S2 : chapter 03

196 25 8
                                    


Motor melaju dengan cepat meski Sehun tetap berusaha untuk membawanya dengan hati-hati. Ia khawatir bukan main melihat kondisi Jongin yang terus gemetar dengan bibir yang membiru. Sehun tak tahu berapa lama Jongin terdiam seperti orang bodoh di bawah air hujan, yang jelas ia harus segera sampai ke rumah dan membuat tubuh Jongin hangat. Hujan yang turun kini telah sedikit mereda, Sehun bersyukur karenanya. Tangan kirinya tetap di belakang untuk menjaga tubuh Jongin yang sama sekali tak merespon bahkan memegangnya.

Sesampainya di rumah, Sehun memapah Jongin yang masih terdiam ke dalam dan langsung menuju kamar mandi. "Jongin, aku akan memandikanmu, jangan marah nanti setelah sadar apa yang terjadi."

Sehun dengan telaten melepas seluruh pakaian yang menempel pada Jongin dan membantunya memasuki bathtub yang telah berisi air hangat. Mendudukkan kembarannya dan membersihkan rambut Jongin dari air hujan menggunakan shower. 

Jongin dapat merasakan hangat setelah air mengalir dari atas kepala, namun hal itu justru membuat air matanya kembali mengalir. Lagi-lagi ia mengingat kejadian di mana Aiden mencium wanita asing yang tak dikenalnya. Suara gigi bergemeletuk menyadarkan betapa kedinginan dirinya saat ini. 

"S-sehun ..." Jongin menatap Sehun sendu, kini dia bahkan membuat Sehun melakukan banyak hal untuknya. Benar-benar mengganggu dan merepotkan. "Aku bisa sendiri, maaf sudah merepotkan."

"Ya, kau memang sangat merepotkan, pulang sendiri saja tidak bisa." Sehun mengeluh, tapi tangannya tetap sibuk membersihkan sabun di tubuh Jongin. "Kau sedang sakit, diamlah dan biarkan aku mengurusmu."

Jongin menunduk dan terdiam selama Sehun membantunya membilas hingga kembali berpakaian. Ia hanya diam dan menuruti seluruh ucapan dan perintah yang Sehun berikan, tak lagi ingin mengeluarkan suara. kepalanya mulai memberat dan tubuhnya terasa lemas, lagi-lagi membuat Sehun kesulitan karena harus memapahnya hingga membantunya berbaring.

Sehun menempelkan punggung tangannya di dahi Jongin, merasakan panas tubuh yang mulai tak wajar meski Jongin terlihat menggigil. Tentu saja Jongin akan sakit setelah berdiam di bawah hujan. "Istirahatlah, aku akan menghangatkan makanan dan membawa obat."


***

"Sehun, sedang apa?"

Sehun tersentak mendengar suara yang memecah keheningan. Tiffany tiba-tiba muncul di dapur membuat Sehun mengernyit heran. Ia tak mendengar suara langkah kaki sama sekali dan bahkan tak mendengar suara pintu terbuka. "Bukannya Mama tidak akan pulang?"

"Batal, kenapa kamu masak tengah malam?" Tiffany kembali bertanya. "Jangan bilang kamu baru pulang main dan lupa makan malam?"

Sehun menggeleng pelan. "Sehun sudah makan, ini untuk Jongin."

"Jongin belum makan?" Tiffany dapat melihat Sehun mengangguk tanpa menatapnya. Ia bawa kakinya melangkah menuju kamar Jongin hanya untuk melihat anaknya terbaring lemah dengan plester penurun demam di kening.

"Jongin, kenapa bisa demam seperti ini?"

Mendengar suara Tiffany, Jongin membuka matanya perlahan. Air matanya menetes seketika, tubuhnya ia paksakan untuk bangkit dan memeluk Tiffany, menangis di bahu sang ibu. "Mama, maafkan Jongin, hiks, Jongin menyayangi Mama."

Tiffany membalas pelukan Jongin dan mengelus punggungnya dengan gerakan melingkar. "Ada apa? Jongin membolos?"

Jongin menggeleng, tangisnya tak kunjung berhenti. Rasa sesal memenuhi hatinya sehingga ia tak mampu menahan air mata yang terus mengalir. "Mama, maaf karena menjadi anak bodoh dan merepotkan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twins!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang