8.'Sesuatu'

7 10 0
                                    


{'Sesuatu'}

"Lo jangan ngadi-ngadi deh" ucap Karla. Dia merotasikan matanya malas. Dia pikir Khana hanya berbicara omong kosong. Khana menggeleng.

"Kak Karla, coba lo tanya dulu deh sama Kak Fiza" saran Raya menunjuk Fiza dengan dagunya. Fiza yg merasa ditatap pun meneguk ludah.

"Za, jadi siapa yang jambak lo?"

"G-gue emang dijambak.." jawab Fiza sembari bergetar. Raya, dan Khana saling menatap satu sama lain.

"Jawab yang bener dong Kak, jangan sampe ini jadi fitnah" tuntut Kierra menatap Fiza. Dalam hati dia gemas dari tadi. Di dapur yg dia lihat Fiza itu ketus seperti singa pas dijambak dikit langsung mewek.

"Lo liat kan? Gue yg tadi misahin lo dari makhluk itu" ucap Khana menatapnya datar. Dia tidak geram sama sekali. Menurutnya orang yg tidak bersalah akan selalu menang.

Fiza mulai mengingat, tadi dia dijambak ke belakang. Ucapan Khana itu benar, dia bahkan melihat Khana berjalan menghampiri 'sesuatu' yg menjambak rambutnya kemudian memisahkan mereka. Tapi,kemudian dia ingat kedekatan Alam dan Khana ketika tadi mereka masak. Amarahnya menjadi menggebu-gebu mengingat itu. Fiza memutuskan untuk berbohong!

"Lo bohong, lo yang jambak gue tadi!!" bentak Fiza dia berdiri dari duduknya dan menjambak surai indah milik Khana. Khana meringis. Raya, Shaki, dan Kierra berusaha melepaskan tangan Fiza dari rambut Khana. Namun, tidak bisa. Tenaga orang yg sudah dimakan cemburu susah untuk dipisahkan.

Karla hanya bersidekap dada melihat kelakuan Fiza yg seperti ini. Tak sia-sia dia mengajari Fiza cara menjambak rambut dengan benar.

"Kak, bantuin kita pisahin Fiza!" ucap Shakina. Karla mengendikkan bahu seperti senang. Kierra geram lalu menjambak rambut Fiza kebelakang sehingga tangannya terlepas dari Khana.

Adegan jambak menjambak itu masih berlangsung. Karla melotot ketika  melihat aksi Kierra yg menjambak rambut temannya seolah gemas. Karla berusaha memisahkan mereka.

Aksa dan teman-temannya yg sedang lewat pun berhenti. Regan menyipitkan mata.

Kakak?

Regan lalu berlari menghampiri mereka. Aksa dan temannya saling tatap. Mereka pun ikut berlari menyusul Regan.

"Ra udah Ra, lepas oi itu kakak kelas lo" ucap Shakina berusaha melepaskan pegangan pada rambut cantiknya Fiza. Fiza meringis, matanya sudah memerah siap menumpahkan air mata.
Khana hanya menatap datar mereka semua. Dia malas mengotori tangannya untuk menjambak rambut Fiza.

"LO APA-APAAN SIH" Regan menarik Kierra kebelakang sehingga jambakannya terlepas. Regan melihat kondisi kakaknya yg 'menyedihkan'. Entah siapa yang menjadi korban disini. Regan menatap Kierra  dengan sorot penuh amarah.

"Gue gak akan jambak lo, kalau lo gak jambak temen gue duluan!" ucap Kierra memberi penjelasan. Fiza menangis sesenggukan dipelukan Karla.

"LO-!" Regan maju namun ditahan oleh Alam.

"Inget, dia cewek" ucap Aksa bijak.

"Udah Ra ayo balik, bu Arini udah nungguin kita didepan" ajak Raya menarik tangan Kierra agar tak terjadi hal yg diinginkan. Sekuat-kuatnya Kierra dia adalah perempuan yg lemah. Kierra pasrah tetapi tatapannya masih mengarah pada Fiza dan Regan. Khana melambaikan tangan dengan wajah datar pada Fiza seolah sedang mengejek dramanya. lalu dia berbalik badan dan menyusul yg lain.

Kini semua siswa sudah berkumpul di depan Asrama bersiap-siap untuk pergi mandi ke air terjun. Para guru dan Siswa membantu membawakan dan mengemas makanan didapur. Sebentar lagi dipastikan mereka akan berangkat.

