Chapter 13 : Ketahuan Mama

253 37 10
                                    

Tiffany melangkahkan kakinya angkuh, memasuki ruang guru di mana salah seorang pengajar kedua anaknya memanggil. Setelah membagikan hasil belajar selama dua semester, Guru Park yang merupakan wali kelas memanggilnya untuk membicarakan perkembangan Sehun dan Jongin. Melihat dari hasil yang diberikan, Tiffany cukup puas dengan Sehun yang berhasil masuk peringkat tiga besar. Meskipun Jongin tidak bisa masuk sepuluh besar, tapi setidaknya Jongin tidak berada di peringkat terakhir.

"Silahkan duduk." Guru Park menunjuk pada sebuah sofa di hadapannya. "Selamat karena Sehun berada di peringkat dua, hanya selisih beberapa angka dari peringkat pertama. Kau pasti sangat bangga memiliki anak seperti Sehun."

"Terima kasih," jawab Tiffany singkat. Dia tahu jika maksud guru berusia muda itu bukan untuk membicarakan Sehun. "Ada apa dengan Jongin? Tidak perlu berbasa-basi, aku tahu jika topik pembicaraan kita pasti tentang Jongin."

Guru Park tersenyum dan mulai membuka lembaran hasil belajar milik Jongin. "Nilai Jongin cukup baik mengingat keterbatasan yang ia miliki. Akan tetapi, maaf jika menyinggung. Apa anda tahu jika Sehun selalu mengerjakan tugas milik Jongin di sekolah?"

Melihat orang tua muridnya yang hanya diam, Park kembali melanjutkan ucapannya, "Awalnya saya hanya berpikir jika Sehun membantu Jongin yang sedikit kesulitan. Jongin juga terlihat sangat fokus mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Namun, akhir-akhir ini saya melihat jika Sehun lah yang mengerjakan semua tugas Jongin."

Tifanny menatap guru di depannya tak percaya. "Anda mengatakan jika anak saya berbuat curang?"

"Bukan itu maksud saya, hanya saja ada baiknya anda sebagai orang tua lebih memahami kedua anak anda. Jongin anak yang aktif dan ceria, tapi dia selalu memasang wajah murung dan jengah setiap jam pelajaran di mulai. Hanya pada pelajaran olah raga dan seni saja Jongin terlihat semangat. Mengingat kondisi Jongin, saya pikir anda terlalu memaksanya untuk belajar dan setara dengan Sehun."

"Saya akan berbicara pada Jongin, terima kasih sudah mengatakan hal sepenting ini." Tiffany pergi tanpa pamit, rasa senangnya pupus seketika. Mendengar ucapan Guru Park membuat emosinya muncul.

Tiffany dapat melihat senyum di kedua wajah anaknya saat ia kembali menghampiri mereka. Namun tak ada sedikit pun senyum di wajahnya karena masih teringat ucapan Guru Park.

"Mama, kita jadi main, 'kan?" Sehun bertanya dengan riang. Setelah menerima hasil belajar tadi, Tiffany memang sempat mengajak keduanya ke taman bermain sebagai hadiah.

Tiffany tersenyum tipis dan menatap Sehun. "Besok saja, ya? Supaya lebih lama bermainnya."

"Tapi janji, ya?" tanya Sehun setengah hati. Tiffany jarang sekali menepati janji jadi Sehun sedikit tak percaya dengan ucapannya. "Kalau tidak bisa bilang saja, jangan tidak menepati janji terus."

"Maaf, ya, tapi kali ini pasti ditepati." Tiffany membawa Sehun ke pelukan, meminta maaf dengan tulus. "Kita berangkat pagi dan bermain sampai sore, bagaimana?"

Sehun hanya mengangguk di pelukan Tiffany. Melihat itu, Jongin yang sejak tadi hanya melihat mendekat dan memegang tangan Tiffany meminta perhatian.

"Mama, Ngin peluk juga." Jongin merentangkan tangan setelah Tiffany menatapnya. Tersenyum ceria menunggu sang ibu memeluknya juga, dan tertawa kecil saat Tiffany memeluknya erat.

.

.

.

"Jongin, bawa buku dan pensil, kita belajar lagi." Jongin sedang bermain bersama Sehun saat Tiffany datang dan menyuruhnya belajar. "Mama, Ngin kan libur?"

"Ambil buku dan pensil Jongin sekarang!" Tiffany meninggikan suaranya hingga Jongin terkejut dan buru-buru bangkit mengambil buku dan pensilnya. Sehun sendiri hanya dia melihat ibunya yang sedang sangat tidak bersahabat. "Sehun, masuk ke kamar dan jangan keluar sampai Mama panggil."

Twins!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang