Sepulangnya dari lomba memasak, Serina dan Viola memutuskan untuk langsung pulang karena hari sudah malam. Viola, yang masih berada di Summerland, tinggal di rumah Serina untuk sementara waktu. Orang tua Serina sendiri yang menawari tempat tinggal untuknya, dan Viola pun menerimanya dengan senang hati.
"Heh, Vio. Kau ini jangan bertingkah tidak sopan lagi kepada Pangeran Arion," ucap Serina saat perjalanan pulang.
"Tck, kau tidak kesal apa melihat tingkahnya tadi?" Viola mendengus kesal, mengingat kejadian di lomba tadi.
"Tidak. Kan memang bentuk si ayam itu buruk, Vio." Jawab Serina tanpa rasa berdosa.
"Dasar! Kau lupa tadi hampir menghabiskan ayam buruk itu?" Balas Viola sebal.
"Hehehe, sekarang aku percaya kata pepatah untuk tidak menilai sesuatu dari bentuk luarnya," ucap Serina sambil tertawa kecil.
"Nah, bagus. Itu juga berlaku untuk si Arion. Jangan hanya menilai status Pangerannya saja, lihatlah tingkahnya juga," sindir Viola.
"Yakk, kau ini! Jangan biasakan memanggil Pangeran tanpa embel-embel. Kalau ada yang dengar, bisa-bisa kau dipenggal nanti!"
"Biarkan saja, di sini tidak ada siapapun. Si Arion juga tidak akan tahu." Viola berkata santai, bahkan sambil melompat-lompat dan mengumpati Arion untuk mengejek Serina.
Namun, tanpa mereka sadari, Arion yang menjadi objek pembicaraan justru tertawa geli mendengar umpatan Viola. Yap, Pangeran kedua itu ternyata mengikuti mereka sejak tadi. Entah apa tujuannya...
Keesokan paginya, Viola yang sudah bangun lebih dulu segera mandi dan pergi ke dapur untuk membantu Terence dan Saquila, orang tua Serina, yang sedang membuat minyak. Sejak kemenangan mereka di lomba memasak kemarin, banyak orang datang ke rumah Serina untuk memesan minyak yang digunakan Viola dalam memasak ayam crispy-nya.
"Paman, Bibi, biar aku bantu," ucap Viola begitu sampai di dapur.
Mendengar suara Viola, keduanya menoleh ke belakang. "Aih, kau ini tamu, Nak. Tidak usah repot-repot membantu. Kau bangunkan saja anak pemalas itu. Lagi pula, ini sudah selesai," ucap Saquila.
"Uh, apakah aku bangun kesiangan?" Celetuk Serina yang tiba-tiba muncul di dapur dengan wajah bantalnya.
"Kau ini bicara seolah pernah bangun pagi saja," balas Saquila dengan tatapan penuh sindiran.
"Tck tck." Viola hanya mendecakkan lidah sambil tersenyum jahil.
Terence yang sudah terbiasa melihat tingkah istri dan anaknya hanya bisa menggelengkan kepala dengan pasrah.
"Kalau begitu, hari ini biar aku saja yang memasak!" ucap Serina dengan penuh semangat.
"Jangan coba-coba! Kau lupa minggu lalu setelah makan masakanmu, ayah dan ibu tidak berhenti buang air besar?" Saquila menatap putrinya dengan penuh kecurigaan.
"Ibu, tenang saja! Nanti Viola yang akan memanduku. Iya, kan, Vio?" Ucap Serina tiba-tiba.
"Hah? Iya, iya," balas Viola. Yah, hitung-hitung balas budi juga, pikirnya dalam hati.
"Kalau begitu, ayah dan ibu istirahat sana. Hari ini Serina akan menjadi juru masak!" Ucap Serina sambil menepuk-nepuk dadanya dengan percaya diri.
"Memang kita mau masak apa?" Tanya Viola begitu orang tua Serina pergi.
"Mana aku tahu? Kan kau yang akan masak, Viola." Jawab Serina dengan cengiran khasnya.
"Aih, dasar! Tadi katanya cuma mau dipandu!" Gerutu Viola.
"Hehehe, nanti aku bantu-bantu saja."
"Ya ya ya," jawab Viola malas.
Untungnya, rumah Serina tidak terlalu jauh dari pantai, jadi mereka selalu punya persediaan ikan segar.
"Yasudah, kita masak ikan pedas manis saja."
"Okee!" Jawab Serina dengan sumringah.
Sementara itu, di istana...
"Kak, aku jadi tidak berselera memakan makanan ini," bisik Arion pada Daryan.
"Sudah, kau makan saja. Jangan sampai pagi ini kita harus memijat nenek," balas Daryan memperingatkan adiknya. Arion pun hanya bisa menggumam pasrah.
"Setelah makan ini, aku ingin berbicara dengan kalian semua." Suara Jane, ibu Devan sekaligus nenek para pangeran, terdengar tegas.
"Baik, Bu," ucap Devan mewakili anggota keluarga yang lain.
Setelah acara makan selesai, anggota inti kerajaan berkumpul di ruang rahasia yang ada di kamar Jane.
"Apa yang ingin Ibu bicarakan? Sepertinya ini sangat penting sampai kita harus berkumpul di sini," tanya Devan begitu semuanya duduk di kursi.
Jane menarik napas dalam sebelum menjawab, "Ini berhubungan dengan permata yang hilang, Devan."
"Memang ada apa, Bu? Bukankah sudah hampir seratus tahun permata itu hilang dan tidak ada masalah?" Tanya Farensa.
Sementara itu, kedua pangeran yang tidak paham hanya mendengarkan dengan saksama.
"Benar, Faren. Namun, kemarin Maggie menemuiku."
Begitu nama 'Maggie' disebut, Devan dan Farensa yang awalnya duduk santai langsung berubah serius.
"Bukankah rumornya dia sudah meninggal, Bu?" Tanya Devan.
"Aku pun dibuat bingung olehnya. Tapi itu memang Maggie, mengingat ia bisa dengan leluasa masuk ke ruanganku ini. Kau ingat, bukan? Hanya aku dan Maggie yang bisa memasuki tempat ini."
"Tapi kami bisa masuk, Nek," celetuk Daryan.
"Itu karena kau masuk bersamaku, Daryan," balas Jane.
"Lalu, apa tujuan Bibi Maggie menemui Ibu?" Tanya Devan.
"Dia memberi tahuku bahwa sebentar lagi, akibat dari hilangnya empat permata dari tiap negeri akan muncul."
"Lalu, bagaimana cara mencari permata itu?" Tanya Arion yang mulai fokus pada pembahasan.
"Ada seorang gadis yang diramalkan. Dia bisa memberi petunjuk untuk menemukan permata itu."
"Dan yang harus mencari permata itu adalah kalian berdua, beserta para pangeran dari tiga negeri lainnya," tambah Jane.
"Kenapa harus kami?" Tanya Daryan dan Arion hampir bersamaan.
"Karena permata itu memiliki ikatan dengan setiap keturunan kerajaan. Dan tidak mungkin jika ayah kalian sebagai Raja harus mencari permata itu sendiri dan meninggalkan kerajaan dalam waktu yang tidak bisa ditentukan," jawab Jane.
"Dan lagi, jangan sampai hal ini diketahui siapa pun kecuali anggota kerajaan. Akan sangat berbahaya membiarkan orang lain tahu dan menyebarkan rasa takut pada rakyat. Untuk itu, saat perayaan nanti, kita akan membahas hal ini juga dengan anggota kerajaan lainnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Princes Of The Four Seasons (On Going)
FantasíaOn going and on revision. Viola tiba-tiba berada di dunia yang bahkan tidak bisa disebut dengan bumi lagi setelah jatuh dari panggung acara di kampusnya. Terjebak dengan skenario yang tidak bisa dia pahami. Belum lagi dia harus meminta bantuan pada...