14. Mangsa

2 3 0
                                    

{Mangsa}

Anara berjalan cepat ingin kembali ke kasurnya dan merebahkan diri disana. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang.
Anara mempercepat jalannya. Ini sudah pukul 22.23 Kamar-kamar disisinya sudah banyak yg tertutup.

Nafasnya tidak beraturan ketika dia melihat siluet pria dibawah tangga sembari menatapnya diatas. Itu mantannya!

Anara berlari, untuk sampai diasramanya memang agak jauh dan harus melewati beberapa kamar. Kini dia sudah tahu, bahwa Mantannya itu mengincar dirinya.

"Nara jangan lari lo!" teriak Pria itu berusaha menghampiri Anara.

Anara tercekat dan tidak berani menoleh ke belakang. Kebetulan disisinya terdapat kamar mandi perempuan. Anara memutuskan untuk bersembunyi disana. Dia memasuki salah satu bilik dan terduduk di closet. Menggigit lidah ketika mendengar suara seseorang masuk ke kamar mandi.

"Nara.. gue gak akan nyakitin lo, kalau lo keluar sekarang"

Anara menahan nafasnya, sekarang dia merutuki kebodohannya dengan masuk ke dalam sini. Berusaha melupakan masa lalu dan sekarang nyawa serasa sedang terancam.

Cklekk. . .

Anara menangis ketika mantannya itu megetahui dimana dia bersembunyi.

"Kena lo" ucap Laki-laki jangkung itu menakuti Anara. Dia mendekati Anara.
"Makanya,cari tempat itu yg aman. Kena kan lo hehe"

Anara berusaha berontak ketika dia dipojokkan oleh mantannya. Dia menangis tertahan dan ketakutan.
"Lepasin! Ngapain lo masih incar gue? K-kita udah gak ada hubungan!" Bentak Anara geram.

Laki-laki itu tersenyum sinis. "Lo pikir gue bakalan lepasin lo, setelah lo liat kelakuan gue disungai?"

Anara mendadak bisu. Dia benar-benar mengeluarkan keringat dingin sekarang.
Merasa nyawanya sedang melayang, Anara memilih pasrah agar bisa berumur lebih panjang.

"Gue mohon lepasin gue.." pinta Anara dengan memelas berharap laki-laki itu luluh.

Laki-laki itu mengangkat tangan Anara ke atas. Anara menangis tertahan ketika dia mengendusi lehernya. Laki-laki itu tersenyum sinis.

"Gue bukan vampir seperti yg lo pikirin, gue cuman suka Darah" ucapnya, kemudian mengeratkan tangan Anara. Anara berontak.

"Lo bukan vampir tapi iblis, lepasin gue!!" bentak Anara. Pria itu kembali mengendusi leher Anara. Anara menahan nafas.

"Sedikit lagi lo gerak, gue bunuh lhoo" ucapnya lalu terkekeh. Anara diam dan pasrah, percuma tenaganya tidak sekuat monster didepannya ini.

"Ayo bunuh gue!" ucap Anara berani walau didalam hati dia belum siap mati.

Pria itu lagi-lagi terkekeh, Anara-nya sekarang sudah mulai berani. Tapi, dia tidak akan membunuh secepat itu.

"Ayo! Tunggu apa lagi hah?!" Sentak Anara.

Tok Tok Tokk



Lepaskan mangsaku. . . Ayo keluar dan jadilah santapan kami malam ini. . .

Waktu masih berjalan. Suasana hening ketika mereka mendengarkan suara lirih diluar. Kini ketakutan Anara berkali-kali lipat.

"Diem ssttt" Pria itu meletakkan jarinya dibibir Anara. Dia melepaskan tangan Anara.

Cih, beraninya malem-malem

Anara menangis. Dia ingin meminta tolong kepada siapa? Ini sudah larut malam tapi dia malah diincar oleh dua monster.

ARTAPURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang