Bagian 7

70 13 6
                                    

Sepulangnya dari lomba memasak, Serina dan Viola memutuskan untuk pulang karena hari sudah malam. Untuk Viola sendiri, ia akan tinggal di rumah Serina selama berada di Summerland. Orang tua Serina sendiri yang menawari Viola.

"Heh Vio kau ini jangan bertingkah tidak sopan lagi kepada Pangeran Arion." Ucap Serina saat perjalanan pulang.

"Tck, kau tidak kesal apa melihat tingkahnya tadi."

"Tidak. Kan memang bentuk si ayam itu buruk Vio." Jawab Serina tanpa rasa berdosa.

"Dasar, kau lupa tadi hampir menghabiskan ayam buruk itu." Balas Viola sebal.

"Hehehe, sekarang aku percaya kata pepatah untuk tidak menilai apapun dari bentuk luarnya." Ucap Serina.

"Nah bagus, itu juga berlaku untuk si Arion. Jangan menilai status Pangerannya saja. Lihatlah tingkahnya juga."

"Yakk kau ini, jangan biasakan memanggil Pangeran tanpa embel-embel kalau ada yang dengar bisa dipenggal kau nanti."

"Biarkan saja, disini tidak ada siapapun. Si Arion juga tidak akan tahu." Balas Viola sambil melompat-lompat dan mengumpati Arion untuk mengejek Serina.

Sementara itu Arion yang menjadi objek pembicaraan malah tertawa geli mendengar umpatan dari Viola. Yap, Arion mengikuti kedua gadis itu, entahlah apa tujuannya.

***

Paginya Viola yang telah bangun tidur segera mandi dan pergi membantu Terence dan Saquila orang tua Serina yang sedang membuat minyak.

Fyi, setelah berhasil menjadi pemenang lomba memasak kemarin banyak orang yang datang ke rumah Serina dan memesan minyak untuk memasak.

"Paman, bibi biar aku bantu." Ucap Viola begitu sampai di dapur.

Mendengar suara Viola keduanya menoleh kebelakang. "Aih kau ini tamu nak tidak usah repot membantu. Kau bangunkan saja anak pemalas itu. Lagi pula ini sudah selesai." Ucap Saquila.

"Uh, apakah aku bangun kesiangan?" Celetuk Serina yang muncul di dapur dengan wajah bangun tidurnya.

"Kau ini bicara seolah pernah bangun pagi saja." Ucap Saquila dan Serina hanya tersenyum kecut.

"Tck tck." Decak Viola dengan senyum jailnya.

Terence yang sudah biasa melihat tingkah istri dan anaknya hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Kalau begitu hari ini biar aku saja yang memasak." Ucap Serina dengan sumringah.

"Jangan coba-coba, kau lupa ayah dan ibu setelah memakan masakanmu minggu lalu tidak berhenti buang air besar?" Balas Saquila.

"Ibu tenang saja, nanti Viola yang akan memanduku. Iya kan Vio?" Ucap Serina tiba-tiba.

"Hah, iya iya." Balas Viola, yah hitung-hitung balas budi juga batin Viola.

"Kalau begitu ayah dan ibu istirahat sana. Hari ini Serina akan menjadi juru masak." Ucap Serina dengan menepuk-nepuk dadanya.

"Memang kita mau masak apa?" Tanya Viola begitu orang tua Serina pergi.

"Mana aku tau, kan kau yang akan masak Viola." Jawab Serina dengan cengirannya.

"Aih dasar, tadi katanya cuma memandu." Gerutu Viola.

"Hehehe nanti aku bantu-bantu saja."

"Ya ya ya." Jawab Viola.

Untungnya rumah Serina ini tidak terlalu jauh dari pantai jadi persediaan ikan selalu ada.

"Yasudah kita masak ikan pedas manis saja."

"Ookee." Jawab Serina sumringah.

***

"Kak aku jadi tidak berselera memakan makanan ini." Bisik Arion pada Daryan

"Sudah kau makan saja. Jangan sampai pagi ini kita harus memijat nenek." Balas Daryan memperingati adiknya dan dibalas gumaman oleh Arion.

"Setelah makan ini aku ingin berbicara dengan kalian semua." Ucap Jane ibu Deva atau nenek para pangeran.

"Baik bu." Ucap Devan mewakili anggota yang lain.

Setelah acara makan selesai anggota inti kerajaan berkumpul di ruangan rahasia yang ada di kamar Jane.

"Apa yang ingin ibu bicarakan sepertinya sangat rahasia sampai membawa kami ke sini." Ucap Devan begitu semuanya duduk di kursi.

"Ini berhubungan dengan permata yang hilang Devan." Balas Jane.

"Memang ada apa bu? Bukankah sudah hampir seratus tahun permata itu hilang dan tidak ada masalah?" Tanya Farensa.

Sementara itu kedua pangeran yang tidak paham hanya mendengarkan saja.

"Benar Faren, namun kemarin Maggie menemuiku." Begitu menyebutkan nama Maggie Devan dan Farensa yang semula duduk santai langsung duduk dengan serius.

"Bukankah rumornya dia sudah meninggal bu?" Tanya Devan.

"Aku pun juga dibuat bingung olehnya. Tapi itu memang Maggie mengingat ia bisa dengan leluasa masuk di ruanganku ini. Kau ingat bukan hanya aku dan Maggie yang bisa memasuki tempat ini. "

"Tapi kami bisa masuk nek." Celetuk Daryan.

"Itu karena kau masuk bersamaku Daryan." Balas Jane.

"Lalu apa tujuan Bibi Maggie menemui Ibu?" Tanya Devan.

"Dia memberi tahuku sebentar lagi akibat dari hilangnya 4 permata dari tiap negri akan muncul."

"Lalu bagaimana cara mencari permata itu?" Tanya Arion yang mulai fokus pada pembahasan.

"Ada seorang gadis yang diramalkan. Dia bisa memberi petunjuk untuk menemukan permata itu."

"Dan yang harus mencari permata itu adalah kalian berdua beserta para pangeran dari 3 negeri yang lain." Tambah Jane.

"Kenapa?" Tangan Daryan dan Arion bebarengan.

"Karena permata itu memiliki ikatan dengan setiap keturunan kerajaan. Dan tidak mungkin juga kalau Ayah kalian sebagai Raja harus mencari permata dan meninggalkan kerajaan dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan." Jawab Jane.

"Dan lagi, jangan sampai hal ini diketahui siapapun kecuali anggota kerajaan. Akan sangat berbahaya membiarkan orang lain tahu dan menyebarkan rasa takut pada rakyat.

Untuk itu, nanti disaat perayaan kita akan membahas hal ini juga dengan anggota kerajaan lain."

The Princes Of The Four Seasons (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang