Prolog

511 135 19
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jari-jari bergerak mahir menggambar sesuatu yang indah dan perlahan berubah menjadi kemarahan karena ada kesalahan kecil yang dilakukan. Atlanta mencoret seluruh gambar yang hampir saja selesai dan membanting sketchbook ke lantai. Kepalanya terasa sakit, seolah ada suara samar-samar yang datang untuk mengatakan bahwa dirinya payah. Atlanta duduk sebentar, termenung dalam diam mengamati gambar-gambar di kamarnya dengan tatapan kosong. Lalu, dia mendengar ponsel yang berdering dan beranjak bangun dari posisinya untuk mengambil ponsel di atas nakas.

Atlanta tersenyum senang melihat nama yang tertera di layar. Suara manis nan manja lolos dari bibir tipisnya. "Halo, Kak!"

"Kamu lagi ngapain? Gambar nggak jelas, ya?"

"Iya, nih. Kak Atlas kapan pulang? Masih main basket, ya?"

"Bentar lagi pulang. Nanti kita pergi keluar lagi, ya."

"Iya, cepat pulang, Kak. Bawain pizza, ya!"

Suara ketukan pintu dari luar, berhasil menginterupsi obrolan yang berlangsung dan memaksa Atlanta menoleh ke belakang. "Ada yang datang, Kak. Bentar, aku lihat dulu." Dia menutup speaker ponselnya dan berteriak dari dalam. "Masuk. Pintunya nggak dikunci."

Dua orang perempuan muncul setelah membuka pintu. Senyum di wajah keduanya membuat Atlanta ikut senang. "Eh, kalian datang. Gue pikir siapa."

"Lo pikir siapa? Chris Evans?" kata Yukika, sahabat baik Atlanta.

Atlanta nyengir, lalu dia menarik tangannya dari speaker ponsel. "Kak, udah dulu, ya. Ada Yukika sama Ruru. Aku tunggu pulangnya. Sampai ketemu nanti."

"Lo teleponan sama siapa, At?" tanya Ruru.

"Gue bawa pizza, lho." Yukika meletakkan kotak pizza di atas meja belajar Atlanta.

"Tadi Kak Atlas juga mau bawain pizza. Baru aja gue teleponan sama dia," ucap Atlanta.

Yukika dan Ruru saling melempar pandang. Mereka berdua terdiam sesaat. Atlanta tidak menyadari tatapan heran itu karena sibuk membuka penutup kotak pizza.

"Atlanta," Yukika berdeham pelan. Begitu Atlanta menoleh ke arahnya, barulah Yukika melanjutkan, "Kak Atlas udah nggak ada. Kak Atlas nggak akan bawain lo pizza. Dia udah nggak ada."

Atlanta yang hendak mengambil satu potong pizza pepperoni langsung menunjukkan wajah bingung. "Maksud lo apa? Kak Atlas masih ada di rumah kok. Dia nggak jadi pindah ke luar negeri."

Ruru menatap Atlanta dengan tatapan nanar. "Itu cuma ada di pikiran lo, Atlanta. Kak Atlas udah nggak ada. Dia udah meninggal dua tahun yang lalu."

"Lo nyumpahin kakak gue meninggal? Jelas-jelas tadi Kak Atlas telepon gue!" Suara Atlanta berubah meninggi. Dia memberikan ponselnya pada Ruru. "Lo periksa aja telepon terakhir gue. Kak Atlas baru banget telepon. Mana mungkin dia meninggal."

Walaupun Ruru tahu ucapannya yang paling benar, dia masih membuka kontak terakhir di dalam ponsel Atlanta. Panggilan terakhir Atlanta adalah telepon dari kakak sepupunya, bukan nomor Atlas. Jika sudah begini, Ruru dan Yukika bingung harus mengatakan apa karena takut Atlanta mengamuk. Terakhir kali mengamuk, Atlanta melempar lampu tempat tidur ke dinding.

"Gue nggak bohong, kan? Kak Atlas telepon!" tanya Atlanta, masih dengan nada meninggi.

Baik Yukika maupun Ruru belum sempat menjawab. Ketika salah satu dari mereka sudah membuka bibir, tiba-tiba Atlanta berlari menuju pintu kamar dan menyebutkan nama yang telah tiada. "Kak Atlas!"

Untuk kesekian kalinya Yukika dan Ruru mengamati Atlanta bicara pada wujud yang tidak nyata. Wujud yang hanya diyakini oleh Atlanta masih hidup. Sejak kematian Atlas, hal ini telah terjadi setelah Atlanta dinyatakan mengidap skizofrenia. Atlanta menganggap halusinasi akan kakaknya sebuah kenyataan yang masih ada.

"Guys! Ini Kak Atlas udah pulang. Kok bisa-bisanya bilang dia nggak ada?" Atlanta menunjuk sosok yang tak pernah ada, seolah tengah berdiri di sampingnya.

Yukika dan Ruru sedih. Mereka berusaha ada supaya bayangan Atlas tidak muncul dan mengganggu Atlanta. Sayangnya hal ini terjadi lagi. Ruru sampai mengalihkan pandangan dan berbalik sedikit ke belakang karena menitikkan air mata.

"Ayo, kita makan bareng Kak Atlas!" seru Atlanta.

*****

Tinggalkan jejak komen dan vote kalian!

Note: Skizofrenia adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan, dan berperilaku dengan baik.

Follow IG:

tiamostudioid

tiamoapps

anothermissjo

If We Never MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang