*Beberapa tahun kemudian
"Kakak yakin?" tanya Tiffany memastikan. "Tinggal di negara orang bukan hal yang mudah, Kakak harus mandiri dan siap untuk melakukan segalanya sendirian."
"Kakak, kan, sudah bilang dari dulu, Ma." Suho menjawab dengan malas. "Lagipula semua sudah disiapkan dari awal, Suho juga sudah cukup lancar berbahasa Jerman."
"Ini bukan hanya soal bahasa, Kak. Budaya di sana kan berbeda dengan di sini, Kakak juga di sana akan sendirian."
Suho duduk di hadapan Tiffany sebelum kembali meyakinkan sang ibu. "Suho tidak akan sendirian, nanti ada juga pelajar Korea yang pergi bersama Suho. Ada beberapa teman sekolah juga yang satu universitas, kita juga akan tinggal di asrama jadi Suho punya teman. Semua sudah dijelaskan dari jauh hari, Papa dan Mama juga setuju. Sekarang apa lagi, kenapa Mama terus membicarakan hal ini?"
"Mama khawatir," ucap Tiffany jujur, "Kakak akan tinggal jauh dari Mama dan Papa. Berada di tempat baru, berbahasa asing, dan budaya yang jauh berbeda. Mama tidak tega kalau nanti Kakak kesulitan di sana, Mama juga tidak bisa langsung mendatangi Kakak kalau butuh sesuatu. Nanti Mama tidak akan bisa merawat Kakak kalau sakit."
Suho beranjak dari tempatnya dan mendekati Tiffany untuk memeluk tubuh ibunya itu. "Suho mengerti, Mama pasti tidak rela ditinggal seperti ini, iya, 'kan?"
"Semua ibu di dunia juga tidak akan rela melepas anaknya pergi jauh," ucap Tiffany yang langsung membalas pelukan Suho. Tak terasa anak sulungnya kini sudah tumbuh dewasa dan sudah waktunya untuk pergi merantau. "Sehun dan Jongin juga pasti tidak mau ditinggal kakak tersayang."
"Ah iya, mereka belum tahu kalau Kakak akan pergi minggu depan." Suho teringat si kembar, kedua adiknya memang tidak tahu tentang kepergiannya. Awalnya Suho akan menyembunyikan sampai waktunya pergi, tapi sepertinya akan lebih baik jika dia mengatakannya lebih cepat. Setidaknya Sehun dan Jongin tidak akan merasa dicurangi nanti. "Suho izin ajak mereka main pulang sekolah, ya, Ma?"
"Mau ke mana? Jongin ada les pulang sekolah."
"Libur satu hari tidak membuat Jongin bodoh, Ma. Suho juga harus pamit dulu sebelum benar-benar pergi."
.
.
.
"Hun, ini bagaimana?" Jongin menunggu Sehun menyelesaikan tugasnya dengan sabar. Beberapa saat lalu Guru Park memberi tugas berupa soal mengeja nama hewan. Hanya ada lima gambar Hewan yang ada di kertas soal dan Jongin juga sebenarnya tahu semua hewan itu. "Pinguin itu benar seperti ini?"
Sehun melirik lembar kerja Jongin setelah menyelesaikan miliknya. Dia akan selalu membantu dan mengoreksi tugas Jongin sebelum dikumpulkan. "Huruf P bukan huruf Q, Jongin."
Tangannya meraih sebuah karet penghapus dan menghapus beberapa huruf yang salah. "Lihat, ini harusnya beruang buka deruang. Ini juga harusnya merpati bukan werqati."
Jongin mengerucutkan bibir kesal karena jawabannya hampir semua dihapus Sehun dan ditulis ulang olehnya. Padahal dia merasa kalau semua huruf itu sudah betul. Jongin juga berusaha keras mengingat semua huruf yang setiap hari diajarkan guru. "Kerjakan saja semuanya."
Sehun mengangguk dan mengisi semua soal di kertas milik Jongin agar sesuai dengan kertas miliknya. Di usianya sekarang Sehun bisa dikatakan cukup pintar, dia sudah bisa membaca dan menulis dengan baik. Itu karena setiap hari Sehun selalu mengikuti Jongin belajar sepulang sekolah bersama guru les. Sehun juga jadi terbiasa mengerjakan tugas milik Jongin jika Tiffany tidak ada agar Jongin bisa sedikit beristirahat. Dia tahu kalau Jongin lelah dengan semua jadwal pelajaran yang ibunya berikan. Jadi sebisa mungkin Sehun membantu untuk meringankan beban Jongin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins!
FanficSeason 1 : daily life todlers Jongin and Sehun Season 2 : daily life highschooler Jongin and Sehun