Chapter 6

185 82 13
                                    

"Those we love never truly leave us. There are things that death cannot touch."

—Jack Thorne

#Now Playing: ST12 - Saat Terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#Now Playing: ST12 - Saat Terakhir

-

-

Dua tahun yang lalu...

Hari semakin malam. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Atlanta mengemudikan mobil, ditemani kakaknya di jok penumpang sebelah kirinya. Atlanta ingin pergi ke rumah neneknya karena semua keluarga sedang berkumpul di sana. Nenek mereka yang menetap di Perth sedang datang ke Jakarta. Itulah kenapa seluruh keluarga disuruh datang untuk menemui nenek mereka.

Atlanta dan Atlas datang terlambat karena Atlas baru saja pulang dari Bali setelah berlibur bersama teman-temannya. Atlanta menjemput Atlas. Sebenarnya Atlas meminta Atlanta pergi ke rumah nenek mereka esok hari karena masih ada banyak waktu mengingat nenek mereka menetap selama dua minggu. Namun, Atlanta bersikukuh untuk datang malam ini karena sangat merindukan nenek mereka. Terakhir kali bertemu enam bulan lalu, waktu mereka berlibur ke Perth.

"Aku sebel deh, Kak." Atlanta memulai obrolan.

Di sampingnya Atlas sudah mengantuk. Matanya sayup-sayup. "Sebel kenapa?" tanyanya.

"Kenapa sih Kak Ramanda nggak pernah pulang ke rumah sejak jadi personel boyband? Dia nggak kangen sama adik-adiknya, ya?"

Atlanta memiliki kakak tertua yang menjadi personel boyband ternama Indonesia, Your Lover. Kakaknya bernama Ramanda Salim. Sejak Ramanda menjadi personel boyband, Ramanda jarang pulang ke rumah. Atlanta sering merindukan kakaknya itu, tapi sulit untuk bertemu. Kakaknya terlalu sibuk konser dan tur keliling dalam kota ataupun luar negeri.

"Kak Manda, kan, penyanyi terkenal. Dia sering wara-wiri dan ada kegiatan. Kebetulan boyband-nya belum ada libur atau vakum. Maklumi aja, At," jawab Atlas.

"Tapi nggak bisa begitu dong, Kak." Atlanta merengut kesal. "Seharusnya dia nanyain kabar aku atau kakak. Kak Manda juga nggak pernah nanyain kabar Mama dan Papa. Sebel banget aku."

Atlas menarik senyum, lalu mengusap-usap kepala adiknya. "Kak Manda pasti pulang. Kamu nggak perlu khawatir."

"Kapan, Kak? Aku kangen."

Atlas tahu adiknya mudah kesepian. Sejak kecil, mereka bertiga tidak pernah terpisah sedikitpun. Atlanta selalu dimanja olehnya dan kakaknya yang lebih besar. Sampai akhirnya impian Ramanda memisahkan diri dengan keluarga. Atlanta menjadi lebih sering bergantung padanya dan mengeluhkan banyak hal hanya padanya.

"Gimana kalau setelah pulang dari rumah nenek, kita ajak Kak Manda ketemuan?" usul Atlas dengan senyum lebarnya, berusaha meluluhkan hati sang adik.

If We Never MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang