Chapter 02 : Bertemu Teman

429 37 6
                                    

Hari ini Jongin pergi hanya bersama Tiffany, Sehun bermain dengan sang ayah di rumah sementara Suho pergi sekolah. Katanya, Jongin akan bertemu dengan teman-teman baru. Jongin, sih, setuju saja, toh, Tiffany sudah berjanji akan belikan permen cokelat beruang setelah bertemu teman baru. Meski begitu, Jongin merindukan Sehun. Biasanya dia akan mengobrol banyak hal dengan kembarannya itu, mereka kadang membicarakan soal baju rancangan ibu mereka yang sebenarnya tidak bagus. Kasihan sekali yang membeli, mengeluarkan uang banyak untuk baju jelek.

"Jongin, nanti Mama akan kenalkan pada Dokter Amber ya, tenang saja Jongin tidak akan disuntik seperti minggu kemarin." Tiffany sangat berhati-hati, takut kalau Jongin menolak dan rewel. Akan tetapi, sepertinya anak itu tidak peduli dan lebih mementingkan susu di botolnya yang hampir habis.

"Mama akan berusaha agar Jongin bisa seperti Kakak dan Sehun, tidak apa jika sekarang Jongin belum bisa bicara. Yang penting, nanti Jongin tidak akan tertinggal jauh dari Sehun. Mama akan melakukan apapun untuk Jongin," ucap Tiffany penuh kesungguhan. Setelah mengetahui jika Jongin mengalami disleksia, yang dilakukan Tiffany selama ini hanya mencari informasi mengenai disleksia lebih jauh dan juga cara penanganannya. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Dokter Amber dan komunitas disleksia. Hari ini dia akan membawa Jongin untuk mendapat sedikit terapi dan juga untuk mendapat ilmu dari orang tua yang memiliki anak penyandang disleksia lainnya.

Aiden memang tidak terlalu masalah dengan Jongin yang lebih lambat daripada Sehun. Di usia setahun, Sehun sudah dapat mengucapkan mama, papa, dan kakak meski belum lancar sampai sekarang. Di tahun kedua pun Sehun sudah menguasai banyak kosa kata meski kadang terdengar seperti gumaman. Sementara Jongin tidak, dia masih belum bisa mengatakan apapun selain celoteh random tanpa arti. Hal itu yang membuat Tiffany diam-diam mendatangi dokter anak setelah imunisasi selesai. Dugaannya selama ini ternyata benar, Jongin mengalami disleksia yang mengakibatkan lambatnya pertumbuhan Jongin.

.

.

.

Aiden menatap Sehun bosan, sudah setengah hari anak bungsunya itu hanya diam sambil menonton kartun yang ditayangkan di televisi. Sehun tidak terusik sama sekali meski ia sudah mengganggunya. Si bungsu hanya akan beranjak jika lapar dan haus, selebihnya dia sangat tenang dan membuat Aiden bosan setengah mati. Niatnya libur kerja adalah untuk bermain dengan si bungsu, bukan malah ikut menonton acara anak-anak. Sehun memang sangat berbeda dengan Jongin, bahkan dengan Suho saat balita.

"Sehun, ayo main bersama Papa ...." badan Sehun digoyang hingga tubuhnya merosot dari sofa. "Papa bosan, ayo main bola di taman belakang."

Sehun menatap ayahnya malas, ketenangannya terus diganggu oleh Aiden yang entah kenapa hari ini jauh lebih bau dari biasanya. Ayahnya tidak mandi tadi pagi, jadi bau ikannya semakin tercium dan Sehun tidak suka. Payah, padahal Sehun saja mandi tadi pagi bersama Jongin dan pasukan bebek. "Papa yam! Hun ain no, Hun toton."

"Sehun tidak mau bermain dan hanya mau nonton teve?" Aiden berusaha menerjemahkan bahasa Sehun, dan mendengkus saat Sehun mengangguk dan memilih untuk kembali menyandarkan tubuhnya di sofa. "Papa sudah sengaja libur, kenapa Sehun malah menonton seharian. Apa Sehun tidak rindu Papa?"

"Hufftt ...." Aiden terkejut saat Sehun menghela napas seperti orang dewasa. Sehun sendiri sudah sangat kesal karena Aiden merengek seperti bayi, padahal, kan, yang bayi di sini adalah Sehun. Dasar orang tua manja, kemarin, kan, sudah bermain bersama seharian masa masih kurang.

"Papa go!" Sehun mendorong muka Aiden yang berada di dekatnya, kakinya juga kini ikut bergerak untuk menendang wajahnya agar menjauh. "Hun toton, Papa go!"

"Kakak pulang ...!"

Mendengar suara Suho, Sehun langsung menuruni sofa dengan cepat dan berlari ke arah pintu depan mengabaikan Aiden yang memasang wajah tersakiti. Dibanding bersama Aiden, Sehun lebih suka bermain bersama Kak Suho yang selalu rela menjadi bawahannya. "Kaaa ...."

Twins!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang