<Preview bagian sebelumnya
"Aaaa...
Tolong..
Tolongg..."Samar-samar terdengar suara perempuan yang berteriak. "Kalian dengar itu?" Tanya Julius memastikan apa yang dia dengar.
"Iya itu di sebelah timur, suara itu dari sana." Balas Arion. Setelahnya mereka berlari ke arah datangnya suara tersebut.
***
Bagian 19
"Yakk, Vio!! Kenapa sejak tadi kau hanya membeli makanan?" Tanya Serina yang bingung melihat ulah temannya itu. Yah walaupun tidak dipungkiri dia senang karena juga ikut makan.
"Tenang, ini koinnya juga masih lebih sepertinya. Kita beli makanan ini juga untuk kita makan bersama nantinya." Balas Viola yang matanya masih berkeliaran mencari barang yang mereka cari.
Sebenarnya uang yang diberikan oleh Arion memanglah cukup banyak. Yah selain Arion tidak tahu ingin memberikan berapa koin, dia juga belum sempat mengambil lagi karena Viola langsung merebutnya tepat setelah koin keluar kantong. Poor Arion!!
"Ahh itu iya apa disini ada perekat?" Tanya Viola pasalnya dari sejak memasukin area pasar dia belum menemukan satupun benda yang dia cari.
"Ada, tapi jarang. Biasanya dijual di perlengkapan academy atau di kebutuhan rumah juga ada sepertinya."
"Lalu di pasar ini apa tidak ada?"
"Ada, aku tadi sempat melihat tempat perlekapan rumah di seberang pasar. Itu, kau lihat toko cukup tua di seberang sana itu." Balas Serina sambil menunjukkan jarinya ke arah yang dia maksud.
"Baiklah. Untuk mempersingkat waktu, tolong belikan aku perekat ya serina." Sambil mengeluarkan beberapa koin dan memberikan pada si lawan bicara, Viola melanjutkan kata-katanya. "Aku akan ke ujung sana untuk membeli yang lain. Nanti kita bertemu disi lagi."
Setelah disepakati, keduanya menjalankan tugasnya masing-masing.
"Yakk, kenapa kau malah beli alat rias Viola?" Tanya Serina sambil sedikit berteriak begitu dia dan Viola selesai dengan apa yang dicari.
"Aduuuh, tenang saja ini bagian dari rencana. Kasian kupingku kepanasan kau teriaki." Balas Viola sambil mengusap-usap telinganya, agak hiperbola memang. Pada dasarnya mereka berdua ini sama-sama berisik.
"kupikir kau mau mendekati pangeran." Ucap Serina sambil tertawa kecil. " Tapi mengingat ide yang ada di otakmu biasanya cukup aneh tapi luar biasa aku percaya saja deh." Lanjutnya.
"Pikiranmu itu tak jauh-jauh dari pangeran terus. Kalau begitu ayo kita kembali. Makanan juga sudah dibeli tadi untuk kita semua, karna aku yakin mereka pasti belum buat apa-apa."
"Ah benar juga, kita meninggalkan sekumpulan lelaki tampan dengan keadaan lapar. Kalau begitu ayo cepat kembali." Ujar Serina yang selalu menyangkut pautkan dengan tampan, tampan, dan tampan. Yah sekarang Viola sudah sangat maklum dengan hal itu.
Setelah itu mereka berdua kembali menuju perbatasan hutan.
***
Selama perjalanan Viola terpikirkan akan sesuatu hal. Tepatnya tentang kemampuannya yang seperti dapat penglihatan itu. Selama ini apa yang dia dapatkan selalu penglihatan tentang masa depan atau apa yang belum terjadi. Tetapi itu ketika dia dalam keadaan sadar. Lalu jika mimpi yang kemarin itu bagaimana?

KAMU SEDANG MEMBACA
The Princes Of The Four Seasons (On Going)
FantasiOn going and on revision. Viola tiba-tiba berada di dunia yang bahkan tidak bisa disebut dengan bumi lagi setelah jatuh dari panggung acara di kampusnya. Terjebak dengan skenario yang tidak bisa dia pahami. Belum lagi dia harus meminta bantuan pada...