S2 : Chapter 02

146 23 11
                                    

Malam semakin larut membuat angin yang bertiup mengganas. Jongin merapatkan jaket tebalnya dan memasukkan kedua tangan ke dalam saku. Jam di tangan menunjukkan pukul sembilan kurang lima belas menit, sudah hampir setengah jam ia menunggu sendirian selesai jadwal kelas tambahan. Sehun sudah pulang terlebih dahulu menurut pesan yang dia terima, ada janji bersama teman-teman katanya.

Jongin mendengkus sebal, hanya jawaban template dari operator yang didapatnya setiap memanggil nomor telepon Aiden. Matanya kembali melirik jam tangan, jika tidak salah lima menit lagi bus terakhir yang menuju ke arah rumahnya akan lewat. Meski pun ia tetap harus berjalan kaki cukup jauh dari tempat pemberhentian, tapi setidaknya akan lebih baik daripada menunggu jemputan yang entah kapan datangnya.

"Baiklah, tidak akan sulit pulang sendiri. Sehun pernah memberi tahu cara naik bus beberapa saat lalu." Jongin berucap yakin. Dia hanya perlu menaiki bus warna biru tepat di halte tempat ia berdiri saat ini.

Sesaat kemudian, bus terakhir yang ia yakini akan mengantarkannya ke arah rumah sampai di perhentian. Tak banyak orang yang berada di dalam, juga hanya ia yang akan naik di halte tersebut. Jongin mengeluarkan kartu yang pernah Sehun berikan untuknya dan menempelkan kartu itu pada alat pemindai. Matanya membulat kagum melihat isi saldo yang Sehun siapkan untuknya. Dia jadi percaya diri bisa pergi kemana pun yang ia mau tanpa harus merepotkan Aiden atau Sehun lagi.

Setelah duduk di kursi paling belakang, barulah Jongin sadar jika ia kelelahan dan mengantuk. Matanya semakin terasa berat ketika punggungnya ia sandarkan pada kursi bus yang lebih nyaman dibanding kursi halte tadi. Mengingat jarak yang cukup jauh, Jongin rasa memejamkan mata sesaat tidak akan membuatnya tersesat. Jadi ia putuskan untuk mengikuti keinginan tubuhnya dan tertidur nyaman sambil memeluk tasnya erat.

***

Tepukan di bahu yang terus menggoyang tubuh membuat Jongin terbangun dari tidur singkatnya. Matanya yang masih setengah terbuka berusaha mencari sosok yang membangunkannya, terlihat sang supir yang menatapnya kesal. "Cepat bangun dan turun dari sini, aku juga harus pulang secepatnya."

Jongin menatap kanan kiri, melihat jika tak ada lagi satupun orang selain dirinya dan supir di dalam bus tersebut. "Paman, aku seharusnya hanya naik sampai empat halte dari tempat asalku, kenapa aku ada di sini?"

"Mana kutahu! Kau tertidur seperti orang mati saja, kalau begitu kau harus kembali sekitar tiga halte untuk sampai ke tempat tujuanmu. Tidak terlalu jauh, tapi tentu sudah tidak ada lagi bus yang akan beroperasi. Lebih baik kau segera pergi sebelum malam terlalu larut atau hubungi orang tuamu dan minta mereka menjemput ke sini."

Jongin mengangguk kepalanya mengerti dan segera membungkuk meminta maaf karena menghambat pekerjaan supir tersebut sebelum pergi keluar dari bus dan mencari tempat untuk berpikir sesaat. Tangannya mengeluarkan ponsel dan kembali mencoba untuk menghubungi Aiden, berharap semoga ayahnya itu akhirnya menerima panggilan dan bisa menjemputnya segera. Namun tetap saja hanya kecewa yang ia dapat setelah lagi-lagi tak ada jawaban. Jongin merasa jika Aiden semakin menghindarinya, mungkin sang ayah lelah memiliki anak tak berguna seperti dirinya.

"Sehun, aku berhasil naik bisa dengan benar, tapi karena tertidur aku jadi terbawa sampai perhentian terakhir, hehe, kalau kau sudah pulang bisa tidak menjemputku? Aku akan berjalan terlebih dulu sekarang." Jongin menyelesaikan pesan suaranya pada Sehun dan kembali menyimpan benda persegi itu ke dalam tas sebelum berjalan menuju arah kembali. Jongin merasa sedikit beruntung mengingat besok hari libur, ia jadi bisa menghabiskan waktu untuk beristirahat lebih lama.

Jongin tersenyum sepanjang perjalanan, karena meskipun ia jadi terlambat pulang dan harus berjalan kaki cukup jauh, ia senang karena ini pertama kali dirinya keluar seorang diri. Tubuhnya yang terus bergerak membuat angin yang semakin kencang itu tak begitu terasa, justru ia merasa gerah dan mulai muncul keringat di wajahnya.

Twins!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang