Kenapa?

227 32 12
                                    

Day 11

"Chan, aku ngundurin diri"

"Ada hubungannya sama kejadian tadi pagi ya?"

"Bisa dibilang begitu"

Chandra terdiam, Ia tahu ayah Angga pasti menjadi satu satunya alasan mengapa Angga mengundurkan diri. Ya, seperti biasa Chandra datang menjemput Angga untuk berangkat ke sekolah bersama, dan Chandra melihat Angga sedang berpelukan dengan ayahnya. Setahu Chandra, Angga tidak menyukai ayahnya semenjak 2 tahun yang lalu, Chandra tidak bodoh untuk mengetahui bahwa pasti ada sesuatu diantara mereka.

"Ya, terserah kamu sih, cuma aku kayaknya bakal kesepian ga ada kamu" ucap Chandra jujur, walaupun dia dan Angga dikenal dengan Tom and Jerry tapi mereka tidak dapat dipisahkan, jika itu terjadi, maka salah satunya akan lemas, seperti tidak memiliki tenaga.

Angga menengokan kepalanya ke arah Chandra dan tersenyum lebar, tangannya terulur untuk mencubit pipi Chandra. "Ululu sahabatnya Angga kesepian nih, sini sini peluk dulu" Angga tertawa, melihat ekspresi kesal Chandra. Chandra hanya memandang tawa Angga yang begitu lebar, sudah lama....Angga tidak tertawa seperti itu.

"Au, kesel" Chandra berpura pura sedang ngambek.

Angga tersenyum tipis, tanpa memedulikan sifat ngambekan Chandra yang tiba tiba muncul, Angga meletakan kepalanya ke pundak Chandra dan memainkan jarinya sendiri.

"Chan..." panggil Angga lirih.

"Hm?" Chandra berdehem sebagai jawaban, tentu saja tanpa menoleh, dia masih kesal.

"Pusing..."

Mendegar jawaban Angga yang lirih pun mau tak mau membuat Chandra menoleh, Angga adalah anak yang tidak biasa berbicara dengan nada lirih, pasti sesuatu terjadi padanya. Melihat wajah Angga yang pucat, sepertinya Angga tidak main main dengan perkataannya.

"Angga ngga papa?"

Chandra menepuk pelan pipi Angga untuk memastikan bahwa Angga tidak apa apa, yang sayangnya dijawab dengan tatapan sayu dan gelengan dari Angga.

"Sakit Chan"

Jawaban Angga membuat Chandra panik bukan main, dia melihat sekeliling, kelas masih sepi karena mereka sengaja berangkat lebih awal untuk jadwal piket. Tidak ada pilihan lain.

"Angga masih bisa jalan kan? Ayo ke UKS"

=^=

Ruangan bercat putih, dan berbau obat obatan, bukan UKS, itu adalah rumah sakit. Saat dibawa menuju UKS, Angga pingsan sebelum mereka sampai ke unit kesehatan sekolah tersebut. Pihak sekolah menghubungi wali Angga yang tidak lain adalah ayahnya, ayahnya panik dan langsung membawa Angga ke rumah sakit. Chandra memaksa ikut karena khawatir dengan sahabatnya tersebut.

Dokter keluar dari ruangan, dan Chandra melihat ayah Angga berdiri dan mengikuti dokter tersebut, Chandra tidak bisa ikut karena dia bukan bagian dari keluarga Angga, jadi dia hanya menunggu dengan cemas apa yang terjadi dengan sahabatnya.

"Kata dokter kita harus nunggu besok buat nunggu hasilnya"

15 menit berlalu, kini Dikta duduk di dekat Chandra yang diketahui sebagai sahabat anaknya itu.

"Memang Angga kenapa om?"

Tanya Chandra penasaran, sebelumnya Angga tidak pernah seperti ini, ada apa dengan sahabatnya?

"Om juga ga tau, tapi dokter menduga Angga kena tumor otak, om sih ngga berharap itu beneran"

Chandra terdiam, Ia adalah Anggota PMR, Ia tahu sedikit soal gejala penyakit kanker, dari kanker otak hingga kulit, Ia tahu. Jika Chandra pikir lagi, dugaan dokter bisa saja benar, tapi demi tuhan, Chandra berharap kali ini dugaan dokter salah.

"Kita tunggu besok, berdoa saja dokter salah, Angga pasti ga papa"

Chandra mengangguk, Ia bangkit dari posisi duduknya. "Chandra mau ke sekolah dulu om, ngga baik bolos lama lama, besok pagi Chandra kesini lagi, duluan ya om" Chandra membungkukan badannya dan melangkah keluar dari rumah sakit, dia sangat sangat khawatir dengan sahabatnya, tapi tak apa, setahu Chandra, Angga itu kuat, betul kan?

=^=

Day 12


"Aaaa pesawat datang"

Angga menatap kesal kepada Chandra yang sedang mengayunkan sendok ke udara seperti sebuah pesawat terbang, sementara pelakunya hanya terkekeh melihat ekspresi wajah temannya itu. Saat ini jam menunjukan pukul 13.04 waktunya untuk makan, dan sekarang Chandra sedang menyuapi Angga, Angga sih tidak masalah, tapi Chandra menyuapinya seakan sedang menyuapi seorang bayi! Benar benar minta di habisi.

"Dede Anggaa, ayo dong buka mulutnya, peswat datang nih"

"Chan, suapi aku dengan normal atau dengan terpaksa aku harus mencekik leher mu itu"

Chandra berdecak, "sadis, padahal sedang sakit"

"Kau menyebalkan"

"Iya Angga iyaa, aku suapin normal nih"

Ditengah cekcok kedua remaja tersebut, Dikta hadir dengan raut wajah yang tak dapat di tebak.

"Angga..."

"Iya ayah?"

Dikta menatap anak sulungnya dengan raut wajah penuh kekhawatiran, berbeda dengan Angga yang menunjukan raut keheranan.

"Apa sebelumnya ini kamu sering merasakan pusing atau sakit kepala?"

Angga mengerutkan dahinya, "Iya, tapi Angga ga terlalu ambil pusing soalnya juga memang sudah sering."

Setelah itu Angga melihat satu tangan ayahnya yang tidak memegang map mengepal, 'apa ayah marah?' begitu batin Angga.

Dikta menghela nafas, "Angga kamu...positif kanker otak, pertengahan stadium 3."

.

.

.
TBC

bagi yang belum tau, tumor otak sama kanker otak itu berhubungan ya, jadi tumor ada 2, ganas dan jinak, kalau tumor jinak cuma tumor aja gitu, kalau tumor ganas disertai kanker.

oh ya lupa mau ngenalin visualisasi karakter Marka

oh ya lupa mau ngenalin visualisasi karakter Marka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark Lee as Marka Anararya

votmentnya juseyo

Days With You | RenMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang