part 6

38 8 1
                                    

"Rehan lu kenapa?"

"Kenapa apanya? Gua baik-baik saja kok!" jawab Rehan.

Mahendra dan Rafael hanya bisa saling tatap memperhatikan Rehan yang sedang bermain PlayStation. Rehan tiba-tiba saja kerumah Mahendra dengan wajah kusam karena tidak enak hanya berdua dengan Rehan yang sedang badmood Mahendra pun memanggil Rafael.

"Lu kenapa sih?" tanya Rafael sudah tidak tahan.

"Dibilang gua gapapa!" bentak Rehan membanting stik PS ditangannya hingga hancur.

"Punya gua ini asu!" omel Mahendra.

"Ah berisik nanti gua ganti dua kali lipat!" ucap Rehan merebahkan dirinya dikasur sahabatnya itu.

"Kalau gitu gua mau," jawab Mahendra.

"Lagi berantem sama Revan?" tanya Rafael.

"Gak."

"Kan mobil baru lu udah dateng harusnya seneng dong," ucap Rafael.

"Sekolah kita kan ngelarang bawa mobil! Mobilnya cuman buat futsal," jawab Rehan.

"Sebentar lagi kita harus futsal," ucap Mahendra.

"Gak mood!" ucap Rehan.

"Yaudah gua sama El mau futsal dulu," ucap Mahendra.

"Kalian tega ya sama gua? Oh gitu jadi persahabatan kita cuman sebatas ini? Oke fine kita tidak fren lagi!" ucap Rehan bangkit lalu keluar dari kamar Mahendra.

"Han! Mau kemana? Ini jaket lu," teriak Mahendra tapi Rehan sudah pergi dari rumahnya.

"Hadeh ayo kita susul," ucap Rafael.

"Heran banget gua mau temenan sama anak kek gitu!" dumel Mahendra.

Rehan berjalan dengan kesal. Ia berjalan di daerah perumahan Mahendra.

"Hei hantu kecil tidak berkepala berhenti mengikutiku!" ucap Rehan berbalik.

"Kemana kepala mu? Tidak ada kepala tapi bagaimana bisa kamu berjalan oiya kamu kan tidak akan menabrak apapun," ucap Rehan.

"Ah sudahlah aku sedang tidak mood meladeni kalian," ucap Rehan kembali berjalan.

Rehan duduk di pos satpam yang kosong.

"Wanita dengan perut bolong minggir jangan disini mending cari tukang sate!" omel Rehan.

"Ck! Mentang-mentang sudah malam banyak sekali hantu berkeliaran," kesal Rehan.

"Mana dingin lagi," ucap Rehan memeluk dirinya sendiri.

"Revan udah selesai nonton belum ya," gumam Rehan.

"Semoga ajah dia bisa bikin Lia bahagia, karena kebahagiaan Lia hanya Revan."

Rehan diam sejenak. Ia kembali berfikir kenapa dirinya bisa suka dengan Lia.

Awal pertemuan meraka saat Masa Orientasi Siswa atau disebut MOS. MOS disekolah mereka bisa dibilang cukup sadis di bandingkan sekolah lain.

"Van gua udah gak kuat," ucap Rehan memegang pundak Revan yang berdiri di sebelahnya.

Sudah hampir sejam mereka berdiri karena salah satu dari kelompok mereka tidak membawa apa yang disuruh pembina OSIS.

"Kak maaf tapi dia sudah tidak kuat," ucap Revan mengangkat tangannya.

"Tidak kuat? Siapa yang gak kuat?" tanya anggota OSIS.

"Dia," jawab Revan menunjuk Rehan yang sudah pucat dengan dan banjir keringat.

Twin HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang