part 16

44 11 2
                                    

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Papa menatapku penuh harap.

"Biasa saja," jawabku melanjutkan sarapan.

Papa menghela nafas kecewa ia pasti berharap aku menjawabnya dengan antusias dan penuh semangat seperti dulu tapi semua sudah tidak sama seperti dulu.

"Revan ... Papa mohon pikirkan lagi tentang Ibu baru kamu," ucap Papa lembut.

"Papa ini orangnya gak tau malu banget ya? Sudah membuat mama meninggal sekarang Papa mau mencari kesenangan bersama wanita lain?" ucapku penuh emosi.

"Ini semua bukan untuk papa tapi .... "

"Untuk aku? Untuk aku agar aku kembali merasakan kasih sayang seorang Ibu? Aku gak bisa kalau bukan Mama yang melakukannya," ucapku mengambil tas lalu bangkit.

"Aku akan sangat membenci Papa dan tidak akan menganggap Papa sebagai orang tuaku lagi kalau sampai ada seorang wanita yang tinggal disini dengan mengaku sebagai seorang Ibu," ucapku pergi.

Muak. Muak. Muak. Aku sudah sangat muak dengan kehidupan ini setiap hari aku berdoa agar ajal cepat menjemput rasanya sudah tidak bisa lagi aku melanjutkan kehidupan ini.

Sejak Kakak dan Mama meninggal rasanya sudah tidak ada artinya lagi aku di dunia ini.

Papa dan Nenek tua itu sudah membuat Mama meninggal aku tidak akan memaafkan mereka meski mereka bersujud di hadapanku.

Permintaan maaf saja tidak akan membuat Mama kembali karena itu aku sangat membenci mereka.

Langkah ini terhenti karena ada sebuah telepon dan ternyata itu dari Rehan.

"El hari ini bisa gak berangkat bareng? Gua berantem sama Revan jadi dia berangkat sendiri kunci motor juga ada di kamarnya dan kamarnya dikunci emang gada akhlak itu orang!" ucap Rehan.

"Iya gua kesana,"

"Oke! Oke makasih ya," ucap Rehan menutup telepon.

Meski hidup sudah terasa tidak berguna tapi saat bersama teman-teman tanpa sadar aku lupa semuanya.

Mereka berhasil membuatku bertahan sampai sekarang meski mereka tidak tau apa-apa selama mereka selalu ada aku rasa aku bisa melanjutkan hidup.

Mungkin terdengar konyol tapi berkat mereka aku bisa bertahan sampai sekarang karena aku tau masih ada orang yang bisa terus berada disisi dan terus mendukung itu saja sudah cukup untuk menjadi sebagai sebuah semangat.

Meski itu bukan keluarga.

***

"Kalian kenapa bertengkar?" tanya Mahendra.

"Kemarin malam gua makan kue coklat yang Revan beli jadi dia marah dan berangkat sekolah duluan," jawab Rehan.

"Kalian sering bertengkar?" tanya Rafael penasaran.

"Iya rumayan sering, tapi gak lama setelah itu kita bakal baikan lagi kok!" jawab Rehan.

"Tapi pernah gak sih lu kepikiran bikin kesalahan yang besar banget sampai Revan benci banget sama lu dan sampai lu berfikir mustahil untuk berbaikan," ucap Mahendra.

"Kalau itu terjadi apa yang bakal lu lakuin?" tanya Mahendra.

Rehan terdiam. Ia sadar kalau sekarang ia sudah melakukan sesuatu yang bisa membuat Revan sangat membencinya dan sampai sekarang ia belum tau bagaimana cara mengatasinya kalau itu semua terbongkar dan terjadi.

"Gua gatau," jawab Rehan menunduk.

"Kalian kan saudara kembar mana mungkin kan saling membenci?" ucap Rafael.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twin HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang