Chapter 04 : Sekolah

243 39 6
                                    


"Kau tahu kita akan ke mana?" Jongin melepas dot yang telah habis isinya itu dan melirik Sehun yang duduk di sebelah kirinya. Mereka berdua mengenakan baju yang sama persis, benar-benar tidak biasanya. Meski kembar, Tiffany tidak pernah memakaikan Sehun dan Jongin baju yang sama. Jongin selalu dibelikan pakaian bernuansa cokelat dan bergambar beruang. Sementara Sehun terkadang memakai baju berwarna kuning dan bergambar anak ayam, kadang juga memakai baju bergambar serigala. Sehun itu krisis identitas, tidak seperti Jongin yang sudah paten sebagai beruang gendut yang lucu.

"Mana aku tahu, Kak Suho tidak bilang apa-apa, Mama dan Papa juga tidak heboh seperti biasa." Sehun juga ikut melempar dot yang masih tersisa setengahnya. Tangannya menggaruk bagian kepala yang dipasangkan sebuah topi, dia tidak suka memakai aksesoris di kepala. "Kenapa Mama memberiku topi jelek?"

"Mama!" Sehun berteriak nyaring, membuat Tiffany yang berada di kursi kemudi menatapnya melalui kaca spion. "Hun yepas!"

"Tidak boleh sayang, kita, kan, mau ke sekolah. Semua teman baru Sehun dan Jongin akan memakai topi juga, jadi tidak boleh dilepas." Tiffany tersenyum melihat kedua anaknya terlihat tidak nyaman dengan pakaian baru mereka. Seperti perjanjiannya dengan Aiden, kedua bayi kembarnya itu akan mulai memasuki sekolah di usia tiga tahun. Tiffany sudah memilihkan sekolah terbaik dan mendaftarkan keduanya sejak jauh hari.

"Kau dengar itu, Hun? Kita akan sekolah seperti Kak Suho!" Jongin meloncat-loncat di dalam kursi mobilnya, dia pikir sekolah akan menyenangkan karena Kak Suho selalu terlihat bahagia setiap pulang dari sekolah. "Dda ... dadda ddaa ...."

"Jongin sudah tidak sabar, ya?" Tiffany tertawa melihat betapa aktifnya Jongin bergerak, dia memang selalu ekspresif tidak seperti Sehun. "Mama ingin kalian punya teman, di lingkungan rumah kita kan tidak ada anak seusia kalian. Di sekolah nanti Jongin dan Sehun bisa bermain dengan teman baru."

Keduanya hanya berceloteh ria tanpa mengacuhkan ibunya yang sibuk menjelaskan. Apa Tiffany pikir mereka akan mengerti? Mereka hanya bocah gendut berusia tiga tahun, bukan Suho yang sudah bisa diajak debat tentang bumi itu bulat atau datar!

Ketiganya sampai di sebuah gedung yang tidak tinggi namun sangat luas. Sekolah itu memiliki semua tingkatan, dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah akhir yang juga merupakan sekolah Suho. Tiffany sengaja memilih sekolah ini karena ia dengar taman kanak-kanak yang baru dibuka beberapa bulan lalu ini memiliki guru yang berpengalaman dan bahkan psikolog anak. Selain itu, Tiffany sedikit tenang karena Suho pasti akan menggantikan tugasnya menjemput si kembar jika ia terlalu sibuk.

"Ayo keluar," ajak Tiffany setelah berhasil melepas pengaman di kedua kursi bayinya. "Papa benar-benar menyiksa Mama, di saat seperti ini malah pergi ke kantor dengan alasan ada pertemuan penting. Kalian sudah sekolah, jadi jangan sering-sering minta di gendong."

Jongin turun dari kursi dan dibantu Tiffany untuk keluar dari mobil, sedangkan Sehun menolak bangun dan tetap duduk di kursinya. Sehun malas jalan, dia hanya ingin digendong sekarang. "Gendong, jalan no!"

Tiffany mendengkus sebal, setelah Sehun semakin lancar berbicara anaknya itu sering menolak dan memerintah. Padahal sebelum lancar Sehun sangat penurut, tapi sekarang jarang sekali dia menurut. Sehun bahkan mulai sering berdebat dengan Suho dan suaminya. Meskipun perdebatan mereka hanya sepele, tapi tak dipungkiri Tiffany sangat pusing mendengarnya.

"Sebentar saja, ya? Jongin juga jalan jadi nanti Sehun harus jalan saat di gerbang." Tiffany langsung menggendong Sehun setelah mendapat kode oke dari si bungsu. Tangan kanannya segera meraih tangan kiri Jongin sebelum anak itu berlarian dan menambark sesuatu. "Jongin tidak boleh asal berlarian, mengerti?"

Twins!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang