Sebuah Kotak

219 32 4
                                    

Day 22

Tanaka memandang kotak berwarna hitam yang diberikan Chandra olehnya satu hari yang lalu saat acara pemakaman Angga. Kotak itu sama sekali belum Ia buka, entahlah, Tanaka hanya belum siap untuk membukanya kemarin, dirinya masih larut dalam kesedihan, walaupun hubungannya dengan Angga hanya baru seumur biji jagung, sebulan pun belum, tapi yang namanya rasa kehilangan tetaplah ada.

Sore hari, ketika mentari mulai tenggelam di bagian barat dan jarum jam menunjukan pukul lima lebih sepuluh menit. Tanaka baru saja selesai mandi, handuk berwarna putih terletak di atas kepalanya, dia langsung berjalan untuk meraih kotak itu di meja, setelah itu dia meletakan kotak itu dipangkuannya. Dia membuka kotak itu, pertama yang dilihatnya adalah dua buah kamera yang serupa, dia meraih dua buah kamera itu dan meneliti, apa yang berbeda dari dua kamera yang ada ditangannya. Tanaka menemukannya, perbedaannya terdapat pada tali kamera tersebut, salah satu tali kamera tersebut terdapat tulisan berwarna biru muda yang terbuat dari benang rajut bertuliskan 'Wenita Adhinata'  yang tandanya kamera ini adalah milik bunda Angga dan yang satunya juga terdapat tulisan dengan benang rajut yang serupa, namun dengan warna yang berbeda, warna merah, bertuliskan 'Langit Anggaraksa.'

Kedua, Tanaka melihat bungkusan berwarna kuning yang terbuat dari kertas karton. Bungkusan itu seperti kantong dengan sisi paling atas yang terlipat dan di rekatkan dengan sticker kartun chibi, sepertinya itu adalah dirinya, Angga menggambarnya dengan sangat baik. Selain sticker chibi tersebut, ada tulisan di lipatan kertas tersebut bertuliskan 'be happy'  dengan emoji hati berwarna merah diujung tulisan, Tanaka tersenyum melihatnya suasana hatinya berangsur membaik. Tangannya terulur melepas sticker yang merekatkan ujung kantung itu, membuka lipatan diatasnya hingga tertampanglah isi kantung tersebut, beberapa lembar foto dirinya, foto Angga, dan gambar yang pernah Ia berikan pada Angga dahulu. Tanaka mulai berpikir, sejak kapan Angga menyiapkan ini semua?

Selanjutnya Tanaka menemukan toples plastik transparan dengan tutup berwarna hitam. Warna toples yang transparan memudahkan netranya untuk melihat isi toples tersebut. Tanaka memutar toples tersebut, terdapat label bertuliskan deretan angka membentuk nominal seratus lima puluh, penasaran, Tanaka membuka toples tersebut. Tampak warna warni kertas origami yang jelas berbentuk bangau, Memori saat dirinya membantu Angga melipat origami tersebut berputar di kepalanya seperti sebuah film. Mengusap kasar matanya, Tanaka berjanji untuk tidak menjadi cengeng.

Selanjutnya, dalam kotak itu terdapat flashdisk, Tanaka meraih flashdisk tersebut, menancapkan benda kecil itu di laptopnya, dengan lancar jarinya segera membuka satu satunya file yang tersedia. Tanaka mungkin tidak sadar bahwa dirinya tengah menitikan air mata kembali, wajah Angga tergambar jelas di layar pipih tersebut, masih dengan senyum khasnya, dia memulai dialog.

"Sudah pas? wajahku terlihat kan?"

Tanaka mengangguk samar, sedikit tertawa ketika melihat Angga sibuk agar kamera tersebut menyorot dirinya dengan benar. Setelah dirasa telah selesai, Angga duduk di bangku yang terdapat di belakangnya. Angga mengenakan hoodie kuning cerah, bukan baju pasien, celananya juga berupa celana panjang berwarna hitam, masih bertahan dengan senyum khas dirinya. Dari background vidio tersebut Tanaka menjadi tahu bahwa Angga merekam video ini di rumah sakit.

"Hai Tanaka, katakan halo ayo, anggap ini video call"

Angga dalam video tersebut masih tersenyum, Tanaka mengusap matanya yang basah, dengan suara yang sangat kentara menahan tangis dirinya berusaha mengatakan sapaan yang disebutkan Angga tadi.

"Halo," Tanaka tersenyum tipis, wajah Angga yang cerah mengundang senyum untuk terpati di wajahnya, sebesar itu pengaruh seorang Langit Anggaraksa dalam hidupnya.

"Ini video untuk kenang kenangan, aku membuatnya di rumah sakit. Ck, suster, dokter, dan ayahku sangat menyebalkan, mereka tidak mengizinkan ku keluar, padahal ini kan untuk kenang kenangan, tidak elit sekali aku merekamnya di ruangan rumah sakit"

Days With You | RenMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang