Bab 14. Ribet

7 2 0
                                    

Setelah Satu Minggu mereka menginap di rumah Nisa, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah menginap di rumah Raffi di kota.

Author pov on

Di kota?!! Iya.. soalnya Papa nya Raffi (Pak Winata) sudah selesai bertugas di desa, dan akhirnya mereka semua, khususnya Pak Winata dan Bu Diana memutuskan untuk kembali ke kota.

Author pov off

"Semua barang-barangnya udah dimasukkan ke tas belum mas?" Tanya Nisa pada Raffi yang tengah sibuk mengemas barang barang milik nya dan Nisa.

"Belum semua" Jawab Raffi.

Setelah mereka selesai mengemas barang barang, mereka langsung berpamitan kepada Bu Rike.

"Mi... Nisa sama mas Raffi pamit ya, oh iya mi..Fafa dimana ya?" ucap Nisa.

"Iya sayang.. jaga diri kamu baik baik, kalau ada apa apa jangan lupa kasih kabar ke Ummi. Fafa kan hari ini sekolah".

"Tolong jagain Nisa ya nak Raffi, Ummi ngga mau Nisa kenapa napa" .

"Iya Mi, Raffi pasti jagain Nisa" jawab Raffi dengan memeluk tubuh sang mertua.

"Yasudah kita berangkat sekarang ya Mi" ucap Raffi dengan melepaskan pelukan hangatnya dengan Bu Rike.

"Ummi..." ucap Nisa dengan memluk erat tubuh Bu Rike.

"Kenapa sayang.. kamu jangan khawatir ya, disini kan juga ada Fafa yang nemenin Ummi. Sayang.. kamu cuman perlu do'ain Ummi sama Fafa, In Syaa Allah kita akan selalu merasa dekat walaupun sebenarnya kita itu berjauhan"

"Iya Ummi" Jawab Nisa

"Ayo Sa" ajak Raffi

"Iya, kita pamit ya Mi, Assalamu'alaikum" pamit Nisa pada Bu Rike dan dibalas salam juga dari Ummi, lalu Nisa dan Raffi mengecup punggung tangan Bu Rike sebelum mereka berangkat.

***
Sesampainya mereka tiba di rumah Raffi, mereka turun dari mobilnya dan masuk ke dalam rumah.

"Ma, Pa, Dina bocil!! Kalian belum pada berangkat kan?! Awas aja kalau kalian berani ninggalin Raffi, Raffi bakal ngambek satu tahun titik!! " Teriak Raffi dengan berteriak kencang.

Nisa yang melihat kelakuan suaminya itu pun tersenyum manis dan merasa agak heran karena setahu Nisa Raffi itu cuek dan dingin.

"Kita udah berangkat!! Silahkan saja kalau kamu mau ngambek setahun, Papa ngga ngelarang kok, untung juga buat Papa mah, jadinya kamu ngga minta uang setiap hari selama satu tahun" ucap Pak Winata dengan ikut berteriak dan dengan berjalan menghampiri Raffi dan Nisa.

"Yee.. mencari keuntungan aja nih si bapak bapak" jawab Raffi pada pak Winata

Karena sedari tadi Nisa hanya melihat kelakuan antara bapak dan anaknya, akhirnya Nisa memutuskan untuk mengawali pembicaraannya.

"Assalamualaikum Papa, maaf Nisa potong pembicaraannya" ucap Nisa pada Pak Winata.

"Wa'alaikumussalam, ngga papa kok, lagipula ini salahnya Raffi" gurau pak Winata.

"Kok Raffi si pa!" Gerutu Raffi.

"Oh iya pa, Mama sama Dina dimana?".

"Itu ada di kamarnya, lagi beres beres".

"Yaudah Nisa samperin dulu ya pa, mas".

"Iya" jawab papa dan anaknya kompak.

Nisa yang tengah berjalan menuju kamar Bu Diana pun tak sengaja melihat adik iparnya yang sedang berjalan mondar mandir di depan pintu kamarnya.

"Eh Dina? Kamu lagi ngapain?, kok kaya kebingungan gitu" tanya Nisa.

"Loh Kakak, kapan kesininya kak?" Ucap Dina yang berbalik tanya, dan mengalihkan pembicaraan.

"Baru aja sampe, kamu udah selesai beres beresnya?".

"Udah kak".

"Yaudah kita samperin Mama aja yuk"

"Iya ayo kak"

Ketika Nisa dan Dina sudah sampai di depan pintu kamar Bu Diana dan berniat ingin mengetuk pintu kamar, tiba tiba Bu Diana juga ingin keluar dari kamarnya dan sontak membuat mereka semua terkejut.

"Astaghfirullah" ucap Nisa.

"Mama!" Teriak Dina yang didengar oleh Raffi dan Pak Winata.

"Ada apa Din?!" Tanya Pak Winata dengan nada dan raut wajah memastikan.

"Ngga kok pa, cuman kaget aja, Dina sama Kak Nisa mau masuk kamar Mama, tiba tiba Mama juga mau keluar" jawab Dina.

"Kirain apaan" ucap Raffi yang sedari tadi memperhatikan.

"Kalian udah datang? Kebetulan Mama udah selesai beres beresnya, kita bisa berangkat sekarang" ucap Bu Diana pada semua orang yang ada disana.

"Kalau belum dateng, kita mah ngga ada disini Ma, Mama nih gimana si" jawab Raffi dengan bercanda namun tidak dihiraukan oleh Bu Diana.

"Sekarang kita berangkat aja, karena udah mulai siang, nanti malah nyampenya kesorean" ucap pak Winata.

"Oke" jawab mereka kompak kecuali Nisa yang sedari tadi diam tak berkutik.

Setelah mereka semua menyiapkan barang barang, mereka keluar rumah dan mereka semua melihat ada dua mobil yang terparkir di garasi samping rumahnya.

"Ini mobilnya gimana? Yang satu kan mobil punya karyawan papa yang papa pinjem kemarin buat pergi ke kantor, terus yang satunya mobil kamu" kata pak Winata pada Raffi.

"Oh iya kemarin papa pinjem mobil ya?terus karyawan papa masih disini ngga?".

"Iya gara gara kemarin mobil Papa dipake kamu, masih lah tapi rumahnya agak jauh dari sini".

"Kalau gitu telpon aja karyawan papa suruh ambil sendiri kesini, dan kita berangkat aja pake mobil aku".

"Iya juga ya, tunben pinter".

"Ngga tumben kok pa, setiap hari Raffi mah pinter".

"Udah kita berangkat aja, katanya takut nyampenya kesorean" ucap Bu Diana dan diangguki oleh semua orang yang ada disana.

"Siapa yang nyetir?" Tanya pak Winata

"Papa lah" jawab Raffi dengan senyuman kuda.

"Oke kalau begitu, Papa depan, Mama samping, kalian bertiga di belakang"

"Bertiga siapa?" Jawab Raffi pura pura tidak tahu.

"Woi new KRT, ngga usah sok pura pura ngga tau deh, ngga lucu tau!" Ucap Dina yang sedari tadi diam.

"Bodoamat" jawab Raffi singkat.

Setelah mereka semua selesai berbincang di garasi, akhirnya mereka menuju mobil Pak Winata untuk pergi berangkat ke kota.

"Ngapain si lu disini, ganggu kita berdua aja" ucap Raffi pada Dina yang ingin duduk di kursi belakang, tetapi disana ada new pasutri.

"Udah Din masuk aja, jangan dengerin mas Raffi" suruh Nisa dengan menarik pergelangan tangan Dina.

"Ngga tahan Dina punya kakak kaya dia" lirih Dina namun masih didengar oleh Raffi.

"Seneng banget gue punya adik se cantik dia" balas Raffi yang menirukan gaya adiknya tadi.

"Kalau mau berdebat mending kalian keluar aja, ngga usah ikut pergi, telinga Mama udah mau meledak tau!" ucap Bu Diana kesal.

Akhirnya mereka semua diam, tidak ada yang membuka suara, dan akhirnya Dina duduk di tengah, Nisa dan Raffi duduk di pinggir, Dina sedari tadi tengah sibuk berkutik dengan ponselnya, sedangkan Nisa sibuk melihat pemandangan dari balik jendela kaca mobil, dan Raffi tengah memikirkan Nisa.

"Seandainya yang duduk ditengah itu Nisa, pasti gue rangkul pundaknya, gue ngobrol bareng dan ketawa bareng, tapi ada si bocil yang menganggu suasana dan kesempatan emas ini" gerutu Raffi dalam hati.


🔥🔥🔥

Udah dulu deh😁
Lanjut part berikutnya ya
Janlup Voment

Happy reading 🍂

Dear ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang