Suhu pagi ini terasa sangat dingin, sejak malam memang hujan sudah turun rintik-rintik. Rencana mereka untuk menghabiskan minggu pagi di taman dan berlatih sepeda baru gagal karena hujan semakin deras ketika semua bangun. Tiffany sudah memulai rutinitas paginya seperti biasa, membangunkan ketiga anaknya dan menyiapkan susu untuk si kembar. Sedangkan Aiden sudah duduk santai di depan aquarium berisikan lima ikan kesayangan, rutinitas pagi yang tak boleh terlewatkan.
"Pagi, Pa." Suho datang dengan membawa nampan berisi segelas susu hangat dan sepiring kue untuk dimakan bersama Papa. "Di dalam berisik, Jongin menolak minum susu di gelas hisap yang Mama beli kemarin."
"Pagi, tidur nyenyak, Kak?" Aiden kembali meminum kopi pahitnya sebelum mengambil kue yang dibawa Suho. "Biarkan saja Mama repot kalau begitu, salah sendiri memaksa Jongin padahal sudah tahu anaknya belum mau melepas dot. Sehun sudah bangun juga, 'kan?"
"Sehun sudah duduk tenang di kursi dan menunggu sarapan, kenapa bukan Sehun yang lahir duluan, sih, Pa? Jongin lebih rewel dibanding Sehun padahal dia kakaknya."
"Mereka hanya beda lima menit, mungkin Sehun kalah saat main batu, kertas, gunting di perut Mama."
"Pa, Suho serius," ucap Suho sedikit kesal. Aiden tidak pernah membalas ucapannya dengan serius.
"Papa juga serius," balasnya cepat, "kalau Sehun lebih dewasa meskipun adiknya tidak apa-apa. Usia mereka sama, selisih lima menit tidak membuat Jongin harus menjadi seorang kakak sepertimu. Jangan memaksakan kehendak, Jongin yang seperti ini karena Sehun bersikap pasif. Memang kamu mau kalau Jongin sama seperti Sehun?"
Suho menggelengkan kepalanya tanpa pikir panjang. Cukup satu Sehun di rumah ini, dia tidak mau Jongin bersikap sama sepertinya. Meskipun pendiam, tapi Sehun bisa jauh lebih jahil dan rewel sewaktu-waktu. "Cukup satu saja yang seperti Sehun, Pa."
Aiden bangkit dari duduk, bersiap untuk membantu Tiffany menenangkan Jongin di dalam sana. Dia sudah terlalu lama membiarkan sang istri kesusahan, tidak tega juga ternyata. "Ayo, Kak. Kita ajak Sehun dan Jongin bermain sepeda baru di taman belakang mumpung hujan reda."
Suho mengekor dari belakang dan mengambil dua sepeda yang mereka beli kemarin. Ayahnya itu memang selalu punya cara untuk mengalihkan perhatian kedua adiknya. Meskipun terkadang Aiden sangat kekanakkan, tapi Suho akui jika cara ayahnya berpikir terkadang sangat dewasa. Aiden juga tidak pernah memaksakan kehendak jika dia atau adiknya menolak.
"Jongin mau apa, Nak?" Aiden masuk tepat setelah Tiffany menyerah dengan rengekan Jongin yang lebih menyusahkan dari biasa. Anak itu bahkan melempar gelas hisap yang diberikan dan menolak untuk makan. "Jongin harus sarapan dulu sebelum main sepeda."
"Cucu, Pa." Jongin menatap ayah kesayangannya itu dengan tatapan memohon. "Mama akal, hiks, Ngin cucu."
"Jongin yang nakal," sanggah Mama, "Jongin melempar gelas hisap yang Mama bawakan tadi, padahal Mama sudah membuatkan susu untuk Jongin."
Tangannya kembali menyuapi Sehun yang masih semangat memakan sarapannya. Jujur saja, terkadang dia lelah sekali jika sudah berhadapan dengan Jongin yang sangat rewel. "Lihat, sarapan Sehun sudah hampir habis karena Sehun anak baik tidak seperti Jongin. Mama tidak mau membelikan Jongin cokelat lagi kalau masih menolak minum susu menggunakan gelas."
"Ma, jangan terlalu keras pada Jongin." Aiden menatap mata Tiffany untuk memberi isyarat. Tiffany memang selalu seperti ini jika sedang ada masalah di butiknya, membawa masalah pekerjaan ke rumah dan bersikap buruk. "Mama suapi saja Sehun, biar Papa yang mengurus Jongin. Tidak perlu dimandikan, Mama istirahat setelah ini, ya?"
Tiffany akhirnya hanya mengangguk sebagai jawaban lalu kembali menyuapi Sehun hingga sarapannya habis dan langsung meninggalkan ruang makan. Dia harus menenangkan diri dan beristirahat sebentar lalu kembali menyelesaikan pekerjaannya yang sempat terkendala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins!
FanfictionSeason 1 : daily life todlers Jongin and Sehun Season 2 : daily life highschooler Jongin and Sehun