Hilang?

228 29 2
                                    

Day 14

Tanaka menyenderkan kepalanya ke jendela bus, sore hari yang cukup suram. Hanya mendung, tidak hujan, tapi Tanaka merasa hujan akan tiba sebentar lagi.

Tanaka memandangi layar ponselnya, kemudian mematikannya, menyalakan nya lagi kemudian dimatikan. Hal yang Ia lakukan berulang kali itu mengundang perhatian Jevan yang sedari tadi hanya menatap heran kelakuan aneh Tanaka.

"Naka ada apa?"

Tanaka menatap Jevan, kemudian dia melengkung kan ujung bibirnya ke bawah. Jevan yang tahu temannya sedang sedih pun menarik Tanaka agar menyender pada bahunya, Tanaka menurut, Ia menyenderkan kepalanya di bahu teman masa kecilnya itu.

"Naka kenapa?" Tangan Jevan yang sedang merangkul pundak itu kini beralih untuk mengusap kepala Tanaka pelan.

Tanaka menggeleng pelan "ngga papa" ucapnya sambil memainkan ujung tali tas ransel milik Jevan.

Sebenarnya Tanaka sedang memikirkan Angga, bukan masalah besar, hanya masalah Angga menghilang selama 2 hari, chatnya tidak dibalas, dan itu hal yang sangat langka. Tangan Jevan masih setia mengusap kepala Tanaka, hingga bunyi air yang menyentuh tanah mengalihkan perhatiannya.

"Naka bawa payung?"

Tanaka menggeleng pelan, dia tidak mengira hari ini akan turun hujan, pagi hari tadi cuacanya cukup cerah.

"Nanti ikut Jevan aja ya, Jevan bawa payung"

"Kalau Naka mampir ke suatu tempat sebelum pulang, Jevan ngga masalah?"

"Memang Naka mau mampir kemana?"

=^=

Disinilah Jevan sekarang, di cafe yang sama waktu itu, Jevan menatap Tanaka yang sedang berbincang dengan salah satu pelayan cafe, mungkin itu temannya.

Tanaka duduk di salah satu kursi, di depannya terdapat Chandra yang sedang sibuk mengeringkan gelas basah dengan lap kain ditangannya. Rintik gerimis mulai berdatangan sejak tadi, mau tak mau Jevan dan Tanaka berteduh, dan kebetulan cafe ini adalah cafe terdekat, atau mungkin bukan, karena sedari awal tujuan Tanaka sepulang sekolah adalah cafe ini.

"Jadi apa? Lagi lagi aku jadi tukang pengantar pesan pada hubungan mu dan Angga?"

Tanaka tertawa geli mendengar penuturan Chandra, memang kenyataannya Angga dan Tanaka banyak melibatkan Chandra dalam hubungan mereka, seperti saat sedang marahan satu sama lain. Tanaka terus menghubungi Chandra, sekadar menanyakan apakah Angga sudah makan atau Angga yang terus terusan memaksa Chandra untuk menghubungi Tanaka dan bertanya bagaimana harinya, menggemaskan.

Tanaka tersenyum, dia menopang dagu pada tangannya yang terletak diatas meja, "mungkin"

Chandra mendengus, "kali ini ada apa?"

Tanaka mengalihkan atensinya pada jendela cafe yang terletak agak jauh dari tempat duduknya sekarang, itu adalah tempat yang biasa dia tempati saat sedang menggambar, melihat itu dirinya jadi terbayang saat dimana Angga bosan dan terus merengek padanya, menyebalkan tapi juga menggemaskan. Tanaka memejamkan matanya dan menghela nafas, menikmati alunan lagu yang sedang dimainkan di cafe tersebut, tak lama kemudian Ia membuka matanya dan menatap lekat Chandra.

"Angga menghilang"

Chandra menghela nafas, tangannya sibuk menata gelas pada tempatnya, Ia sudah menduga duga sebelumnya bahwa Tanaka memang akan menanyakan soal hal ini.

"Apa Ia juga tidak berkerja hari ini?"

Setelah meletakan gelas terakhir ke rak, Chandra duduk menghadap Tanaka, "apa dia belum bilang padamu?"

Tanaka menatap Chandra dengan muka tidak pahamnya, oke, ini cukup untuk Chandra mengetahui bahwa Tanaka belum mengetahui apapun.

"Angga sudah tidak berkerja disini lagi"

"Kenapa?"

Chandra menatap Tanaka lekat "Kau akan tahu kalau kau menungguku selesai berkerja, mau menunggu?"

Tanaka terlihat berpikir sebentar, sebelum akhirnya mengangguk, "aku tunggu, selesai sekitar jam berapa?"

"Biasanya sih jam 7 aku sudah pulang, kalau sedang ramai biasanya jam 9, tidak terlalu larut, kau tahu kan aku juga punya tugas sekolah yang harus diselesaikan?"

Tanaka mengangguk mengerti, "ya sudah cepat, aku penasaran"

"ck iya sebentar"

=^=

"Bawain, berat"

Tanaka mendengus ketika Chandra melemparkan sebuah tas padanya, tas itu berisi pakaian dan benda lain milik Angga yang sekiranya perlu dibawa. Setelah selesai mengurus cafe, Chandra berkata Angga berada di rumah sakit, karena Tanaka adalah tipe seseorang yang tidak mudah panik, Ia santai saja, lagipula Chandra belum mengatakan alasan kenapa Angga berada di rumah sakit, bisa saja menjenguk saudaranya kan?"

"Teman mu tadi pergi kemana?"

"Pulang, ada urusan katanya"

Hening sejenak, baik Chandra maupun Tanaka diam dengan pikirannya masing masing, Chandra menarik nafas, lalu menghembuskan nya sebelum akhirnya membuka percakapan.

"Angga itu suka hujan"

Tanaka mengerjap, detik selanjutnya dirinya berlari kecil membawa dirinya yang berada di belakang Chandra menjadi berjalan beriringan dengan lelaki berkulit tan itu.

"Sedari dulu, jika ada hujan pasti Ia akan keluar rumah, tidak peduli pada orang tuanya yang selalu melarangnya" Chandra mengerat kan jaket hitam yang melekat di tubuhnya, dirinya menghela nafas sebentar "Angga itu punya imun yang lemah, tapi suka ngga sadar diri, nyari penyakit terus" Chandra mendengus.

Tanaka tertawa kecil, Ia baru tau satu fakta tentang Angga yang menyukai hujan. Ah, Tanaka jadi teringat awal Ia bertemu dengan Angga, Tanaka curiga saat itu Angga tidak langsung pulang menuju rumah, tapi sengaja berhenti di jalan untuk menikmati hujan.

"Dia sering mengeluh pusing, tubuhnya juga demam sehabis bermain hujan, tapi kemarin ada yang aneh, dia mengeluh sakit juga. Saat aku membawanya ke UKS, dia pingsan, dokter yang berada di UKS berkata sebaiknya Angga di bawa ke rumah sakit saja, tadinya aku anggap itu berlebihan, namun ternyata keputusan itu benar"

Tampak raut khawatir mulai terlihat di wajah Tanaka, dirinya mulai cemas menunggu Chandra melanjutkan ceritanya.

"Tanaka, soal Angga yang menghilang dan kenapa dia berada di rumah sakit itu...dia terkena kanker otak"

.

.

.
TBC

ga tau ini apa, galau, maklum aja kalau tulisannya agak agak berantakan gitu iyy

votmen nya juseyo

Days With You | RenMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang