part 10

37 11 0
                                    

"Aku tau perpisahan sangat menyakitkan tapi aku baru tau bahwa sesakit ini."

***

"Lia bertahanlah!"

"Maaf tapi anda hanya bisa mengantar sampai sini sisanya serahkan pada kami dan terus doakan agar pasien bisa selamat.

Pintu langsung tertutup dan lampu diatas pintu langsung berubah menjadi merah. Revan terduduk lemas menatap tangannya yang penuh darah.

Ponselnya berdering ia pun mengangkat telpon dari adiknya yang sudah meneleponnya berkali-kali.

"Van lu dimana?" tanya Rehan.

"Lia ... Dia kecelakaan sekarang ada di rumah sakit," jawab Revan dengan suara gemetar.

"Gua harus apa Han ... Gua takut," lanjutnya.

"Gua ke sana sekarang kasih tau alamatnya!" ucap Rehan.

Revan mematikan telpon lalu mengirimkan alamat rumah sakit. Rehan mengatakan akan tiba sebentar lagi karena ternyata ia sedang ada di dekat rumah sakit itu.

"Revan!" teriak Rehan berlari ke arah Kakaknya.

"Gua harus apa Han kalau Lia tidak bisa di selamatkan?" tanya Revan.

"Jangan bicara begitu! Kita doakan saja semoga tidak terjadi hal buruk lu jangan cengeng gini," jawab Rehan.

"Lia kuat kok dia pasti bisa selamat," ucap Rehan.

Revan mengangguk berusaha berfikir optimis. Rehan duduk di sebelah Kakaknya berusaha memberikan kekuatan.

"Lia!" teriak seorang wanita.

"Kalian siapa? Bagaimana keadaan Lia?" tanya wanita itu penuh khawatir.

"Kami tidak tau," jawab Rehan.

"Kenapa ini bisa terjadi kalian bisa jelaskan?" tanya Keysa kakak perempuan Lia.

Rehan menceritakan semua yang diceritakan Revan padanya. Revan terlalu syok untuk kembali menceritakan itu.

Ditengah pembicaraan pintu operasi di buka seorang dokter keluar menatap mereka semua.

"Maaf tapi nyawanya sudah tidak bisa tertolong."

Saat mendengar itu Revan merasa dunianya hancur baru beberapa menit Lia di bawa masuk ke dalam ruang operasi tapi Dokter mengatakan bahwa nyawanya sudah tidak bisa tertolong.

"Bohong kan dok? Katakan itu semua bohong!" Revan menarik kerah jas dokter itu.

"Jangan begini Van!" ucap Rehan menarik tangan kakaknya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Pak anda bercanda kan? Lia ... Adik saya tidak mungkin .... " Keysa tidak bisa meneruskan kata-katanya lalu menutup wajahnya dan menangis.

"Kami sudah berusaha tapi lukanya terlalu parah," ucap sang Dokter.

"Bohong! Lia gak mungkin pergi dia wanita yang kuat!" bentak Revan.

"Masih banyak hal yang belum kita lakukan bersama anda jangan bercanda!"

"Revan udah!" Rehan berusaha menenangkan Revan yang mulai menangis.

"Enggak ... Pasti itu semua bohong kan?"

Plak!

Tiba-tiba saja Keysa menampar Revan dengan keras.

"Kenapa? Kamu ada di sana kan? Dia sedang bersamamu kan? Kenapa tidak menolongnya!" bentak Keysa dengan derai air mata.

"Kamu pacarnya kan seharusnya kamu menjaganya!"

"Maaf ... Maafkan aku." Revan hendak bersujud di depan Keysa tapi Rehan langsung menahannya.

Twin HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang