"Pa, kenapa kakak harus pergi lama?" tanya Sehun pada Aiden yang kini sedang sibuk dengan tanaman hiasnya. Setelah semua ikan mati tak tersisa, Aiden pun akhirnya menyerah dan mencari hobi baru. Tanaman hias yang sekarang memenuhi taman belakang menjadi pilihan.
"Karena Kak Suho sudah dewasa dan bisa memilih jalan hidupnya sendiri." Aiden menyelesaikan pekerjaannya setelah semua tanaman sudah disiram dan mendekati Sehun yang sudah dengan sabar menemaninya sejak beberapa menit lalu. "Bukannya kemarin kakak sudah bilang kalau dia mau mengejar mimpinya? Nanti juga kalau Sehun sudah sebesar kakak, Sehun akan punya keinginan besar dan akan melakukan apapun untuk mengejarnya."
"Hun kalau sudah besar boleh pergi lama seperti Kak Suho?"
Aiden mengangguk sebelum menjawab, "Sehun boleh melakukan apapun yang Sehun mau jika sudah besar. Katakan saja supaya nanti Papa bisa membantu Sehun untuk mendapatkannya."
"Seperti Papa mengambilkan jus jeruk di dalam kulkas setiap Sehun tidak bisa mengambil sendiri?" tanya Sehun dan logika anak kecilnya yang terlalu mengejutkan. Terkadang Aiden sampai bingung harus membalas ucapannya seperti apa karena Sehun sering membuatnya kewalahan.
"I-iya seperti itu juga bisa." Aiden menjawab tak yakin. "Yang jelas, saat ini kakak sedang mengejar mimpi dan Papa membantu agar kakak berhasil. Memang sedikit tidak rela karena kita harus berpisah cukup lama, tapi Papa yakin kakak akan segera pulang untuk kembali bersama kita."
"Tapi kalau Hun rindu gimana, Pa?"
"Kita pikirkan nanti saja, kalau ada waktu kita bisa menyusul sekalian jalan-jalan. Sudah jangan memikirkan itu, nanti Papa menangis karena tidak rela kakak pergi." Aiden ingin pembicaraan tentang ini segera dihentikan. Dia masih tidak rela, anak yang sedari kecil ia jaga dan sayangi kini sudah bisa memilih jalannya sendiri. Aiden jadi tidak mau Sehun dan Jongin tumbuh dengan cepat, dia tidak mau kehilangan kedua anak kecil imutnya.
Sekarang saja Sehun dan Jongin sudah terlihat berbeda, mereka jadi lebih tenang dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Aiden jadi rindu dijahili kedua anak kembarnya lagi seperti dulu. Biasanya setiap minggu Jongin dan Sehun akan membangunkannya dengan brutal, memaksanya untuk ikut jalan-jalan ke taman. Sekarang mereka tidak punya tenaga lagi untuk bermain di hari minggu karena jadwal mereka terlalu penuh setiap harinya.
Terutama Jongin. Aiden benar-benar ingin meminta maaf pada sang anak yang kini dipaksa mengikuti semua jadwal yang dibuat istrinya sendiri. Dia tak bisa melakukan apapun jika ini sudah menyangkut hal akademik. Tiffany terlalu ambisius dan Jongin menjadi korban ambisinya. Aiden merasa sedikit beruntung karena Sehun cukup pintar dan bisa mengimbangi semua hingga Tiffany tidak terlalu menekannya. Hanya saja ....
"Papa, Ngin nangis!" Sehun berteriak memanggil Aiden saat mendengar suara kembarannya menangis di dalam sana. Padahal baru beberapa menit yang lalu Jongin tidur setelah pulang dari lesnya. Tiffany sedang tidak ada di rumah, bersama Suho pergi untuk membeli beberapa barang yang masih diperlukan untuk keberangkatan Suho.
Aiden segera tersadar dari lamunan dan bergegas menuju ruang tengah, tempat di mana dia menidurkan Jongin tadi. Ia seperti sudah terbiasa dengan hal ini dan segera mengangkat tubuh Jongin yang sudah jauh lebih berat itu untuk ditenangkan. Jongin selalu tiba-tiba menjerit dan menangis dalam tidurnya, selalu bermimpi buruk dan tak pernah tidur dengan tenang jika sendirian.
"Papa di sini, Nak, maaf tadi Papa menyiram tanaman dulu. Papa tidak meninggalkan Jongin jadi sudah menangisnya." Aiden terus memanggil Jongin dan memintanya untuk berhenti menangis. Hatinya sakit melihat Jongin harus seperti ini setiap hari jika ditinggalkan meski hanya sebentar. "Shh ... Papa dan Sehun ada di sini. Lihat, itu Sehun di samping Jongin."

KAMU SEDANG MEMBACA
Twins!
FanfictionSeason 1 : daily life todlers Jongin and Sehun Season 2 : daily life highschooler Jongin and Sehun