanaka membuka pintu itu, kini tampaklah seorang anak laki laki dan seorang pria paruh baya.

"Papa!" Anak itu beranjak dan berlari memeluk Tanaka.

Tanaka menyambut pelukan itu, lalu tangannya terulur untuk mengusak surai anak itu gemas, "bagaimana hari ini? Apakah Jian Nakal?" Tanaka sedikit tertawa ketika melihat anaknya itu menggelengkan kepala kuat kuat.

"Apakah hari ini Jian merepotkan ayah?" Atensi Tanaka kini teralih pada pria paruh baya yang ada dihadapannya. Dia lah yang merawat anaknya—Jian, saat dirinya dan suaminya sama sama sibuk bekerja

"Tidak, dia sangat penurut," ucap pria paruh baya—Dikta. Setelah bunda Tanaka meninggal beberapa waktu yang lalu, Tanaka kebingungan kepada siapa Ia harus menitipkan Jian? Kedua orang tua suaminya juga sudah tiada. Dikta dengan senang hati menawarkan bantuan untuk merawat Jian, tak masalah baginya, ini membuat dia mengingat masa lalu yang cukup indah baginya, merawat anaknya dahulu.

"Baiklah, kalau begitu Naka pamit," Tanaka mencium punggung tangan Dikta, setelah menyalimi tangan Dikta, Tanaka menurunkan Jian dari gendongannya. "Jian, ayo berpamitan dengan kakek!"

Jian menurut, anak itu langsung mencium punggung tangan dikta sebelum akhirnya mengandeng tangan papanya dan melambai untuk mengucapkan 'selamat tinggal.'

=^=

"Apakah hari ini banyak pasien yang harus ditangani?"

Tanaka menggeleng mendengar penuturan suaminya. Rumah sakit hari ini cukup sepi, jadi dia tidak terlalu sibuk dan sempat untuk menjemput Jian. Biasanya yang menjemput Jian adalah suaminya—Jevan.

"Hari ini kamu ambil cuti bukan? Bisakah kamu menjaga Jian sebentar? Aku ada sedikit urusan hari ini," Tanaka menurunkan Jian dari gendongannya, melepaskan jas dokternya dan sedikit merapikan pakaian yang dikenakannya. Tanaka berprofesi sebagai asisten dokter di rumah sakit tempat Angga dirawat dahulu. Semenjak kematian Angga, Tanaka bertekad untuk mengambil fakultas kedokteran untuk membantu orang orang agar bisa sembuh dari penyakitnya, Ia tahu sebarapa sakitnya kehilangan orang yang Ia cintai.

"Bukan cuti sayang, work from home," ucap Jevan membenarkan—sedikit protes juga sebenarnya, namun Ia tetap mengangguk dan setelahnya menggendong anaknya yang telah diturunkan oleh suaminya itu.

"Hampir sama seperti cuti, intinya itu!" Tanaka mendengus, sementara Jevan hanya menghela nafas, mengalah, sudahlah Tanaka memang selalu benar. "Pokoknya jaga Jian baik baik, jaga rumah juga, terakhir kali aku datang Jian sedang bermain tepung dan dapur berantakan, awas saja jika hal yang sama kembali terulang," Tanaka kembali berlalu menuju pintu keluar dan keluar dari bangunan rumah itu dengan Jevan yang menatap punggungnya menjauh dari pandangannya.

Jevan menghela nafas dan membenarkan posisi gendongan anaknya sebelum akhirnya bertanya, "Jian mau makan? Jian lapar kan?" Jevan tersenyum menatap buah hatinya yang baru saja berusia dua tahun.

Jian mengangguk semangat, "Mauu, Jian mau, ayah!" Pekik anak berusia dua tahun tersebut dengan semangat.

Jevan tertawa, mengusak surai anaknya gemas dan membawanya ke dapur untuk membuat makanan. Jevan menuntun anaknya untuk duduk di kursi yang memang dikhususkan untuk balita, dengan hati hati, Jian bisa duduk dengan tertib di kursi tersebut.

Days With You | RenMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang