Bab 15. Suapan pertama

13 2 0
                                    

Tak terasa, keluarga Winata dan ditambah satu dengan Nisa kini telah tiba di kota, mereka semua sudah sampai di rumah Winata, sesampainya disana Nisa merasa heran dan takjub melihat seisi rumah megah berlantai 2 tersebut.

"Maasyaa Allah, ternyata rumah mas Raffi ini besar sekali, memang tidak heran si, rumah dinas yang di desa saja menurutku sudah besar, apalagi rumah aslinya" batin Nisa.

"Sasa.. ayo masuk ngapain di depan aja" ucap Raffi dengan menarik tangan istrinya.

"Eh i-iya mas"

Setelah Nisa dan Raffi masuk kedalam, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke kamar dan meninggalkan Pak Winata, Bu Diana dan Dina di ruang tamu yang tengah duduk santai sembari menghilangkan rasa penat nya.

"Santai Raf, jangan tegang!" Teriak Pak Winata pada putranya yang tengah berjalan di atas tangga menuju kamarnya.

"Aman pa!" Teriak Raffi balik pada Pak Winata.

Nisa yang tak mengerti dengan sahut sahutan antara Ayah dan Anak itu pun memilih diam dan meneruskan jalannya untuk cepat cepat sampai ke kamar.

"Mas.. ini kamar kamu?" Tanya Nisa dengan nada terkejut.

"Iya, kenapa?" Jawab Raffi dengan santainya.

"Kok bisa berantakan banget, emangnya ngga pernah dibersihin?".

"Engga, tapi yang asli mau beresin semua pas sebelum berangkat ke desa, cuman Mama nyuruh buat cepet cepet jadi ngga sempet beresin, kalau kamu mau.. nanti kita beresin bareng bareng ya" jawab Raffi dengan wajah datar.

"Mau mas, nanti ya, setelah beresin baju baju yang ada di tas tadi" balas Nisa dan diangguki oleh Raffi.

Setelah selesai membereskan pakaian pakainya, Nisa dan Raffi melanjutkan untuk membersihkan seisi kamarnya yang penuh dengan debu dan bungkus-bungkus makanan dan minuman yang tergeletak di mana mana.

Ketika mereka berdua tengah membersihkan kamarnya, disitulah keheningan mulai tercipta, tidak ada yang membuka suara, mereka sangat fokus dengan pekerjaan mereka, Raffi membereskan kasurnya, dan Nisa menyapu lantai. Karena suasana disana sangat tidak nyaman, akhirnya Raffi membuka suara dan memulai percakapannya dengan Nisa.

"Sa.. maafin ya, kalau saja kamar ini ngga berantakan, pasti pas baru sampe tadi kamu bisa istirahat, pasti kamu cape ya, kalau cape..yaudah jangan di lanjutin, kamu istirahat aja, biar ini aku aja yang lanjutin, kamu bisa istirahat dulu di kamar Dina".

Degg.

Seketika hati Nisa meleleh dengan perkataan perkataan yang di lontarkan suaminya tadi. Jujur saja, Nisa tak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya, kecuali dengan Umminya.

"Oh ngga papa kok mas, mending mas aja yang istirahat, mas kelihatan capek banget tuh, ini semua biar aku aja yang selesain, lagipula ini udah mau selesai kok".

Memang benar, Raffi itu sangat capek dan perlu istirahat.

"Kamu ngga papa?" jawab Raffi.

"Ngga papa mas.. udah sana istirahat, oh iya jangan lupa mandi dulu gih, bau asem tuh, hahaha" ledek Nisa.

"Ngga papa bau asem yang penting bau asem" ucap Raffi dengan menjulurkan lidahnya dan pergi meninggalkan Nisa.

"Dih apaan si mas.." ucap Nisa namun tak didengar oleh Raffi.

***
Malam hari keluarga Winata tengah asyik duduk di ruang keluarga sembari mengobrol dan berbincang bincang santai.

"Liat Sasa ngga cil?" Tanya Raffi pada Dina, namun Dina tidak menggubris pertanyaan kakaknya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang