Chapter 09 : Taman Burung

179 28 7
                                        

"Papa cepat jalannya, nanti Jongin dan Sehun bisa tertinggal bisa kalau terlambat!" Tiffany kembali bersuara. Mereka terlambat mengantar Jongin dan Sehun ke sekolahnya karena lupa jika hari ini si kembar akan pergi ke taman burung untuk karya wisata. Langkahnya tergesa dan lengannya masih memegang erat tubuh Sehun yang masih mengantuk dalam gendongan.

Aiden mengeluh dalam hati, dia masih menggendong Jongin yang masih setengah sadar dan juga membawa banyak barang. Tentu saja ia sedikit lambat, dia baru bangun dan langsung dipaksa mengantarkan istri dan kedua anaknya terburu-buru. "Ini salah Mama karena lupa jadwal penting. Seharusnya disiapkan dari semalam agar tidak repot seperti ini. Semuanya jadi tergesa-gesa, Papa juga masih mengantuk."

"Kenapa jadi menyalahkan Mama? Ini juga salah Papa karena tidak mengingatkan!" jawab Tiffany ketus, "siapa tadi yang susah dibangunkan dan tidak membantu Mama menyiapkan barang?"

"Iya, Papa yang salah," balas Aiden pasrah. "Sudah jangan marah terus, lagipula kita sudah sampai, 'kan?"

Aiden menurunkan dua tas milik si kembar juga tas berisi makanan yang sudah disiapkan Tiffany. Hanya Tiffany yang akan ikut menemani si kembar, dia tidak bisa pergi meski sangat ingin. Aiden memiliki pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan hari ini. "Jongin bangun, ya, hari ini mau melihat burung yang banyak, 'kan?"

Jongin mengangkat kepalanya dari bahu Aiden dan menatap sang ayah sebentar. "Hun buyung?"

"Iya, Sehun dan Jongin akan pergi melihat burung bersama Mama."

"Papa buyung?"

"Papa tidak bisa ikut, hanya Sehun, Jongin dan Mama saja yang pergi." Aiden dengan sabar kembali membalas pertanyaan tak jelas Jongin.

"No!" jerit Jongin tiba-tiba. Tubuh Aiden ia peluk erat, menolak turun dari gendongan. Dia ingin pergi bersama Aiden saja, tidak mau hanya bersama Tiffany. Jongin ingin digendong seharian, kalau sang ayah tidak ikut dia harus jalan kaki dan ibunya pasti akan menolak untuk menggendong dia. "Papa buyung."

"Papa harus bekerja, Jongin."

"No, Pa!" teriak Jongin lagi. Ikut saja kenapa, sih? Aku tidak mau jalan kaki!

"Jongin sama Mama saja, ya? Papa harus bekerja hari ini," terang Tiffany membantu untuk menjelaskan.

"Mau Papa," tolak Jongin manja, "Mama No!"

Sehun memutar bola matanya malas, sudah hapal dengan kelakuan Jongin. Meski begitu dia tidak akan mengganggu drama pagi yang diciptakan karena itu juga menguntungkan untuknya. Jika Jongin digendong Aiden, dia jadi bisa merengek pada Tiffany agar digendong juga. Tidak perlu jalan kaki selama mengelilingi taman burung, Sehun suka rencana Jongin.

"Ya sudah, Papa ikut saja daripada Jongin merengek terus."

"Papa sudah terlalu banyak izin tidak ke kantor, Ma." Aiden menatap sang istri, meminta bantuan agar bisa terlepas dari Jongin yang menolak diturunkan. Jika hari ini dia izin lagi, bisa-bisa sang mertua datang dan membunuh semua ikan hias miliknya.

Tiffany mengangkat bahu tanda menyerah. Membantu suaminya membujuk Jongin hanya akan membuat kepalanya pusing. Lebih baik melihat ia mengikuti kemauan Jongin saja daripada harus menjadi korban anaknya sendiri.

"Papa ikut saja, temani Sehun juga."

Setelah hanya diam, akhirnya Sehun merasa perlu untuk turun tangan. Papa harus terpengaruh dan memilih ikut pergi daripada bekerja di kantor yang bau kertas. "Nanti kalau Papa tidak ikut kasihan Mama jaga Sehun dan Jongin sendirian, nanti Mama capek terus nangis."

"Tapi nanti Kakek datang ke rumah dan marahi Papa. Sehun tidak kasihan dengan Papa?"

"Sehun temani Papa kalau Kakek marah," jawab Sehun yakin, "temani saja ya, bukan tolong Papa."

Twins!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang