"Ihh.. Mama apaan si ma" rengek Raffi seperti anak kecil yang membuat kedua orang tuanya dan Bu Rike terkekeh kecil tetapi tidak dengan Nisa yang tengah memikirkan perkataan Bu Diana tadi.
Nisa sangat terkejut saat mendengar perkataan Bu Diana tadi, Nisa tak tau harus menjawab apa, jujur saja Nisa sangat merasa Bingung.
"M-maaf Bu ini ngga salah?" jawab Nisa terbata.
"Ngga dong Sayang, kamu mau kan?" tanya Bu Diana kembali dengan wajah memelas.
"Jujur saja untuk saat ini saya masih ragu dan belum bisa kasih jawaban, menikah itu harus sudah cukup ilmu Bu, sedangkan ilmu saya pun masih dangkal, menikah itu bukan hanya sekedar berganti status menjadi suami maupun istri tapi menikah itu suatu tanggung jawab yang sangat besar, ditakutkannya nanti kalau saya menikah di usia muda ini saya belum bisa mengurus suami saya nantinya, dan karena itu pun menikah harus didasari dengan ilmu yang cukup, harus belajar dulu tentang hukum hukum pra-nikah, tidak boleh asal asalan, maaf ya Bu untuk saat ini saya belum bisa memantapkan hati saya kepada Raffi, lagipula ini semua kan maunya Bapak dan Ibu belum tentu juga Raffi mau dengan saya, saya harus memikirkannya terlebih dahulu, dan mencari petunjuk kepada Allah agar bisa memilih dengan mantap siapa yang jadi imam saya nantinya, sekali lagi saya minta maaf".
"Raffi pasti mau, kamu jangan khawatir, kalau begitu yang kamu mau Ibu bisa paham, Ibu bisa kasih kamu berapa waktu untuk memikirkannya Nis?" tanya Bu Diana.
Raffi yang sedari tadi hanya mendengarkan pun kaget dengan percakapan percakapan mereka semua, tetapi Raffi tak berniat untuk ikut bicara karena pikir Raffi jika seorang Zain Raffi Winata ikut angkat bicara tentang masalah ini bisa bisa dirinya sudah tak berwibawa lagi didepan semua orang (ya secara Raffi kan orangnya cuek dan dingin kadang juga nyebelin, tapi sifat dinginnya itu tidak dengan mama, papa dan adiknya), Raffi hanya mau protes saat dirinya dan keluarganya sudah pulang dari rumah Nisa.
"Tunggu saja kabar Nisa selanjutnya ya Pak Bu, setelah saya mendapatkan jawaban dari Allah, saya pasti kabarin bapak".
Karena hari sudah semakin sore akhirnya keluarga Winata memutuskan untuk pulang dan tak lupa untuk berpamitan terlebih dahulu kepada keluarga Nisa.
Setelah mereka semua pulang, Fafa langsung beranjak ke kamarnya, sedangkan Nisa dan Umminya memilih duduk kembali di kursi tadi yang mereka duduki saat ada tamu keluarga Winata, dan melanjutkan percakapannya sembari menunggu waktu maghrib tiba.
"Mi.. gimana mi" tanya Nisa dengan air mata yang menetes ke pipi manisnya.
"Ummi yakin kamu pasti bisa mengambil keputusan sayang.., serahkan semuanya kepada Allah, yang harus kamu lakukan saat ini adalah minta petunjuk dan perlindungan dari Allah, supaya kamu bisa memantapkan hati kamu, Ummi selalu dukung apapun keputusan kamu asalkan itubaik untuk kamu kedepannya".
"I-iya makasih ya Mi..".
***
Hari sudah mulai larut dan jam menunjukkan pukul 22:00 malam, Nisa pun pergi dari ranjangnya yang tadinya tengah melamun memikirkan tentang percakapan tadi siang bersama keluarga Winata setelah itu Nisa melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk berwudhu, dan setelah selesai berwudhu, Nisa lanjut dengan memakai mukena untuk melakukan sholat istikharah dahulu sebelum tidur.
***
Jam menunjukkan pukul 03:00 dan lagi lagi Nisa terbangun setelah mendapati mimpi yang sama itu pun tetapi kini pria dalam mimpinya tersebut sudah menampakkan siapa wajahnya, seketika itu pun Nisa kaget dan sangat tidak percaya akan hal ini, akhirnya Nisa pun beranjak pergi berwudhu untuk melakukan sholat tahajud.
🔥🔥🔥
Dibikin Versi pendek dulu ya hehe
Oh iya pasti kalian sudah bisa menebak siapa pria yang ada di mimpi Nisa kan? (pasti si ini)
Penasaran kan gimana kelanjutannya? Next baca part selanjutnya 😉
Happy Reading 🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Imamku
Teen FictionDear imamku... Kehadiranmu masih menjadi misteri bagiku. Aku akan menunggumu dalam keikhlasan, walaupun itu lama. Ku ikhlaskan semua harapanku untuk mengabdi kepadamu. Ku serahkan segala cinta untuk menggapai cinta-Nya bersamamu. Kapan kita akan dip...