"Healing doesn't mean the damage never existed. It means the damage no longer controls our lives."
—Unknown
Atlanta membuka pintu gerbang dan mendekati pohon kamboja. Seperti biasa, dia akan menyiram pohon itu dengan gembor yang sudah dia bawa. Selesai menyiram pohon kamboja, dia mengisi gembor dan menyiram pot tomat yang dikerjakannya bersama Benua.
"Cepat tumbuh, Mr. Tomato," ucap Atlanta dengan senyum tipis. Dia mengusap-usap pot-nya.
"Baru aja mau aku siram."
Atlanta mendongak, mendapati Benua berdiri di sampingnya sambil menyunggingkan senyum.
"Hai, Benu," sapa Atlanta.
"Hai, Atlanta." Benua senang bisa melihat Atlanta lagi meskipun hari ini kemunculan Atlanta sangat terlambat. "Nggak salah nih ngajak kamu tanam tomat. Soalnya nggak lupa diurus."
"Biar dia tumbuh besar."
Benua tertawa pelan. "Kamu bisa aja. Tapi tumben baru keluar agak sore. Lagi sibuk, ya?"
"Kamu nungguin aku?" tebak Atlanta.
Waktu ditanya seperti itu wajah Benua merah padam. Bukan cuma pertanyaannya saja yang terlalu blak-blakan, tapi cara Atlanta memamerkan senyum, berhasil membuat dia gugup.
"I-i-iya." Benua menggaruk tengkuk lehernya malu-malu. "Aku nungguin kamu daritadi. Kamu nggak keluar-keluar. Aku mau pencet bel, takutnya kamu keluar."
"Kamu nggak chat aku. Katanya mau chat aku?"
Benua tersedak air liurnya sendiri. Dia belum berani mengirim pesan pada Atlanta. Gadis itu menatapnya dengan mata belo hitam pekat yang cantik. Benua menjawab, "Itu... aku sibuk ngerjain tugas semalam makanya nggak bisa hubungin kamu."
"Banyak tugasnya?"
"Uhm... ya, lumayan," jawab Benua memberi alasan. "Nanti malam aku chat. Beneran. Malam ini aku luang. Jadi nggak ada yang perlu dikerjakan."
Atlanta mengangguk. Kemudian, Benua menyodorkan es krim yang ada di tangannya. Dia sampai lupa ingin memberikan pada Atlanta gara-gara membahas chat.
"Ini es krim stroberi dan cokelat. Kamu suka? Atau, ada rasa yang kamu suka?"
"Aku lebih suka vanilla."
"Oh, ini. Es krim punyaku rasa vanilla." Benua menyodorkan es krim lainnya kepada Atlanta dan menarik es krim lainnya untuk dirinya. "Gimana kalau kita duduk di taman sambil makan es krimnya?" ajak Benua.
KAMU SEDANG MEMBACA
If We Never Met
Non-FictionBenua Wirawan sering berharap dapat meninggal lebih cepat setelah hal-hal buruk yang dialami olehnya. Namun, harapan itu tidak pernah terkabul. Atlanta Salim mengidap skizofrenia pasca saudara kembarnya meninggal dunia. Pikirannya menolak menerima k...