• • •

Azila melompat girang. Dia sudah menjadi dewasa sekarang. Buktinya dia tadi hampir di kiss oleh Aswan. Itu membuat semangatnya kembali tumbuh.

"Jangan lompat-lompat tar jatoh, lo kenapa sih Zil?" tanya Shakina melihat Azila yg lebih aktif dari pada biasanya.

"Azila udah dewasa sekarang!" ucap Azila penuh antusias. Raya mengerenyitkan dahinya. Kalimat 'Gulung-gulung' yg diucapkan Azila terngiang dikepalanya. Dia melotot.

"Maksud lo dewasa gimana?"tanya Raya penuh tanda tanya. Otaknya mulai berpikir yg iya-iya kepada Azila dan abangnya.

"Dahi Zila tadi dicium sama bang Aswan!" ucap Azila dengan mata yg berbinar.
"Azila gak akan keramas, supaya ciumannya gak ilang" lanjutnya lagi membuat Raya gemas ingin mengarunginya lalu membuangnya ke laut. Shakina hanya menggelengkan kepalanya.

Kierra datang bersama Khana setelah membantu bu Arini mengemasi Makanan yg tadi mereka buat. Kierra berjalan dengan wajah tanpa dosanya. Dia ini adalah tipe orang yg tidak penakut dan paling berani mengambil resiko diantara temannya yg lain. Tapi, dia tidak pernah membully atau pun menyalahgunakan keberaniannya. Dia selalu memegang kata-kata terakhir ibunya.

Sebesar apapun keberanian dan tindakan akan terasa percuma jika tidak mempunyai akhlak dan rasa tolong menolong yg tinggi.

Itulah kerennya Kierra dimata semua teman-temannya. 

• • •

Ketika sedang yang lain sedang sibuk-sibuknya di Asrama menyiapkan kepergian ke Air terjun, Anara malah sibuk mengintipi seseorang dibalik tembok. Tadinya dia membantu masak. Tapi, tidak sengaja dia melihat Mantannya yg pergi ke suatu tempat dengan membawa pisau dan memakai hoodie menutupi kepalanya. Alih-alih takut, justru Anara penasaran kemudian mengikuti kemana Mantan pacarnya itu pergi. Tunggu, untuk apa mantannya itu ke sungai?

Setelah dirasa aman Anara mengintip dibalik pohon yg besar dan sedikit jauh dari tempat mantannya. Dia melihat mantannya itu berada disisi sungai menemui seorang gadis. Anara makin penasaran, apakah mantannya itu ingin menjadikan gadis itu pacarnya? Ataukah dia akan melakukan 'sesuatu'?

Sudah setengah jam dia menyaksikan mantannya itu berbicara bersama seorang gadis. Anara melirik jam tangannya bosan. Dia agak kecewa sebab mantannya kini sudah Move on seperti kelihatannya.

"Jam setengah sepuluh"

Iya, ini masih jam 09.30. Seperti suara seseorang yg dibekap, Anara mengalihkan pandangannya kepada dua insan didekat sungai. Dia mematung kemudian menutup mulutnya melihat 'sesuatu' yg membuatnya takut dan mual disaat yg bersamaan.

Mantannya itu telah membunuh gadis yg tadi bersamanya. Dia membelah perut gadis itu lalu mengacak-acak isinya. Mayat gadis itu terbujur kaku dengan darah keluar dari mulutnya. Perlahan wajahnya mendekat ke arah leher dan menghisap darahnya seperti vampir. Tangan dan baju mantannya berubah menjadi merah.

Anara menahan tangis dan tetap membekap mulutnya. Dia tidak menyangka mantan yg dia sayangi dulu berubah menjadi ancaman. Dia menjadi takut untuk mengintip lagi.

Pria yg habis bersenang-senang itu membasuh pisaunya. Kemudian membuka hoodienya lalu membuangnya ke sungai. Tak lupa dia juga membasuh wajahnya yg banyak sekali terciprat darah.

Gue takut...

Anara pergi dari sana dengan mengendap endap. Dia mengigit lidahnya agar tidak menimbulkan suara. Lututnya bergetar lemas Namun,dia paksakan untuk berjalan menjauhi lokasi pembunuhan sadis ulah mantannya.

Pria tampan tadi menatap pantulan wajahnya di air sungai yg jernih. Dia seakan tidak haus dan lapar setelah 'makan'. Dia tahu sesuatu.

"Gue tau itu lo, Anara. . ." gumamnya.

#IndonesiaMembaca

SalamSayang

Dara Selvia_





ARTAPURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang