Ayah

292 41 3
                                    

Day 10

Pagi buta sekali, Angga sudah duduk di teras rumahnya, bersama gitar dipangkuannya dan pisang goreng yang dibawakan Chandra. Jam 05.00 lelaki berkulit tan itu bertamu ke rumah Angga dengan menenteng tas plastik bewarna putih yang ternyata isinya adalah pisang goreng yang Ia buat semalam. Tentu saja sudah dingin, tapi Angga sempat memanaskannya tadi.

"Anggwa" Chandra membuka topik, mulutnya masih penuh dengan pisang goreng sehingga membuat Angga berdecak pelan.

"Habiskan dulu Chan"

Chandra hanya nyengir, membuat Angga ingin sekali menampar wajah tengil itu.

"Angga" ulang Chandra setelah menghabiskan pisang gorengnya.

"Hm?" Jawab Angga tanpa menoleh, Ia sibuk menciptakan nada abstrak yang dihasilkan dari gitarnya.

"Kamu sama Naka pacaran?"

Pertanyaan yang keluar dari lisan Chandra pagi itu sukses membuat Angga tersedak pisang goreng yang disantapnya. Bukanya menenangkan temannya yang tersedak, Ia malah terbahak, dan itu menghadiahkan tatapan sengit Angga yang mampu mengunci mulut Chandra seketika.

"Pulang sekolah ada acara apa?"

Chandra menengok ke arah Angga menatapnya heran, "tidak ada, kenapa? Kau mau mengajakku jalan?"

Angga mengangguk, "bisa dibilang begitu"

"wah tumben, kau kerasukan apa? Apa jangan jangan kau telah jatuh cinta pada pesonaku?" Ucap Chandra dengan dramatis, kedua telapak tangannya menutupi mulutnya yang ternganga, dibuat buat seolah tak percaya.

Angga berdecak, lalu Ia menonyor kepala sahabatnya itu, "lebih baik aku jatuh cinta pada dinding daripada denganmu"

Chandra tertawa pelan, "lalu ada apa?"

"Naka memintaku untuk menemaninya ke perpustakaan sore ini, ada tugas katanya, semalam Ia bilang padaku lewat chat"

Chandra mengangguk paham, "kau tahu, sebenarnya aku tidak menyukai perpustakaan, tempat itu adalah neraka bagiku, tapi demi sahabatku ini, tak apa nanti aku akan menemanimu" Chandra menyelesaikan kalimatnya, tangannya meraih gelas berisi teh milik Angga, yang tentu saja membuat Angga protes. "Pelit sekali" Chandra berdecak, Ia mulai bersikap imut dengan menyilangkan kedua tangannya di dada dan mengerucutkan bibirnya.

Angga melirik Chandra dengan tatapan jijik "diam, atau aku kuncir bibirmu itu"

"Aku akan membuang gitarmu itu"

"Kau mau ku pecat jadi sahabat? berani sekali membuang Ujang"

Chandra merotasikan matanya malas, Ujang adalah nama gitar milik Angga, hadiah dari sang bunda pada saat ulang tahunnya yang ke 14, ayahnya yang memberikan nama tersebut. Jangan heran, ayah Angga memang mahir melawak sebelum istri beliau meninggal 2 tahun lalu, dan dia menjadi pribadi yang kasar terhadap Angga.

"Terserah kau saja, nanti jemput aku ke kelas jika kita jadi ke perpustakan"

Angga mengernyitkan dahinya "tumben semangat?"

"Aku baru saja menonton drama korea, kau tahu, pemeran lelakinya sangat romantis, saat pemeran perempuannya tidak bisa meraih buku yang berada di rak atas—"

"Pemeran lelaki itu membantunya lalu mereka berkenalan, mereka menjadi dekat dan akhirnya berpacaran, begitukah?"

Chandra bertepuk tangan, "wahh aku tidak tahu kau juga penggemar drama"

"Itu adegan klise Chan," Angga menghela nafas. "Pulang, tidak baik bertamu dirumah orang terlalu lama"

"Kau mengusirku?"

"Iya"

"Jahat sekali"

"Terserah, hari ini kita tidak libur, kau tahu? aku bosan melihatmu berada di luar kelas karena terlambat"

Setelah mengatakan itu, Angga meraih pisang goreng dan gitarnya ke dalam rumah, dapat Ia intip melalui jendela, Chandra pergi dengan beberapa umpatan yang keluar dari bibirnya. Angga terkekeh kecil melihatnya, Ia berniat meletakan sepiring pisang goreng sisa tadi ke dapur, namun suatu suara menghentikannya.

"Angga, beri ayah uang"

Angga menghentikan langkahnya, selalu seperti ini, ayahnya meminta uang padanya. Tidak masalah jika ayahnya meminta uang, namun yang jadi masalah adalah ayahnya selalu menggunakan uang itu untuk membeli minuman alkohol, Angga tidak suka itu.

Angga mengeluarkan dompetnya, Ia meraih 2 lembar uang bewarna biru disana.

"Hanya ini?"

Angga memandang ayahnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan "lalu? Ayah, Angga juga punya keperluan, uang Angga juga terbatas karena Angga masih berumur 17 tahun, hanya pekerjaan part time" Angga kembali memasukan dompet ke dalam saku, Ia dan ayahnya selalu terlibat cekcok hanya karena masalah keuangan. Angga hanya bergantung pada penghasilannya selama ini, untuk sekolah dia menggunakan beasiswa. Ayahnya tak pernah menafkahinya lagi semenjak bundanya meninggal, mau tak mau Ia harus bertahan.

"Kapan kau memberi uang yang cukup sih? hah... seharusnya dari awal ibumu itu tak perlu melahirkan diirimu"

Cukup! Angga muak, Ia menatap ayahnya dengan tatapan tajam "kalau begitu kenapa tidak gugurkan Angga saja waktu Angga masih dalam kandungan? Angga juga tidak pernah meminta untuk dilahirkan!!" Angga menatap ayahnya dengan sorotan tajam meskipun ada sedikit kesedihan disana, ayahnya mengatakan seolah seharusnya dia tidak dilahirkan, anak mana yang tidak sakit hati ketika mendengar hal seperti itu dari orang tua kandungnya?

Angga segera meletakan pisang goreng ke meja dapur, dia hendak melangkah ke kamarnya, dalam perjalanan Ia melihat ayahnya yang mengepalkan tangan menahan emosi. Angga tersenyum kecut, dimana ayahnya yang penyabar dan lemah lembut sebelum ini? Mengabaikan ayahnya dan segala emosi yang dipendam pria itu, Angga memasuki kamarnya dan menutup pintu, tak lupa menguncinya, ini lebih baik daripada Ia harus menambah luka baru pada fisiknya nanti.

.

.

.
TBC

sesungguhnya, typo adalah seni

waktunya lompat 5 hari, jadi harusnya baru hari 6 tapi karena lompat jadinya sudah hari ke 10. Selama 5 hari mereka ngapain aja? privacy jigeum. Ini juga akan lebih fokus ke masalah Angga dan ayahnya, otak lagi buntu buat mikir adegan romantis, jadi di pending dulu.

oh ya, untuk panggilan baba diganti menjadi ayah, aku baru sadar ini latarnya Indonesia kok pakai baba, nanti diedit yang di chap taman bermain (?) lupa part cerita sendiri.

votmen juseyo, yang ga votment rumahnya didatengin banaspati

votmen juseyo, yang ga votment rumahnya didatengin banaspati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(*persiapan nembak mati para siders*)

oh ya, tanya sekali lagi, seandainya kalau book ini di unpub kalian gimana?

↑ tolong dijawab ya, jawaban kalian menentukan keputusan untuk book ini kedepannya.

Days With You | RenMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang